Persepsi masyarakat terhadap pasca tambang batubara

103 sehingga pendapatan masyarakat mengalami penurunan dibandingkan pada saat sebelum pertambangan batubara. Tabel 19. Pendapatan Masyarakat Sebelum, Saat dan Sesudah Penambangan Pendapatan Rata-rata Sebelum Saat Pertambangan Sesudah Maksimum 1.600.000 2.200.000 2.000.000 Minimum 500.000 1.100.000 800.000 Rata-Rata 1.150.000 1.731.250 1.506.250 Sumber : Data Primer diolah, 2009 4.4. Dimensi Sosial 4.4.1. Epidemi penyakit diare dan pernapasan Epidemi dapat diartikan sebagai wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga. Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia, pengertian wabah dapat dikatakan sama dengan epidemi, yaitu berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka UU Nomor 4 Tahun 1984. Data pada Tabel 20 memperlihatkan sepuluh jenis penyakit terbesar yang terdapat di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kecamatan Sebulu dan Kecamatan Tenggarong Seberang pada tahun 2006. Epidemi penyakit dikelompokkan dalam empat kategori yaitu: 0 75,00 kasus = tinggi, 1 50,01 – 75,00 kasus = sedang 2 10,01 – 50,00 kasus = rendah, dan 3 0,00 – 10,00 kasus = tidak terjadi epidemi. Berdasarkan dari data di lapangan, Kabupaten Kutai Kartanegara, khususnya Kecamatan Sebulu dan Tenggarong Seberang memiliki epidemi penyakit diare dan pernafasan yang rendah.

4.4.2. Persepsi masyarakat terhadap pasca tambang batubara

Keberadaan lingkungan baru dapat memberikan persepsi atau pandangan yang beragam dari masyarakat yang mendiami wilayah tersebut. Hal ini dapat dipahami bahwa masuknya suatu inovasi yang baru ke dalam faktor indigenous akan merubah sistem yang ada sebelumnya. Persepsi masyarakat terhadap kondisi pasca tentunya akan dibandingkan dengan kondisi pra inovasi, dikelompokkan 104 dalam empat kategori yaitu: 0 suatu inovasi tidak bermanfaat, 1 suatu inovasi kurang bermanfaat, 2 suatu inovasi bermanfaat, dan 3 suatu inovasi sangat bermanfaat. Tabel 20. Sepuluh penyakit terbesar di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kecamatan Sebulu dan Kecamatan Tenggaraong Seberang, 2006 Kab. Kutai Kartanegara Puskesmas Sebulu 1, Kec. Sebulu Puskesmas Sebulu 2, Kec. Sebulu Puskesmas Separi 3, Kec. Tenggarong Seberang Jenis Penyakit Persentase Dari total 17.977 kasus Jenis Penyakit Persentase dari 2.849 kasus Jenis Penyakit Persentase dari 5.335 kasus Jenis Penyakit Persenta se dari 1.229 kasus Diare dan Gastroenteritis tidak dapat dikelompokkan ke dalam A00- A08 13,46 Gejala dan tanda umum lainnya 21,76 Infeksi akut lain pada saluran pernapasan bagian atas 43,26 Penyakit infeksi saluran pernapasan atas akut tidak spesifik 25,71 Influenza 11,66 Gastroduod enitis tidak spesifik 17,76 Infeksi penyakit usus yang lain 11,06 Gejala dan tanda umum lainnya 24,9 Batuk 10,71 Batuk 16,08 Penyakit pulpa pada jaringan periapikal 8,53 Infeksi virus dan infeksi usus tertentu lainnya 8,14 Tukak lambung 10,43 Faringitis Akuta 10,04 Diare 6,94 Diare dan Gastroenteritis tidak dapat dikelompokkan ke dalam A00– A08 8,14 Penyakit infeksi saluran pernapasan atas akut tidak spesifik 10,25 Hipertensi 9,16 Penyakit kulit infeksi 6,67 Gastroduodeniti s tidak spesifik 6,59 Nasofaringitis akuta Common Cold 9,99 Gangguan lain pada kulit dan jaringan subkutan yang tidak diklasifikas ikan 6,35 Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat 6,35 Tonsilitis Akuta 6,51 Demam yang tidak diketahui sebabnya 9,08 Tuberkulosi s paru klinis 5,58 Penyakit kulit elergi 5,77 Rematisme 5,37 Penyakit infeksi saluran pernapasan atas lainnya 8,90 Infeksi virus dan infeksi usus tertentu lainnya 5,48 Gingivitas dan penyakit periodental 5,00 Hipertensi 5,29 Hipertensi 7,89 Myalgia 3,97 Tonsilitis 3,43 Penyakit infeksi saluran pernapasan atas lainnya 5,29 Gangguan lain pada kulit dan jaringan subkutan yang tidak terklasifikasikan 7,63 Dermatitis lain tidak spesifik eksema 3,83 Penyakit tekanan darah tinggi 2,98 Karies gigi 4,07 Sumber : http:dinkes-kutaikartanegara.orgidprofil.php 105 Berdasarkan hasil wawancara hampir seluruh warga masyarakat 96 memberikan berbagai persepsi negatif yang memiliki tendensi bahwa keberadaan tambang batubara tidak memiliki manfaat bagi masyarakat. Masyarakat menyatakan bahwa dengan keberadaan tambang lingkungan menjadi rusak, kegiatan AMDAL tidak berjalan. Bahkan terdapat petani yang mengungkapkan bahwa dari hasil produksi panen padi sawah menurun drastis, dari empat ton menjadi satu ton sehingga berpengaruh terhadap pendapatan. Cekungan lahan yang terjadi akibat pertambangan tidak bisa dimanfaatkan sebagai kolam perikanan, bahkan membahayakan bagi warga. Selain itu gersangnya lingkungan dan kerawanan banjir menjadi permasalahan. Terhadap kesehatan lingkungan, masyarakat mengemukakan bahwa keberadaan tambang batubara memberikan dampak bagi kesehatan. Polusi akibat dari aktivitas pertambangan berdampak bagi meningkatnya penyakit yang terkait dengan pernafasan.

4.4.3. Tatanan adat dan kebiasaan masyarakat