48 masyarakat pemanfaat sampah yang meliputi pemulung, lapak, bandar, pabrik
kompos dan produk daur ulang; masyarakat pemerhati lingkungan dan pemerintah. Dengan mengkaji keinginan dan potensi dari setiap kelompok
masyarakat dapat meningkatkan tingkat partispasi dalam usaha mengurangi atau meminimalkan sampah di sumber.
4.2. Peran Stakeholder dalam Pengelolaan Sampah
4.2.1. Masyarakat Penghasil Sampah
Menurut Matsunaga dan Themelis 2002 pengelolaan sampah menjadi suatu masalah pada wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk yang relatif
tinggi. Bila tingkat kepadatan masih rendah atau dibawah 50 jiwa per hektar maka pengelolaan sampah kota bisa dilakukan secara swakelola atau oleh masyarakat
secara langsung. Hal ini ditunjukkan di wilayah pedesaan tidak diperlukan pengelolaan sampah. Berdasarkan hal tersebut maka pengkajian karakteristik
rumah tangga terhadap pengelolaan sampah dilakukan terhadap tiga wilayah dengan tiga tingkatan kepadatan yaitu kepadatan tinggi, sedang dan rendah.
Masyarakat penghasil sampah domestik adalah rumah tangga. Sebagai salah satu stakeholder dalam pengelolaan sampah kota, rumah tangga dianalisis dalam
tiga wilayah kepadatan. Masyarakat penghasil sampah merupakan faktor penting dalam pengelolaan sampah, karena merupakan sumber sampah terbesar. Bila
penghasil sampah ini dapat menurunkan timbulan sampah, maka akan mengurangi beban pengelola sampah.
Metode cross tabulation chi square digunakan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik rumah tangga dengan aspek pengelolaan sampah di
rumah. Hubungan yang diperoleh adalah dalam hal 1 jumlah sampah perhari, 2 yang menangani sampah di rumah sebelum dibuang, 3 pengetahuan tentang 3R
reduce, reuse, recycling, 4 pemilahan, 5 pelaksanaan reduce, 6 pelaksanaan reuse
dan 7 kesediaan melakukan recycling daur ulang. Aspek nomor 4 sampai nomor 7 merupakan komponen partisipasi masyarakat. Hasil uji
hubungan antara karakteristik rumah tangga dengan pengelolaan sampah di rumah dengan menggunakan cross tabulation chi square disajikan pada Lampiran 5.