Perusahaan Pembuatan Kompos Masyarakat Pemanfaat Sampah

64 Tabel 15 Perusahaan Daur Ulang Hasil analisis No Nama perusahaan Tahun mulai usaha Lahan usaha Jumlah karyawan Pemasok bahan baku Produk 1 Suhuf Kertas Seni Nusantara 1995 sewa 60 orang pengumpul kertas 2 Penggilingan plastik 2004 sewa 4 orang Pemulung, bandar Kertas, kardus, plastik giling, kresek 3 CV Nikori 1987 Milik sendiri 8 orang Pemulung, lapak kecil Kertas, kardus, plastik, kresek, logam, gelas, logam murni, botol 4 Sumardjiman 2000 pinjam 6 orang Rumah tangga Kertas duplek, kardus, koran, kresek, logam, gelas, karung Sebagian besar perusahaan tidak berbadan hukum karena alasan resiko berupa kewajiban membayar pajak. Sampai saat juga belum ada organisasi pengusaha daur ulang. Kondisi ini menimbulkan kesulitan untuk melihat besarnya potensi penyerapan sampah oleh usaha daur ula ng terhadap jumlah sampah kota. Sistem manajemen perusahaan yang relatif sederhana juga membuat pengusaha sulit untuk mengetahui secara benar jumlah produksi mereka. Salah satu kendala adalah keterbatasan modal sehingga produksi juga banyak tergantung dari modal yang ada. Solusi atas keadaan ini sangat diperlukan bila usaha daur ulang dipandang sebagai salah satu cara menekan jumlah sampah yang harus dibuang ke TPA.

4.2.4. Masyarakat Pemerhati Lingkungan

Sampel adalah 4 lembaga swadaya masyarakat LSM di Kota Bandung. Di Kota Bandung terdapat sekitar 10 buah LSM pemerhati masalah lingkungan, berusia antara 2 – 30 tahun. Keanggotaan terbuka bagi semua golongan, mulai dari masyarakat umum sampai dengan perguruan tinggi. Kegiatan LSM dibidang persampahan sebagian besar berupa sosialisasi 3R dan pelatihan pembuatan kompos. Kendala utama dalam melaksanakan kegiatan adalah keterbatasan dana 65 yang sebagian besar berasal donatur. Hasil kegiatan belum banyak memberikan pengaruh positif karena rendahnya respon dari masyarakat. LSM berpendapat bahwa merubah sikap masyarakat terhadap sampah adalah persoalan merubah pola pandang dan perilaku. Pandangan bahwa sampah adalah benda buangan harus diganti dengan pandangan bahwa sampah adalah benda yang masih berguna. Perubahan ini akan terjadi bila masyarakat sudah mau melakukan 3R, yaitu reduce berupa mengurangi jumlah sampah, reuse berupa menggunakan kembali benda yang masih bisa digunakan kembali, dan recycle berupa mengubah sampah menjadi benda berguna misalnya menggunakan sampah basah sebagai bahan baku kompos. Dasar keberhasilan dari 3R adalah kesediaan sumber sampah untuk memilah sampah menjadi sampah basah organik dan sampah kering anorganik. Permasalahan utama adalah 3R yang baru merupakan wacana. Belum ada perangkat hukum yang mengatur penghargaan reward bagi yang melakukan dan hukuman punishment bagi yang tidak melakukan 3R. Selain itu sistem operasi penanganan sampah oleh PD Kebersihan juga belum mendukung program 3R. Pemilahan sampah menjadi sampah kering dan basah oleh sumber sampah akan menjadi sia-sia karena sistem operasi masih bersifat sampah tercampur. Kondisi ini membuat sumber sampah enggan untuk melakukan pemilahan sampah karena pada akhirnya sampah akan tercampur kembali dan seluruhnya dibuang ke TPA. LSM berpendapat bahwa mewujudkan pola 3R membutuhkan waktu lama namun akan menjadi semakin lama bila tidak ada keselarasan antara 3R, sistem operasi penanganan sampah, dan hukum yang jelas Lampiran 5.

4.2.5. Pemerintah

Peranan pemerintah dalam pengelolaan sampah kota adalah dilakukan oleh PD Kebersihan sebagai satu-satunya lembaga formal yang memberikan pelayanan persampahan kepada masyarakat. Analisis kapasitas lembaga menggunakan tool yang dikembangkan oleh Booth et al 2001 dan GTZ 2005. Aspek yang dianalisis meliputi Kepemimpinan Governance, Manajemen Management Practice, Sumber Daya Manusia SDM Human Resources, Sumber Daya Keuangan Financial Resources, Aspek Pelayanan Service Delivery Hubungan