69
3.6.1. Analisis Laboratorium
Analisis laboratorium dilakukan untuk mengindentifikasi kondisi saat ini kawasan pasca tambang batubara dengan mengambil sampel tanah, air dan
vegetasi. Analisis dilakukan dengan memperhatikan lokasi yang melakukan reklamasi maupun yang tidak melakukan reklamasi. Data hasil uji analisis
laboratorium kemudian di uji silang dengan baku mutu.
3.6.2. Identifikasi Indeks Keberlanjutan
Penilaian status keberlanjutan lahan pasca tambang batubara dapat menggunakan alat tools Multidimentional Scalling MDS. Metode ini merupakan
modifikasi dari Rapfish. Rapfish adalah multi-disciplinary rapid appraisal technique
untuk mengevaluasi sustainability of fisheries. Keberlanjutan merupakan hal penting terkait dengan eksploitasi sumberdaya alam yang meliputi
faktor ekologi, ekonomi dan sosial secara bersamaan. Perhitungan indeks keberlanjutan dari sumberdaya alam dapat dilakukan penilaiannya dengan
menggunakan MDS. Penggunaan metode MDS di Indonesia telah dilakukan oleh Fauzi dan
Anna 2005 dalam menilai aspek-aspek keberlanjutan ekologi ecologycal sustainability
, keberlanjutan sosio-ekonomi sosio-economic sustainability, keberlanjutan sosial budaya sosio-culture sustainability dan keberlanjutan
kelembagaan institutional sustainability di perairan Teluk Jakarta. Analisis keberlanjutan terhadap lahan pasca tambang batubara dalam
penelitian ini dilengkapi dengan analisis kebutuhan stakeholder, produk kebijakan atau regulasi. Metode MDS dapat menunjukkan tingkat keberlanjutan kawasan
pasca tambang batubara pada saat ini yang dilihat dari konsep pembangunan. Konsep pembangunan berkelanjutan dapat didekati dari tiga dimensi yaitu
ekologi, ekonomi dan sosial Munasinghe, 1993. Mengacu pada konsep tersebut, dalam penelitian ini ditentukan pula tiga dimensi yang digunakan untuk
menunjukkan tingkat keberlanjutan kawasan pasca tambang batubara. Penilaian terhadap setiap dimensi dilakukan dengan membuat atribut
penilaian yang dinilai dengan skala ordinal. Model pendekatan yang dilakukan adalah menggunakan model yang telah dikembangkan dalam prikanan yaitu
70 model RAPFISH Rapid Apraisal for Fisheries yang dikembangkan oleh
University of British Colombia, Canada, pada tahun 1998. Teknik rapfish menggunakan pendekatan multi dimensional scaling MDS,
yang memetakan obyek atau titik yang diamati dalam satu ruang Pitcher dan Preikshot, 2001 dalam Fauzi 2002. Obyek atau titik yang sama dipetakan saling
berdekatan dan obyek atau titik yang berbeda dipetakan berjauhan. Teknik penentuan jarak dalam MDS didasarkan pada Euclidian Distance yang dapat
digambarkan sebagai berikut: d = [X
1
– X
2
]
2
+ [Y
1
– Y
2
]
2
+ [Z
1
– Z
2
]
2
+ .... Konfigurasi dari objek atau titik didalam MDS kemudian diaproksimasi
dengan meregresikan jarak Eucledian d
ij
dari titik i ke titik j dengan titik asal d
ij
seperti persamaan berikut : d
ij
= a + bd
ij
+ e. Teknik yang digunakan untuk meregresikan dengan metoda least square adalah metoda ALSCAL.
Metoda ALSCAL mengoptimasi jarak kuadrat square distance = d
ij
terhadap data kuadrat titik asal = O
ijk
yang dalam tiga dimensi ditulis dalam formula S-stress sebagai berikut:
S =
∑ ∑
∑ ∑∑
=
⎥ ⎥
⎥ ⎦
⎤ ⎢
⎢ ⎢
⎣ ⎡
−
m k
j i
i j
ijk O
ijk O
ijk d
m
1
4 2
2 2
1
Dimana jarak kuadrat merupakan jarak Euclidian yang dibobot sebagai berikiut: d
2 ijk
=
∑
= r
a 1
w
ia
X
ia
- X
ja 2
Goodnes of fit dalam MDS dicerminkan dari besaran S-stress yang
dihitung berdasarkan nilai S. Nilai stres yang rendah menunjukan good fit, dan S yang tinggi menunjukan sebaliknya. Didalam model Rapfish yang baik
memperlihatkan nilai sterss lebih kecil dari 0,25 S 0,25. Fauzi, 2002 Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, hasil perhitungan atau data
sekunder yang tersedia, setiap atribut diberikan skor atau peringkat yang mencerminkan keberlanjutan dari dimensi pembangunan ekologi, ekonomi dan
sosial. Skor ini menunjukkan nilai yang “buruk” di satu ujung dan nilai “baik” di ujung yang lain Alder et al.,2000. Nilai “buruk” mencerminkan kondisi yang
paling tidak menguntungkan, sebaliknya nilai “baik” mencerminkan kondisi yang paling menguntungkan. Diantara dua ekstrim nilai ini terdapat satu atau lebih
71 nilai antara tergantung dari jumlah peringkat pada setiap atribut. Jumlah peringkat
pada setiap atribut ditentukan oleh tersedia tidaknya literatur yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah peringkat Susilo, 2003.
Pemilihan dimensi dilakukan dengan acuan studi literatur tentang analisis keberlanjutan beberapa sistem yang telah dikaji yaitu sistem perikanan, sistem
peternakan sapi perah, sistem pertanian jeruk dan sistem pengembangan wilayah transmigrasi yang hanya meliputi dimensi ekologi, sosial dan ekonomi. Pemilihan
dimensi dilakukan melalui Focussed Group Discussion FGD sebanyak tiga kali dengan masing-masing topik bahasan, yaitu FGD untuk membangun asumsi, FGD
untuk membuat kerangka dan FGD untuk memverifikasi dimensi Eriyatno.2005pers.com dalam Iswari 2008.
Keberlanjutan dimensi ekologi adalah stabilitas global untuk seluruh ekosistem, khususnya sistem fisik dan biologi. Keberlanjutan ekologi dalam
pengembangan kawasan pasca tambang batubara melakukan reklamasi agar degradasi lahan, air dan vegetasi segera diatasi dengan rehabilitasi lahan baik
dengan cara restorasi maupun reklamasi. Tabel 5. Dimensi Ekologi dan Atribut Keberkelanjutan Pengelolaan Kawasan
Pasca Tambang Batubara, Kabupaten Kutai Kartanegara
Dimensi dan Atribut
Skor Baik Buruk
Kategori Pengukuran Referensi
Persentase tumbuhan
0; 1 ; 2 ; 3 ; 4 4
0 Tidak ada 1 25 tertutup
2 50 tertutup 3 75 tertutup
4 75 tertutup Hardjowigeno,
2007
Pergantian pertumbuhan
tanaman 0; 1 ; 2
2 Sangat lambat
1 Lambat
2 Cepat
Hardjowigeno, 2007
Banjir 0; 1 ; 2
2 0 Selalu
1 Sering 2 Jarang
Hardjowigeno, 2007
Ketersediaan air
0; 1 ; 2 2
Tidak ada 1
Sedikit 2
Banyak PP No 82 2001
Erosi 0 ; 1 ; 2
2 Tinggi,
1 Sedang,
2 Rendah
Morgan, 1979 Kemampuan
lahan 0; 1 ; 2
2 Tidak dapat digarap
sama sekali 1
Digarap dengan perlakuan
2 Dapat digarap
Sitorus, 2004
Tingkat kesuburan
tanah 0; 1 ; 2 ; 3
3 Tidak subur,
1 Kurang subur,
2 Subur
3 Sangat subur
Pusat Penelitian Tanah, 1983
72 Atribut dimensi ekologi berkelanjutan dalam pengembangan kawasan
pasca tambang batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara adalah tingkat kesuburan tanah, jenis tanah, erosi, keberadaan air, banjir, pergantian pertumbuhan tanaman
dan persentase tumbuhan dapat dilihat pada Tabel 5. Keberlanjutan ekonomi adalah arus maksimum pendapatan yang dapat
diciptakan dari aset modal yang minimal dengan manfaat yang optimal Maler, 1990. Keberlanjutan dimensi ekonomi dalam pengembangan kawasan pasca
tambang batubara adalah meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar kawasan pasca tambang batubara dan masyarakat lokal, peningkatan ekonomi daerah, dan
penyerapan tenaga kerja. Tabel.6. Dimensi Ekonomi dan Atribut Keberkelanjutan Pengelolaan Kawasan
Pasca Tambang Batubara, Kabupaten Kutai Kartanegara
Dimensi dan Atribut
Skor Baik Buruk
Keterangan
Kontribusi terhadap PDRB relatif untuk
desa sekitar lokasi 0; 1 ; 2 ; 3 ;4
4 0 Lebih rendah
1 Rendah 2 Sama
3 Tinggi 4 Lebih tinggi
Sarana dan prasarana
transportasi 0; 1 ; 2 ; 3
3 Buruk
1 Cukup
2 Baik
3 Sangat baik
Status penguasaan lahan masyarakat
0; 1 ; 2 2
Berkurang, 1
Tetap 2
Bertambah Sarana
perekonomian 0; 1 ; 2
2 Berkurang
1 Tetap
2 Bertambah
Aktivitas perekonomian pasca
tambang batubara ; 1 ; 2
2 Menurun
1 Tetap
2 Meningkat
Mata Pencaharian masyarakat pasca
tambang batubara 0; 1 ; 2
2 Menganggur
1 Berpindah mata
pencaharian 2
Tetap pada mata pencaharian awal
Pendapatan masyarakat pasca
tambang batubara dibandingkan
dengan pra tambang 0; 1 ; 2
2 0 Berkurang,
1 Tetap 2 Bertambah
Keberlanjutan dimensi sosial adalah terjaganya stabilitas sistem sosial dan budaya, termasuk reduksi konflik yang merusak UNEP et al.,1991. Terkait
73 dengan pengelolaan kawasan pasca tambang batubara, keberlanjutan dimensi
sosial adalah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, mencegah terjadinya berbagai konflik,
menciptakan keadilan dalam kehidupan masyarakat, terjadinya pemerataan pendapatan, terbukanya kesempatan berusaha, dan partisipasi masyarakat. Atribut
dimensi sosial berkelanjutan pengembangan kawasan pasca tambang batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara adalah konflik sosial, migrasi penduduk, rasio
relatif jenis kelamin, angka beban tanggungan keluarga, tatanan adat dan kebiasaan masyarakat, persepsi masyarakat terhadap keberadaan tambang
batubara, serta epidemi penyakit pernafasan dan diare dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Dimensi Sosial dan Atribut Keberkelanjutan Pengelolaan Kawasan Pasca
Tambang Batubara, Kabupaten Kutai Kartanegara
Dimensi dan Atribut
Skor Baik Buruk
Keterangan
Epidemi penyakit pernafasan dan diare
0 ; 1 ; 2 ; 3 3
Tinggi 1
Sedang 2
Rendah 3
Tidak terjadi Persepsi masyarakat
terhadap keberadaan tambang batubara
0 ; 1 ; 2 ; 3 3
Tidak bermanfaat 1
Kurang bermanfaat
2 Bermanfaat
3 Sangat bermanfaat
Tatanan adat dan kebiasaan
masyarakat 0; 1 ; 2
2 Sangat berubah
1 Sedikit berubah
2 Tidak berubah
Angka beban tanggungan keluarga
0; 1; 2 2
Tinggi 1
Sedang 2
Rendah Rasio relatif Jenis
kelamin 0; 1 ; 2
2 L W lebih kecil
1 LW sama
2 LW lebih besar
Migrasi penduduk 0; 1 ; 2
2 Tinggi
1 Sedang
2 Rendah
Konflik sosial 0; 1 ; 2
2 Sering
1 Jarang
2 Tidak pernah
Pembuatan peringkat disusun berdasarkan urutan nilai terkecil ke nilai terbesar baik secara kuantitatif maupun kualitatif, dan bukan berdasarkan urutan
nilai terburuk ke yang terbaik. Untuk selanjutnya nilai skor dari masing-masing atribut dinalisis secara multi dimensional untuk menentukan satu atau beberapa
titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan pengelolaan kawasan pasca
74 tambang batubara yang dikaji relatif terhadap dua titik acuan yaitu titik “baik”
good dan titik “buruk” bad. Untuk memudahkan visualisasi posisi ini digunakan analisis ordinansi.
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan software Rapfish Rapid Appraisal for Fisheries. Teknik Rapfish adalah suatu metode multi
disiplin yang digunakan untuk mengevaluasi perbandingan perikanan berkelanjutan berdasarkan jumlah atribut yang banyak tetapi mudah untuk dinilai.
Setiap data yang diperoleh diberi skor yang menunjukkan status sumberdaya tersebut. Ordinasi MDS dibentuk oleh aspek ekologi, ekonomi dan sosial, hasil
statusnya menggambarkan keberlanjutan di setiap aspek yang dilaporkan dalam bentuk skala 0 sampai 100. Rapfish didasarkan pada teknik ordinasi
menempatkan sesuatu pada urutan atribut yang terukur dengan MDS. Prosedur analisis MDS dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:
1. Analisis data kawasan pasca tambang batubara di Kabupaten Kutai
Kartanegara melalui data kondisi saat ini ekologi fisik-lingkungan, ekonomi dan sosial; data statistik; studi literatur juga pengamatan di lapangan.
2. Melakukan skoring dengan mengacu pada literatur.
3. Melakukan analisis MDS dengan software SPSS untuk menentukan ordinasi
dan nilai stress melalui ALSCAL Algoritma. 4.
Melakukan “rotasi” untuk menentukan posisi pada ordinasi “bad” dan “good” dengan Excell dan Visual Basic. Goodness of fit dalam MDS dicerminkan dari
besaran nilai S-Stress yang dihitung berdasarkan nilai S. Nilai stress yang rendah menunjukkan good fit, sementara nilai S yang tinggi menunjukkan bad
fit , model yang baik ditunjukkan jika nilai stress lebih kecil dari 0.25 S 0.25.
5. Melakukan sensitivity analysis dan Monte Carlo Analysis untuk
memperhitungkan aspek ketidakpastian. Tahap proses ordinasi menggunakan perangkat lunak modifikasi Rapfish
Kavanagh, 2001. Perangkat lunak Rapfish merupakan pengembangan MDS yang ada di dalam perangkat lunak SPSS, untuk proses rotasi, kebalikan posisi
fliping, dan beberapa analisis sensitivitas telah dipadukan menjadi satu perangkat lunak. Melalui MDS, posisi titik keberlanjutan tersebut dapat
divisualisasikan dalam dua dimensi sumbu horizontal dan vertikal. Untuk
75 memproyeksikan titik-titik tersebut pada garis mendatar dilakukan proses rotasi,
dengan titik ekstrem “buruk” diberi nilai skor 0 dan titik ekstrim “baik” diberi skor nilai 100. Posisi keberlanjutan sistem yang dikaji akan berada di antara
dua titik ekstrem tersebut. Nilai inilah yang merupakan nilai indeks keberlanjutan pengembangan kawasan pasca tambang batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara
yang dilakukan saat ini. Analisis ordinasi ini juga dapat digunakan hanya untuk satu dimensi saja
dengan memasukkan semua atribut dari dimensi yang dimaksud, dalam penelitian ini digunakan tiga dimensi, hasil analisis akan mencerminkan seberapa jauh status
keberlanjutan dimensi tersebut. Jika analisis setiap dimensi telah dilakukan maka analisis perbandingan keberlanjutan antar dimensi dapat divisualisasikan dalam
bentuk diagram layang-layang kite diagram dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Diagram Layang-Layang Kite Diagram Nilai Indeks Keberlanjutan
Pengelolaan Kawasan Pasca Tambang Batubara, Kabupaten Kutai Kartanegara
Skala indeks keberlanjutan pengembangan kawasan pasca tambang batubara mempunyai interval 0 - 100. Jika sistem pengelolaan yang dikaji
mempunyai nilai indeks lebih dari 75 maka pengelolaan kawasan pasca tambang batubara tersebut masuk dalam kategori berkelanjutan sustainable dan
sebaliknya jika kurang dari 75 masuk kategori cukup berkelanjutan, kurang dari
20,0 40,0
60,0 80,0
100
EKONOMI SOSIAL
EKOLOGI
76 50 kategori kurang berkelanjutan, dan kurang dari 25 tidak berkelanjutan.
Kategori status keberlanjutan tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. Tahap selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat atribut
apa yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap indeks keberlanjutan kawasan pasca tambang batubara di lokasi penelitian. Pengaruh dari setiap atribut
dilihat dalam bentuk perubahan root mean square RMS ordinasi, khususnya pada sumbu-X atau skala keberlanjutan Alder et al. 2000. Semakin besar nilai
perubahan RMS dimensi akibat hilangnya suatu atribut dimensi tertentu maka semakin besar pula peranan atribut tersebut dalam pembentukan nilai indeks
keberlanjutan kawasan pasca tambang batubara pada skala sustainabilitas, makin sensitif atribut tersebut.
Tabel 8. Kategori Status Berkelanjutan Pengelolaan Kawasan Pasca Tambang Batubara Berdasarkan Nilai Indeks
Nilai IKKPTBB Kategori
0 - 25 Tidak berkelanjutan
25 - 50 Kurang berkelanjutan
50 - 75 Cukup berkelanjutan
75 – 100 Berkelanjutan
Analisis “Monte Carlo” digunakan untuk mengevaluasi pengaruh galat error acak pada proses pendugaan nilai ordinasi pengelolaan kawasan pasca
tambang batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara. Menurut Kavanagh 2001 analisis Monte Carlo juga berguna untuk mempelajari:
1. Pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut yang disebabkan oleh pemahaman
kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna atau kesalahan pemahaman terhadap atribut atau cara pembuatan skor atribut.
2. Pengaruh variasi pemberian skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh
peneliti yang berbeda. 3.
Stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang iterasi. 4.
Kesalahan pemasukan data atau adanya data yang hilang missing data. 5.
Tingginya nilai “stress” hasil analisis keberlanjutan. Kecukupan jumlah atribut dari seluruh dimensi dalam penelitian di
lapangan menggunakan metode MDS. Terdapat dua parameter statistik untuk
77 menilai kualitas hasil analisis tersebut. Pertama disebut nilai “stress” dan kedua
adalah koefisien determinasi, biasanya ditulis dengan lambang huruf R
2
, keduanya dinilai untuk setiap dimensi dan multidimensi. Makin kecil nilai “stress” tidak
melebihi angka 25, dan makin besar nilai koefisien determinasi R
2
yang mendekati nilai satu 1 dikatakan analisis dengan metode MDS adalah kualitas
bagus Fisheries.com 1999.
3.6.3. Analisis Kebutuhan