89 Ketersediaan air dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu: 0
tidak tersedia air, yaitu tidak terdapatnya sumber mata air 1 sedikit tersedia air, yaitu adanya mata air yang memiliki debit air yang relatif kecil atau hanya
terdapat sumber air pada musim hujan, dan 2 banyak tersedia air, yaitu terdapatnya mata air yang mengeluarkan mata air secara terus menerus walaupun
pada musim kemarau. Berdasarkan data ketersediaan air, wilayah penelitian termasuk dalam kategori memiliki sedikit air.
4.2.4. Banjir dan Erosi
Letak geografis dari sekitar 220 desakelurahan di Kabupaten Kutai Kartanegara, sebanyak 12,73 merupakan daerah pesisir yang langsung
berbatasan dengan laut Selat Makasar. Desakelurahan pesisir ini berada di 6 kecamatan yaitu kecamatan Samboja, Muara Jawa, Sanga-sanga, Anggana, Muara
Badak serta Marang Kayu, sedangkan selebihnya yaitu 192 desakelurahan bukan merupakan daerah pesisir arau tepi laut. Namun pada umumnya desakelurahan
tersebut berada di daerah aliran sungai DAS, lereng punggung bukit dan daerah dataran.
Banjir adalah meluapnya air dari badan-badan sungai sehingga
menggenangi lahan. Daerah aliran sungai DAS merupakan daerah yang dibatasi oleh topografi secara alami, sehingga semua air hujan yang jatuh di atasnya akan
mengalir menuju ke suatu lokasi pembuangan outlet. Siklus air dan distribusi air hujan yang sampai di permukaan bumi menurut Robinson dan Sivapalan 1996
dalam Hakim 2008 merupakan proses perubahan air hujan menjadi aliran
permukaan dan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: 1 fungsi produksi DAS yaitu perubahan dari curah hujan bruto total jumlah air hujan yang jatuh ke
permukaan bumi sebelum terjadinya intersepsi dan infiltrasi menjadi curah hujan netto
curah hujan sisa, yaitu jumlah air hujan yang mengalir melalui jaringan hidrologi setelah terjadinya proses intersepsi tanaman dan infiltrasi tanah jenuh,
dan 2 fungsi transfer DAS yaitu perubahan dari curah hujan netto menjadi aliran permukaan langsung.
Intersepsi merupakan proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi, tertahan beberapa saat untuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfer
90 atau diserap oleh vegetasi yang bersangkutan dan atau jika melebihi kapasitas
simpan vegetasi, air hujan tersebut akan mengalir ke permukaan tanah. Infiltrasi merupakan proses masuknya air ke dalam tanah, umumnya melalui permukaan
tanah dan terjadi secara vertikal, serta merupakan salah satu bagian yang sangat penting dari siklus air dalam menyerap, menampung, dan mendistribusikan air
hujan yang jatuh diatasnya. Secara umum besarnya kapasitas infiltrasi tanah mempunyai peranan
yang sangat besar dalam menurunkan besarnya debit aliran permukaan tanah dibandingkan parameter lainnya, seperti intersepsi tanaman. Menurut Arsyad
2000 laju infiltrasi merupakan banyaknya air per satuan waktu yang masuk ke dalam tanah melalui permukaan tanah, sedangkan laju maksimum air dapat masuk
ke dalam tanah pada suatu saat disebut kapasitas infiltrasi. Menurut Hakim 2008, untuk menduga banjir, maka ada dua besaran
magnitude penting yang harus dikomputasi secara akurat dalam analisis banjir, yaitu: debit puncak peak discharge dan waktu menuju debit puncak time to
peak discharge . Pemodelan banjir ini didasarkan pada dua bagian, yaitu: 1
pemodelan fungsi produksi perhitungan curah hujan efektif dari curah hujan bruto, dan 2 pemodelan fungsi transfer simulasi debit aliran permukaan.
Banjir dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain 1 jenis penggunaan lahan, 2 curah hujan, 3 tingkat infiltrasi air, dan 4 tingkat intersepsi air.
Menurut Hakim 2008 menyebutkan bahwa alih fungsi penggunaan lahan hutan menjadi lahan terbuka berdampak terhadap peningkatan intensitas banjir.
Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki 4 empat jenis perairan yaitu sungai, danau, rawa dan laut. Sungai Mahakam merupakan sungai induk dan
sungai yang terpanjang, dengan panjang sekitar 920 Kilometer. Sungai ini masih sangat berperan sebagai urat nadi transportasi terutama untuk menuju Kecamatan
Muara Wis dan Kecamatan Muara Muntai, serta sebagian besar kecamatan di wilayah Kabupaten Kutai Barat. Cabang-cabang sungai Mahakam sangat banyak
dan salah satu diantaranya adalah sungai Belayan yang bermuara di Kecamatan Kota Bangun. Anak sungai Mahakam ini merupakan sarana transportasi utama
menuju Kecamatan Kenohan, Kecamatan Kembang Janggut dan Kecamatan Tabang. Jumlah sungai yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara sekitar 31 buah.
91 Hakim 2008 yang melakukan model pendugaan banjir dan kekeringan
di DAS Separi, Kutai Kartanegara Kalimantan Timur menyebutkan bahwa tingkat infiltrasi pada periode 14-17 Oktober 2003 sebesar 59,73 mm dan pada periode
25-28 Maret 2006 sebesar 35,18 mm. Berdasarkan Tabel 11 dan hasil analisis Hakim 2008 dapat diprediksikan bahwa jumlah air yang mengalir yaitu berkisar
antara 161.17 mm – 179.42 mm. Hal ini menunjukkan bahwa diprediksikan banjir akan terjadi di lokasi. Kondisi ini didukung oleh lahan yang semula hutan telah
banyak dikonversi menjadi lahan pertambangan batubara akan menyebabkan setiap musim hujan pada lokasi penelitian terjadi banjir.
Dalam kajian ini atribut banjir dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: 0 selalu terjadi banjir, 1 sering terjadi banjir, dan 2 jarang terjadi
banjir. Berdasarkan kondisi yang ada dan dengan merujuk literatur maka lokasi penelitian dapat dikategorikan dalam kelompok selalu terjadi banjir.
Erosi
adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan detached dan kemudian dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin atau gravitasi. Di
Indonesia erosi yang terpenting adalah yang disebabkan oleh air Hardjowigeno, 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi air adalah : 1 curah hujan, 2
sifat-sifat tanah, 3 lereng, 4 vegetasi, dan 5 manusia. Sifat-sifat hujan meliputi intensitas hujan, jumlah hujan dan curah hujan. Jumlah hujan rata-rata
tahunan yang tinggi tidak akan menyebabkan erosi yang berat apabila hujan tersebut terjadi merata sepanjang tahun. Sebaliknya, curah hujan rata-rata tahunan
yang rendah dapat menyebabkan erosi apabila hujan tersebut jatuh sangat deras meskipun hanya sekali-sekali. Tanah yang bertekstur lempung berdebu sangat
peka terhadap erosi. Menurut Wood dan Dent, 1983 dalam Hardjowigeno 2007, disebutkan
bahwa indeks bahaya erosi IBE ditentukan berdasarkan jumlah tanah yang tererosi dibagi dengan jumlah erosi yang diperbolehkan tonhathn. Berdasarkan
persamaan tersebut, IBE dapat digolongkan ke dalam empat kelas yaitu a 1,00 = rendah, b 1,01 – 4,0 =sedang, c 4,01 – 10,00 = tinggi, d 10,00 = sangat
tinggi. Pendugaan erosi dapat menggunakan rumus USLE Universal Soil Loss
Equation . Jumlah tanah yang hilang rata-rata setiap tahun tonhatahun
92 merupakan perkalian dari 1 R = erovisitas hujan indeks daya erosi curah hujan,
2 K = erodibilitas tanah indeks kepekaan tanah terhadap erosi, 3 LS = faktor panjang L dan curamnya S lereng, 4 C= faktor tanaman atau vegetasi, dan 5
P= faktor usaha. Rona lingkungan hidup awal PT.Kitadin menunjukkan bahwa erosivitas
hujan di wilayah studi dihitung berdasarkan data hujan bulanan dari stasiun hujan Tenggarong menggunakan rumus Kenvain. Erodibilitas tanah K dihitung
menggunakan rumus nomograf erodibilitas tanah Wischmeier dan Smith 1978. Bentuk wilayah umumnya datar sampai berbukit, dengan lereng berkisar dari 0-
25. Vegetasi penutup tanah umumnya semak belukar dengan penutupan permukaan tanah cukup baik dan kebun campuran. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa erosivitas hujan di wilayah studi sebesar 1079, sedangkan erodibilitas tanah berkisar antara 0,254-0,326 tergolong sedang sampai agak
tinggi. Faktor panjang dan kemiringan lereng LS berkisar antara 0 – 5,242. Nilai faktor vegetasipengelolaan tanah adalah 0,100 untuk semak belukar dan 0,150
untuk kebun campuran. Di wilayah studi tidak dijumpai tindakan konsevasi tanah. Berdasarkan data faktor-faktor penyebab erosi dan perhitungan erosi
menggunakan rumus USLE, ternyata jumlah erosi di wilayah studi umumnya berkisar antara 8,78 – 161,78 tonhatahun Dokumen AMDAL PT.Kitadin,
2000. Rona lingkungan hidup awal PT.Tanito Harum dilihat dari kelas lereng 0-
25 dengan metode Wischmeier dan Smith 1978 sebesar 10,49 – 358 tontahun Dokumen AMDAL PT.Tanito Harum, 1994.
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi studi dan penetapan nilai mengacu pada klasifikasi yang telah ditentukan dalam Hardjowigeno 2007, nilai
erosivitas hujan R sebesar 1.076,98. Nilai erodibilitas tanah K sebesar 0,45 dan faktor panjang dan kemiringan lereng LS sebesar 1. Nilai faktor
vegetasipengelolaan tanah adalah 0,5 untuk hutan produksi. Di wilayah studi terdapat penanaman tanaman perkebunan kerapatan sedang nilai P = 0,5.
Berdasarkan data faktor-faktor penyebab erosi dan perhitungan erosi menggunakan rumus USLE ternyata jumlah tanah tererosi A sebesar 121,16
tonhatahun.
93 Jumlah erosi yang diperbolehkan ditetapkan berdasarkan rumus Wood
dan Dent 1983 sebesar 23,3 tonhatahun, sehingga indeks bahaya erosi yang terjadi di PT. Kitadin dan PT. Tanito Harum dapat dikatakan telah mencapai
angka 5,2. Tingkat erosi dalam kajian ini dikelompokkan pada tiga kategori yaitu:
0 tinggi, 1 sedang, dan 2 rendah. Berdasarkan nilai IBE yang diperoleh, maka tingkat erosi telah berada pada kategori Indeks Bahaya Erosi tinggi.
4.2.5. Kemampuan Lahan