65 yang sebagian besar berasal donatur. Hasil kegiatan belum banyak memberikan
pengaruh positif karena rendahnya respon dari masyarakat. LSM berpendapat bahwa merubah sikap masyarakat terhadap sampah
adalah persoalan merubah pola pandang dan perilaku. Pandangan bahwa sampah adalah benda buangan harus diganti dengan pandangan bahwa sampah adalah
benda yang masih berguna. Perubahan ini akan terjadi bila masyarakat sudah mau melakukan 3R, yaitu reduce berupa mengurangi jumlah sampah, reuse berupa
menggunakan kembali benda yang masih bisa digunakan kembali, dan recycle berupa mengubah sampah menjadi benda berguna misalnya menggunakan sampah
basah sebagai bahan baku kompos. Dasar keberhasilan dari 3R adalah kesediaan sumber sampah untuk memilah sampah menjadi sampah basah organik dan
sampah kering anorganik. Permasalahan utama adalah 3R yang baru merupakan wacana. Belum ada
perangkat hukum yang mengatur penghargaan reward bagi yang melakukan dan hukuman punishment bagi yang tidak melakukan 3R. Selain itu sistem operasi
penanganan sampah oleh PD Kebersihan juga belum mendukung program 3R. Pemilahan sampah menjadi sampah kering dan basah oleh sumber sampah akan
menjadi sia-sia karena sistem operasi masih bersifat sampah tercampur. Kondisi ini membuat sumber sampah enggan untuk melakukan pemilahan sampah karena
pada akhirnya sampah akan tercampur kembali dan seluruhnya dibuang ke TPA. LSM berpendapat bahwa mewujudkan pola 3R membutuhkan waktu lama namun
akan menjadi semakin lama bila tidak ada keselarasan antara 3R, sistem operasi penanganan sampah, dan hukum yang jelas Lampiran 5.
4.2.5. Pemerintah
Peranan pemerintah dalam pengelolaan sampah kota adalah dilakukan oleh PD Kebersihan sebagai satu-satunya lembaga formal yang memberikan pelayanan
persampahan kepada masyarakat. Analisis kapasitas lembaga menggunakan tool yang dikembangkan oleh Booth et al 2001 dan GTZ 2005. Aspek yang dianalisis
meliputi Kepemimpinan Governance, Manajemen Management Practice, Sumber Daya Manusia SDM Human Resources, Sumber Daya Keuangan
Financial Resources, Aspek Pelayanan Service Delivery Hubungan
66 Eksternal External Relations. Jumlah responden yang menjadi penilai dari
kapasitas organisasi PD Kebersihan adalah 12 orang. Responden ini merupakan unsur internal organisasi dengan jabatan direktur, kepala bagian dan kepala seksi.
Hasil interview dengan penilai kapasitas disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16 Hasil penilaian kapasitas organisasi PD Kebersihan menggunakan OCAT hasil analisis
Responden Komponen
A B
C D
E F
Kepemimpinan Manajemen SDM Sumberdaya
Keuangan Aspek
Pelayanan Hubungan
Eksternal 1
4,4 4,2
3,5 4,2
3,7 4,6
2 4,0
3,5 3,2
3,3 3,1
3,9 3
2,7 3,1
1,7 2,5
1,7 3,0
4 3,2
3,4 3,1
3,5 2,8
3,0 5
2,2 2,6
2,4 3,2
2,3 3,5
6 4,8
4,1 3,7
3,9 3,3
4,4 7
3,3 3,1
2,9 3,2
3,0 3,3
8 3,5
3,3 3,0
4,0 3,1
3,5 9
3,9 3,5
3,9 3,7
3,3 3,7
10 3,1
3,1 3,1
3,3 3,0
3,4 11
3,6 3,1
2,4 4,5
2,3 3,8
12 4,8
4,4 4,2
3,8 3,6
4,0 Total
43,5 41,4
37,1 43,1
35,2 44,1
Rata-rata 3,6
3,5 3,1
3,6 2,9
3,7
Hasil penilaian dari unsur pejabat-pejabat dalam organisasi PD Kebersihan disajikan pada Tabel 16 di atas. Tampak bawa bahwa nilai terendah yang
diberikan adalah 2,2 dan nilai tertinggi adalah 4,6. Nilai 2,2 diberikan oleh pejabat nomor 5 pada aspek kepemimpinan. Sedangkan nilai 4,6 diberikan oleh
pejabat nomor 1 untuk aspek hubungan eksternal. Skala penilaian berkisar antara 0 sampai 6. Organisasi yang sempurna dalam seluruh aspek akan mendapat nilai
6. Jadi secara umum seluruh aspek dari kapasitas organisasi masih berada di tengah skala yang berarti bahwa posisi organisasi relatif jauh untuk mencapai taraf
sempurna.