58 Tabel 1. Tujuan, Jenis Data, Sumber Data, Teknik Analisis dan Keluaran
Tujuan Penelitian
Jenis data Yang
dikumpulkan Sumber
Data Teknik
pengumpulan data
Teknik Analisis Data
Keluaran output
yang diharapkan
1. Mengetahui kondisi saat ini
faktor fisik lingkungan
meliputi tanah, air dan vegetasi
• Tanah • Air
• Vegetasi Primer
¾ Pengambilan sampel air,
tanah ¾ Pengamatan
vegetasi Analisis
laboratorium Jalur petak
Kualitas tanah, air dan
vegetasi
2. Mengetahui indeks
keberlanjutan kondisi saat
ini pasca tambang
batubara, berdasarkan
dimensi ekologi,
ekonomi dan sosial
• Ekologi • Sosial
• Ekonomi Primer
Sekunder ¾ Hasil uji
laboratorium dan jalur
petak pengamatan
¾ Kuesioner ¾ Wawancara
¾ Data dari instansi terkait
¾ Studi literatur ¾ FGD
MDS Nilai indeks
keberlanjutan kawasan
pasca tambang
batubara
3. Mengetahui faktor kunci
pengelolaan kawasan pasca
tambang batubara
berkelanjutan • Kebijakan terkait
tambang batubara
• Leverage of Attributes
hasil MDS
Sekunder ¾ Studi literatur
¾ FGD Telaah
kebijakan Analisis
kebutuhan stakeholder
Analisis prospektif
Menemukan faktor kunci
kebijakan kawasan
pasca tambang
batubara berkelanjutan
4. Merumuskan arahan
kebijakan dan strategi
implementasi pengelolaan
kawasan pasca tambang
batubara berkelanjutan
• Linkage analisis dari tujuan 1, 2
dan 3 Sekunder
¾ Sintesa tujuan 1, 2, dan 3
¾ FGD Analisis
deskriptif Disain
kebijakan dan strategi
implementasi pengelolaan
kawasan pasca
tambang batubara
berkelanjutan
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data primer untuk tiap variabel dibagi menjadi tiga bagian besar. Pertama, komponen ekologi-fisik lingkungan tanah, air dan
vegetasi. Kedua, komponen ekonomi melalui wawancara dengan stakeholder.
59 Tabel 2. Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Komponen Parameter Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data Metode Lokasi
Dimensi Ekologi
Tanah • Jenis tanah
• Kesuburan tanah • Erosi
Data Primer Areal pasca
tambang dilokasi
reklamasi dan non reklamasi
• Analisis Laboratorium
• Analisis silang baku mutu
Air • Sifat fisik
• Sifat kimia Data Primer
Air dilokasi
reklamasi dan non reklamasi
• Analisis Laboratorium
• Analisis silang baku mutu
Vegetasi •
Jenis vegetasi •
Frekwensi vegetasi
Data primer Areal
pasca tambang
dilokasi reklamasi dan
non reklamasi • Petak pengamatan
Dimensi Ekonomi
• Kontribusi PDRB • Sarana dan
prasarana transportasi
• Status penguasaan lahan
• Sarana perekonomian
• Aktivitas perekonomian
• Mata pencaharian • Tingkat pendapatan
• Aksesibilitas Data primer dan
data sekunder Desa-desa
terdekat dilokasi
wilayah studi • Deskriptif
• Penilaian ahli
Dimensi Sosial
• Kesehatan masyarakat
• Persepsi masyarakat terhadap
pertambangan • Tatanan adat dan
kebiasaan masyarakat
• Angka beban tanggungan
keluarga • Rasio relatif Jenis
kelamin • Migrasi penduduk
• Konflik sosial • Tingkat pendidikan
Data primer dan data sekunder
Desa-desa terdekat di
lokasi wilayah studi
• Deskriptif • Penilaian ahli
Ketiga, komponen sosial, data primer juga dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan stakeholder. Komponen ekologi-fisik lingkungan
didapatkan dari hasil uji laboratorium dan pengamatan vegetasi dengan
60 mengambil contoh tanah, air dan melihat vegetasi di areal bekas penambangan
batubara yang legal, baik yang melakukan reklamasi maupun yang tidak melakukan reklamasi. Tanah dan air di analisis di laboratorium sedangkan
vegetasi diamati tanaman apa saja yang tumbuh di tiap lokasi.
Tanah . Perusahaan yang dipilih untuk analisis fisik-lingkungan adalah
PT. Kitadin dan PT. Tanito Harum. Tanah ditiap areal perusahaan ditentukan lebih dahulu berdasarkan lokasi umur yang paling tua berdasarkan lamanya waktu
terhitung sejak terakhir kali penambangan batubara pasca tambang batubara. Setelah ditentukan lokasi umur kawasan paling tua dibagi menjadi tiga kategori
umur yaitu umur paling tua, interval dan umur paling muda dengan penggolongan untuk lokasi yang direklamasi dan untuk lokasi yang tidak direklamasi. Contoh
tanah kemudian diberi label dengan kode-kode agar tidak tercampur satu dengan yang lainnya. Untuk memudahkan dalam pembahasan huruf A digunakan lebih
dahulu untuk umur kawasan paling muda, huruf B digunakan untuk umur interval, dan huruf C digunakan untuk umur paling tua. Dari masing-masing umur diambil
dua contoh tanah dari pembagian dua wilayah sehingga tiap golongan umur diperoleh dua sampel.
Umur pasca tambang batubara yang paling tua berdasarkan lamanya waktu terhitung sejak terakhir kali penambangan batubara pasca tambang
batubara adalah sekitar 10 tahun C, sekitar 5 tahun B, dan sekitar 1 tahun A. Sampel 24 contoh tanah terdiri dari 12 contoh tanah dari PT. Kitadin 6 reklamasi;
6 non reklamasi dan 12 contoh tanah dari PT. Tanito Harum 6 reklamasi; 6 non reklamasi.
Kawasan pasca tambang batubara di PT. Kitadin yang melakukan reklamasi maupun yang tidak melakukan reklamasi Non Reklamasi
penggolongannya dapat dilihat sebagai berikut: 1.
Berdasarkan umur pasca tambang batubara dan melakukan reklamasi: a.
PT. Kitadin dengan kode sampel RASK1 Reklamasi umur A Soil Kitadin contoh 1 dan RASK2 Reklamasi umur A Soil Kitadin contoh 2.
b. PT. Kitadin dengan kode sampel RBSK1 Reklamasi umur B Soil Kitadin
contoh 1 dan RBSK2 Reklamasi umur B Soil Kitadin contoh 2.
61 c.
PT. Kitadin dengan kode sampel RCSK1 Reklamasi umur C Soil Kitadin contoh 1 dan RCSK2 Reklamasi umur C Soil Kitadin contoh 2.
2. Berdasarkan umur pasca tambang batubara dan non reklamasi:
a. PT. Kitadin dengan kode sampel NASK1 Non Reklamasi umur A Soil
Kitadin contoh 1 dan NASK2 Non Reklamasi umur A Soil Kitadin contoh 2.
b. PT. Kitadin dengan kode sampel NBSK1 Non Reklamasi umur B Soil
Kitadin contoh 1 dan NBSK2 Non Reklamasi umur B Soil Kitadin contoh 2.
c. PT. Kitadin dengan kode sampel NCSK1 Non Reklamasi umur C Soil
Kitadin contoh 1 dan NCSK2 Non Reklamasi umur C Soil Kitadin contoh 2.
Kawasan pasca tambang batubara di PT. Tanito Harum yang melakukan reklamasi maupun yang tidak melakukan reklamasi Non Reklamasi
penggolongannya dapat dilihat sebagai berikut: 1.
Berdasarkan umur pasca tambang batubara dan melakukan reklamasi: a.
PT. Tanito Harum dengan kode sampel RAST1 Reklamasi umur A Soil Tanito contoh 1 dan RASK2 Reklamasi umur A Soil Tanito contoh 2.
b. PT. Tanito Harum dengan kode sampel RBST1 Reklamasi umur B Soil
Tanito contoh 1 dan RBST2 Reklamasi umur B Soil Tanito contoh 2. c.
PT. Tanito Harum dengan kode sampel RCST1 Reklamasi umur C Soil Tanito contoh 1 dan RCST2 Reklamasi umur C Soil Tanito contoh 2.
2. Berdasarkan umur pasca tambang batubara dan non reklamasi:
a. PT. Tanito Harum dengan kode sampel NAST1 Non Reklamasi umur A Soil
Tanito contoh 1 dan NAST2 Non Reklamasi umur A Soil Tanito contoh 2. b.
PT. Tanito dengan kode sampel NBST1 Non Reklamasi umur B Soil Tanito contoh 1 dan NBST2 Non Reklamasi umur B Soil Tanito contoh 2.
c. PT. Kitadin dengan kode sampel NCST1 Non Reklamasi umur C Soil Tanito
contoh 1 dan NCST2 Non Reklamasi umur C Soil Tanito contoh 2. Cara pengambilan contoh tanah sebagai berikut:
1. Permukaan tanah dibersihkan dari tanaman, daun dan sisa kotoran lainnya.
62 2.
Dari tiap lokasi tanah diambil komposit 5 titik masing-masing ½ kg, yaitu dari Timur, Barat, Utara, Selatan dan bagian Tengah, pengambilan tanah dilakukan
dengan menggunakan bor dengan kedalaman 30 cm, kemudian tanah dari lima titik dicampur menjadi tanah komposit sebanyak 1kg, contoh tanah dimasukan
ke dalam kantung plastik dan diberi label. Kriteria kesuburan tanah berdasarkan kimia tanah dari sifat tanah dapat
dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kriteria Kesuburan Tanah Berdasarkan Kimia Tanah Dari Sifat Tanah
Kriteria Sangat rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
C 1,00
1,00 – 2,00 2,01-3,0 3,01-5,0
5,00 N
0,10 0,10 – 0,20
0,21 – 0, 5 0,51 – 0,75
0,75 CN 5
5 – 10
11 – 15 16 – 25
25 P
2
O
5
Bray I ppm P
2
O
5
HCL mg100g
10 10
10 – 15 10 – 20
16 – 25 21 – 40
26 – 35 41 – 60
35 60
K
2
OHCL 25 mg100g
10 10-20 21-40 41-60 60 KTK me100g
5 5-16
17 – 24 25 – 40
40 Susunan kation:
K me100 g Na me100 g
Mg me100 g Ca me100 g
0,1 0,1
0,4 2
0,1 – 0,2 0,1 – 0,3
0,4 – 1,0 2 – 5
0,3 – 0,5 0,4 – 0,7
1,1 – 2,0 6 - 10
0,6 – 1,0 0,8 – 1,0
2,1 – 8,0 11 – 20
1,0 1,0
8,0 20
Kejenuhan Basa
20 20 – 35
36 – 50 51 – 70
70 Aluminum
10 10-20
21-30 31-60
60 pHH
2
O 4,5 Sangat
masam 4,5 – 5,5
Masam 5,6 – 6,5
Agak masam
6,6 – 7,5 Netral
7,6 – 8,5 Agak alkalis
Sumber : Pusat Penelitian Tanah, 1983.
Air . Dalam melakukan analisis air, langkah pertama adalah melakukan
pengecekan terhadap keberadaan air di PT. Kitadin dan PT. Tanito Harum dilokasi reklamasi maupun yang non reklamasi sesuai lokasi tempat contoh tanah
tadi diambil. Jika di lokasi terdapat air maka akan diambil sampel. Ditemukan 11 contoh air yaitu 6 contoh air di PT. Kitadin 3 reklamasi; 3 non reklamasi,
masing-masing terdiri dari satu air rawa dan dua air parit dan 5 contoh air di PT. Tanito Harum 2 reklamasi, satu air danau satu air parit; 3 non reklamasi, dua air
danau satu air rawa. Contoh air diambil sebanyak satu botol sekitar 250 cc dan diberi label.
63
Erosi dan Banjir. Analisis untuk erosi dan banjir dilakukan dengan
menggunakan pendugaan erosi melalui pendekatan Universal Soil Loss Equation USLE. Rumus untuk pendugaan erosi yang dikenalkan oleh Wischmeier dan
Smith 1962 dalam Hardjowigeno 2007 tersebut adalah : A = R.K.L.S.C.P
dimana : A = jumlah tanah yang hilang rata-rata setiap tahun tonhatahun
R = indeks daya erosi curah hujanerosivitas hujan K = indeks kepekaan tanah terhadap erosi erodibilitas tanah
LS= Faktor panjang L dan curamnya S lereng C = Faktor tanaman vegetasi
P = Faktor-faktor pencegahan erosi. Pengembangan model pendugaan prediksi banjir yang dilakukan oleh
Hakim 2008 didasarkan pada permodelan fungsi produksi perhitungan curah hujan nettosisa dari perubahan curah hujan bruto dan permodelan fungsi transfer
perhitungan debit aliran permukaan dari perubahan curah hujan sisa melalui jaringan drainase. Perhitungan curah hujan sisa curah hujan netto didasarkan
pada tiga metode, yaitu A perhitungan curah hujan sisa berdasarkan koefisien runoff Kr, B perhitungan curah hujan sisa berdasarkan intersepsi dan infiltrasi,
dan C perhitungan curah hujan sisa berdasarkan sifat fisik tanah kapasitas tanah menyimpan air pada lapisan atas 20 cm. Klasifikasi model pendugaan banjir
metode A adalah model kotak kelabu dan untuk metode B dan C adalah model terdistribusi.
Perhitungan model curah hujan efektif berdasarkan koefisien runoff Kr adalah sebagai berikut :
Pn t = PbtKr.......................................................................................1 Pnt adalah curah hujan nettosisa mm, Pbt adalah curah hujan bruto mm
dan Kr adalah koefisien runoff. Perhitungan koefisien runoff Kr didasarkan pada persamaan sebagai berikut :
Kr =
Vro.1000Pb
T
.A................................................................................2 Vr adalah volume aliran permukaan m
3
, Pb
T
adalah total curah hujan bruto mm, dan A adalah luas DAS m
2
.
64 Perhitungan curah hujan sisa berdasarkan selisih antara curah hujan bruto
yang tercatat di penangkaran hujan Pb dengan jumlah air yang diintersepsi oleh tanaman INTCP dan air diinfiltrasi ke dalam tanah ft adalah sebagai berikut :
Pnt = Pb – { INTCP t + f t } ...............................................................3 Perhitungan curah hujan sisa berdasarkan sifat fisik tanah kapasitas tanah
menyimpan air pada lapisan atas disusun berdasarkan analisis regresi berganda antara curah hujan bruto dan sifat fisik tanah kapasitas tanah menyimpan air
sebagai variabel bebas dengan curah hujan sisa sebagai variabel tak bebas dan persamaan matematisnya adalah sebagai berikut :
Pnt = a + b
1
.Pb + b
2
Ws.............................................................................4 A adalah intersep, b
1
adalah koefisien curah hujan bruto, Pb adalah curah hujan bruto mm, b
2
adalah koefisien penyimpan air, dan Ws adalah kapasitas tanah menyimpan air mm.
Perhitungan fungsi transfer debit simulasi dihitung berdasarkan produk konvolusi antara curah hujan nettosisa Pn dengan fungsi kerapatan peluasng
pdf dan luas DAS. Secara matematis persamaannya adalah sebagai berikut : Q
sim
= {Pn Θρ L}A...............................................................................5
Q
sim
adalah debit air permukaan simulasi m
3
detik, Pn adalah curah hujan nettosisa mm6 menit,
ρL adalah fungsi kerapatan peluang pdf, dan A adalah luas DAS m
2
.
Klasifikasi kemampuan lahan. Klasifikasi kemampuan lahan adalah
pengelompokkan lahan ke dalam satuan-satuan khusus menurut kemampuannya untuk penggunaan intensif dan perlakuan yang diperlukan untuk dapat digunakan
secara terus menerus Soil Conservation Society of America, 1982 dalam Sitorus, 2004. Klasifikasi kemampuan lahan ini akan menetapkan jenis penggunaan yang
sesuai dan jenis perlakuan yang diperlukan untuk dapat digunakan bagi produksi tanaman secara lestari. Klasifikasi kemampuan lahan oleh Departemen Pertanian
Amerika Serikat USDA merupakan salah satu dari sejumlah pengelompokkan lahan melalui interpretasi yang dibuat terutama untuk keperluan pertanian. Sistem
USDA Klingebiel dan Montgomery, 1961 dalam Sitorus, 2004 membagi lahan ke dalam sejumlah kecil kategori yang diurut menurut jumlah dan intensitas faktor
65 penghambat yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dari kategori
tertinggi ke kategori terendah kelas, sub-kelas dan satuan pengelolaan. Kelas kemampuan lahan berkisar dari kelas I di mana tanah tidak mempunyai
penghambat utama bagi pertumbuhan tanaman, sampai kelas VIII di mana tanah mempunyai penghambat-penghambat yang sangat berat sehingga tidak
memungkinkan penggunaannya untuk produksi tanaman-tanaman komersil.
Ketersediaan Air. Ketersediaan air dapat didekati dengan melihat curah
hujan yang terdapat di lokasi penelitian. Menurut Oldeman, kriteria iklim dapat dikelompokkan menjadi :
Bulan basah : Bila rata-rata curah hujan lebih dari 200 mmbulan.
Bulan kering: Bila rata-rata curah hujan kurang dari 100 mmbulan.
Bulan lembab: Bila rata-rata curah hujan antara 100 mm – 200 mmbulan. Atas dasar kriteria Bulan Basah CH 200mmbulan dan Bulan Kering CH100
mmbulan, maka batasan iklim menurut Oldeman yaitu : 1.
Tipe Utama A = panjang bulan basah 9 bulan. 2.
Tipe Utama B = panjang bulan basah 7- 9 bulan. 3.
Tipe Utama C = panjang bulan basah 5-6 bulan. 4.
Tipe Utama D = panjang bulan basah 3-4 bulan. 5.
Tipe Utama E = panjang bulan basah 3 bulan. Adapun Sub Tipe dapat digolongkan menjadi :
1. Sub Tipe 1 = panjang bulan kering 1 bulan.
2. Sub Tipe 1 = panjang bulan kering 2 - 3 bulan.
3. Sub Tipe 1 = panjang bulan kering 4 – 6 bulan.
4. Sub Tipe 1 = panjang bulan kering 6 bulan.
Vegetasi. Analisis vegetasi alami dilakukan untuk melihat pengaruh
perubahan fisik dan kimia tanah setelah kegiatan penambangan terhadap vegetasi. Untuk mendapatkan data mengenai keragaan jenis vegetasi di kawasan pasca
tambang batubara PT. Kitadin dan PT. Tanito Harum dilakukan analisis vegetasi sesuai lokasi tempat contoh tanah masing-masing satu contoh pengamatan untuk
kawasan reklamasi dan non reklamasi. Ada 12 contoh petak pengamatan yaitu 6 contoh petak pengamatan di PT. Kitadin 3 reklamasi; 3 non reklamasi dan 6
contoh petak pengamatan di PT. Tanito Harum 3 reklamasi; 3 non reklamasi.
66 Pengumpulan data dilakukan melalui inventarisasi jenis tegakan dengan metode
jalur petak menggunakan peralatan meteran, phi band, kompas dan tally sheet. Pada setiap jalur pengamatan dibuat beberapa petak ukur dengan cara kuadrat
yang berbentuk segi empat dengan ukuran 20 x 20 meter pengamatan tingkat pohon, 10 x 10 meter pengamatan tingkat tiang, 5 x 5 meter pengamatan
tingkat pancang dan 2 x 2 meter pengamatan tingkat semai. Jarak petak ukur sesuai dengan 4 lokasi yang ditentukan pada saat pengambilan sampel tanah.
Cara melakukannya tertera pada Gambar 7.
Gambar 7. Jarak dan Jalur Petak Pengamatan
20 M 20 M
20 M 20 M
10m 10m
5m 5m
5m 5m
2m 2m
2m 2m
Jalur Pengamatan Jarak antar petak sampel ± 100
meter
67
Ekonomi dan Sosial. Data primer untuk bagian ekonomi dan sosial
diperoleh dengan cara melakukan wawancara pada setiap kelompok masyarakat yang berkepentingan, mulai dari masyarakat di sekitar kawasan pasca tambang
batubara di wilayah lokasi studi. Responden sampel meliputi kepala desa, sekretaris desa, lurah, kepala dusun, tokoh masyarakat dan masyarakat setempat.
Penggalian informasi dilakukan pula terhadap pemegang ijin pertambangan, penambang batubara, pemerintah daerah, akademisi yang berhubungan dengan
aktivitas penambangan batubara, lembaga keuangan, dan LSM.
Peraturan dan Kebijakan.
Pengumpulan data yang terkait dengan produk aturan dan kebijakan di tingkat pusat-propinsi-kabupaten dilakukan
dengan studi literatur. Data sekunder diambil langsung dari instansi terkait ditingkat pusat Kementerian Lingkungan Hidup, Departemen Energi Sumberdaya
Mineral, Departemen Kehutanan, Departemen Dalam Negeri, dan Badan Pusat Statistik, ditingkat propinsi Badan Penanganan dan Pengendalian Dampak
Lingkungan Daerah Bapedalda, Dinas Kehutanan, dan Dinas Energi Sumberdaya Mineral ditingkat Kabupaten.
3.5. Teknik Penentuan Responden