102 batubara di beberapa wilayah. Posisi pekerjaan di perusahaan tambang batubara
yang didapatkan memang bukan menjadi pegawai kantor yang memiliki jabatan, namun lebih pada pekerja teknis seperti buruh, supir dan bagian keamanan.
Mata pencaharian masyarakat pasca tambang batubara dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu: 0 menganggur, 1 berpindah mata pencaharian, dan
2 tetap pada mata pencaharian awal. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa pasca tambang batubara, sebagian besar masyarakat akan beralih memiliki
pekerjaan lain yaitu membuka usaha perdagangan, layanan jasa atau sebagai aparat desa. Kalaupun tidak beralih pada pekerjaan lain, masyarakat akan kembali
kepada pekerjaan awal yang sebagian besar bertani. Gambaran mata pencaharian penduduk sebelum, saat dan sesudah aktivitas pertambangan dapat dilihat pada
Tabel 18. Tabel 18. Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Sebelum, Saat dan Sesudah
Aktivitas Pertambangan
Mata Pencaharian Sebelum
Saat Pertambangan Sesudah
Bertani 64,29 35,71 21,43
DagangWiraswasta 7,14 14,29
28,57 Kerja Tambang
- 42,86 - Kerja lain
28,57 7,14 50,00
Sumber : Data Primer diolah, 2009
4.3.7. Pendapatan masyarakat pasca tambang batubara
Pendapatan masyarakat pasca tambang batubara dibandingkan dengan pendapatan sebelum kegiatan penambangan batubara dikelompokkan dalam tiga
kategori yaitu: 0 mengalami penurunan, 1 tetap, dan 2 mengalami peningkatan.
Pendapatan masyarakat sebelum aktivitas tambang batubara dilakukan relatif lebih rendah dibandingkan pada saat pertambangan batubara, demikian
pula pendapatan masyarakat pada saat pertambangan dibandingkan sesudah tambang batubara, seperti terlihat pada Tabel 19.
Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas pertambangan memberikan kontribusi terhadap pendapatan masyarakat di sekitar kawasan pertambangan,
103 sehingga pendapatan masyarakat mengalami penurunan dibandingkan pada saat
sebelum pertambangan batubara. Tabel 19. Pendapatan Masyarakat Sebelum, Saat dan Sesudah Penambangan
Pendapatan Rata-rata Sebelum
Saat Pertambangan Sesudah
Maksimum 1.600.000 2.200.000
2.000.000 Minimum
500.000 1.100.000 800.000
Rata-Rata 1.150.000 1.731.250
1.506.250
Sumber : Data Primer diolah, 2009
4.4. Dimensi Sosial 4.4.1. Epidemi penyakit diare dan pernapasan
Epidemi dapat diartikan sebagai wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga. Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia, pengertian
wabah dapat dikatakan sama dengan epidemi, yaitu berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka UU Nomor 4 Tahun 1984.
Data pada Tabel 20 memperlihatkan sepuluh jenis penyakit terbesar yang terdapat di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kecamatan Sebulu dan Kecamatan
Tenggarong Seberang pada tahun 2006. Epidemi penyakit dikelompokkan dalam empat kategori yaitu: 0
75,00 kasus = tinggi, 1 50,01 – 75,00 kasus = sedang 2 10,01 – 50,00 kasus = rendah, dan 3 0,00 – 10,00 kasus = tidak terjadi epidemi.
Berdasarkan dari data di lapangan, Kabupaten Kutai Kartanegara, khususnya Kecamatan Sebulu dan Tenggarong Seberang memiliki epidemi penyakit diare
dan pernafasan yang rendah.
4.4.2. Persepsi masyarakat terhadap pasca tambang batubara