Metode vegetatif HASIL DAN PEMBAHASAN

188 pengawasan pelaksanaan reklamasi yang lebih konsisten dan pemberlakuan sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

a. Metode vegetatif

Langkah-langkah strategis untuk menurunkan erosi dan banjir adalah dengan metode vegetatif. Salah satu prinsip dasar dari konservasi tanah dan air adalah menggunakan tanah sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian lahannya. Pergantian pertumbuhan tanaman secara alami adalah proses pertumbuhan vegetasi yang membutuhkan waktu yang lama. Intervensi melalui program revegetasi melalui pelaksanaan reklamasi secara tepat akan bisa meningkat persentase tumbuhnyatingkat pertumbuhannya jika memperhatikan pentingnya faktor kemampuan lahan, keberadaan air, tingkat kesuburan tanah sehingga faktor erosi dan banjir secara perlahan bisa diatasi. Vegetasi penutup tanah yang dapat menghalangi air hujan agar tidak jatuh langsung di permukaan tanah dipilih tanaman penutup tanah rendah sampai sedang yaitu leguminosa atau rumput makanan ternak Brachiaria. Ketinggian pohon-pohon yang ditanami di kawasan pasca tambang batubara juga jangan terlalu tinggi. Pohon yang sesuai ditanam adalah Gmelina arborea pada umur 1 tahun 3 bulan masih 331 cm dengan diameter 70 mm dan Agathis karena sampai umur 2 tahun tingginya masih 158 cm dengan diameter 26 mm. Penelitian Kustiawan dan Sutisna 1993 di kawasan reklamasi PT. Multi Harapan Utama dan PT. Kitadin, di Kabupaten Kutai Kartanegara dalam mengevaluasi pertumbuhan tanaman, mengukur pertumbuhan tanaman di lahan bekas galian tambang batubara. Tujuh jenis tanaman di kawasan reklamasi PT. Multi Harapan Utama telah diukur pertumbuhannya. Jenis-jenis tersebut adalah Mangium Acacia mangium, Sengon Paraserianthes falcataria, Sungkai Peronema canescens, Angsana Pterocarpus indicus, Gmelina Gmelina arborea Mahoni Swietenia sp dan Agathis Agathis sp. Jenis tanaman yang tertua ditanam adalah Mangium, Sengon, Sungkai dan Agathis. Pada umur 2 tahunan telah mencapai tinggi dan diameter berturut-turut : 726 cm dan 104 mm Mangium, 425 cm dan 67 mm Sengon, 253 cm dan 54 mm Sungkai, 158 cm dan 26 mm Agathis. Hasil pengukuran tinggi dan diameter pada ketiga jenis 189 lainnya adalah : Gmelina berumur 1 tahun 3 bulan : 331 cm dan 70 mm; Angsana berumur 1 tahun 10 bulan: 312 cm dan 30 mm; Mahoni berumur 5 bulan : 71 cm dan 13 mm. Di kawasan reklamasi PT. Kitadin, persentase tumbuh tanaman Sengon yang berumur 2½ bulan, hanya mencapai 69 dengan nilai rataan tinggi ± 60 cm dan diameter ± 6 mm. Dari sejumlah tanaman yang tumbuh tersebut, terdapat lebih dari 20 semai yang tumbuh abnormal. Makin rapat vegetasi yang ada makin efektif terjadinya pencegahan erosi dan banjir. Vegetasi juga bisa menghambat aliran permukaan dan memperbanyak air infiltrasi dan penyerapan air kedalam tanah diperkuat oleh penguapan air melalui vegetasi. Sudah saatnya kawasan pasca tambang batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara dilakukan penanaman percobaan melalui pembuatan demplot tanaman yang bernilai ekonomis, bukan hanya sekedar pohon. Namun tentu saja dengan memetakan lahan sesuai dengan kelas kesesuaian lahan dengan mempertimbangkan jenis tanaman dalam takaran yang tidak sama agar biayanya lebih efisien. Rumput makanan ternak jenis Brachiaria merupakan pilihan yang berdampak multi guna mulai dari ternaknya sendiri sebagai penghasil daging, juga kotoran ternak sebagai pupuk kandang yang membantu meningkatkan kesuburan tanah integrated farming. Di China tanaman nilam ternyata ditanaman di kawasan pasca tambang batubara, dan dari tanaman tersebut dihasilkan minyak atsiri, termasuk dihasilkan buah lengkeng yang masuk pasar Indonesia. b. Pengawasan pelaksanaan reklamasi yang lebih konsisten dan pemberlakuan sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku Dalam rangka memacu pelaksanaan reklamasi agar sebanding dengan lajunya aktifitas penambangan dan untuk mengoptimalkan upaya pemulihan lingkungan bekas tambang melalui program reklamasi sesuai dengan Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, perlu dilakukan langkah-langkah konservasi seperti Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, konservasi tanah, konservasi air dan konservasi udara. 190 Pencegahan dan penanggulangan perusakan dan pencemaran lingkungan pada kegiatan usaha pertambangan umum yang dimuat dalam ke Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1211.K008M.PE1995, sudah lebih rinci mengatur kewajiban pemilik kuasa pertambangan tentang reklamasi sebagai pelaksanaan dari Pasal 17 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, perlu mengatur ketentuan mengenai pencegahan dan penanggulangan perusakan, dan pencemaran lingkungan pada kegiatan usaha pertambangan umum. Penambangan adalah kegiatan yang dilakukan baik secara manual maupun mekanis untuk mendapatkan bahan galian. Berhentinya kegiatan tambang pada seluruh atau sebagian wilayah usaha pertambangan eksploitasioperasi produksi, baik karena berakhirnya izin usaha pertambangan dan atau karena dikembalikannya seluruh atau sebagian wilayah usaha pertambangan eksploitasioperasi produksi tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan tidak sesuai dengan tata cara yang semestinya. Tanah pucuk top soil adalah lapisan tanah pada horizon teratas yang mengandung unsur hara perlu dijagadiperbaiki cara perlindungannya. Implementasi rencana tahunan pengelolaan lingkungan yang telah dibuat oleh perusahaan tambang batubara, antara lain berisi : a. rencana peruntukan lahan; b. teknik dan metode pengelolaan lingkungan; c jadwalpelaksanaan pekerjaan dan penyelesaian tiap tahap reklamasi; d. luas lahan yang akan direklamasi; e. jenis tanaman yang akan ditanam; f. perkiraan biaya perlu pengendalian yang ketat termasuk kewajiban menyampaikan rencana pemantauan lingkungan. Rencana pemantauan tersebut memuat antara lain a. Parameter lingkungan yang dipantau b. Lokasititik pantau c. Kekerapan pemantauan d. Perkiraan biaya pemantauan. Air aliran permukaan run off yang mengalir di permukaan daerah yang terbuka harus dialirkan melalui saluran yang berfungsi dengan baik ke kolam pengendapan sebelum dibuang ke perairan umum. Kolam pengendapan harus dibuat di lokasi yang stabil serta terpelihara dan berfungsi dengan baik. Air yang berasal dari kegiatan usaha pertambangan sebelum dialirkan ke perairan umum harus diolah terlebih dahulu sehingga memenuhi baku mutu lingkungan sesuai 191 peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lereng yang dibentuk dan atau terbentuk pada kegiatan usaha pertambangan harus mantap sesuai dengan kondisi lingkungan setempat dan reklamasi daerah bekas penambangan harus dilakukan secepatnya sesuai dengan rencana reklamasi dan persyaratan yang telah ditetapkan. Penanaman kembali daerah bekas penambangan dan daerah yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan perlu dilakukan sesuai dengan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL atau Upaya Pengelolaan Lingkungan UKL dan Upaya Pemantauan Lingkungan UPL yang bersangkutan. Hal yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan penambangan adalah a. pembukaan lahan harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan penambangan, b. tanah pucuk top soil hasil pengupasan harus segera dimanfaatkan untuk keperluan revegetasi, c. tanah penutup hasil pengupasan dan material buangan lainnya harus ditimbun dengan cara yang benar dan pada tempat yang aman, d. timbunan tanah penutup dan material buangan lainnya harus dipantau secara berkala, e. gangguan keseimbangan hidrologis harus seminimal mungkin, f . kegiatan penambangan dan penimbunan bahan galian, limbah serta penampungan air limpasan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga air tanah terhindar dari pencemaran, g. kegiatan transportasi terutama yang melalui daerah pemukiman tidak boleh menimbulkan polusi udara. Tanah pucuk yang tidak dapat segera dimanfaatkan kembali untuk keperluan revegetasi, perlu diamankan dari perusakan dan erosi. Pelaksanaan kegiatan tambang permukaan dan tambang bawah tanah sedapat mungkin dilakukan dengan metode pengisian kembali back filling. Penambangan dengan metode pengisian kembali harus memanfaatkan tanah penutup atau tailing sebagai bahan pengisian kembali. Pelaksanaan strategi tersebut berujung pada dana jaminan reklamasi. Pengusaha pertambangan dapat diwajibkan untuk menempatkan dana jaminan pelaksanaan reklamasi dan mendepositokan dana tersebut dalam rekening perusahaan yang bersangkutan di suatu bank yang ditunjuk oleh pemerintah yang besarnya, tata cara penempatan serta pengembaliannya, sudah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pertambangan. Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No.18 192 Tahun 2008 pada bab VI pasal 19, perusahaan wajib menyediakan Jaminan Reklamasi dan Jaminan Penutupan Tambang sesuai dengan perhitungan Rencana Biaya Reklamasi dan perhitungan Rencana Biaya Penutupan Tambang yang telah mendapat persetujuan Menteri, Gubernur atau BupatiWalikota sesuai dengan kewenangan masing-masing. Persetujuan atas rencana reklamasi dan rencana penutupan tambang oleh Gubernur dan BupatiWalikota menunjukkan bahwa peran PEMDA menjadi penting dalam mengendalikan kualitas lingkungan didaerahnya. Rencana reklamasi dan rencana penutupan tambang tersebut merupakan bagian dari penyusunan dokumen AMDALUKL-UPL. Pentingnya reklamasi juga tertuang dalam dalam keputusan menteri kehutanan dan perkebunan Nomor: 146Kpts-II1999 tentang pedoman reklamasi bekas tambang dalam kawasan hutan tetap menimbang : 1 bahwa pada persiapan penggunaan kawasan hutan harus sesuai dengan fungsi dan peruntukannya; 2 bahwa kegiatan usaha pertambangan dan energi dalam kawasan hutan yang digunakan untuk menunjang pembangunan, telah mengakibatkan kerusakan lingkungan dan harus segera dilakukan reklamasi bekas tambang; 3 bahwa dalam pelaksanaan reklamasi bekas tambang diperlukan koordinasi dan sinkronisasi yang sebaik-baiknya di pusat maupun di daerah. Kewajiban perusahaan pertambangan dan energi tetang melaksanakan reklamasi lahan bekas tambang seharusnya menyentuh ruang lingkup reklamasi meliputi tahapan kegiatan inventarisasi lokasi reklamasi; penetapan lokasi reklamasi; perencanaan reklamasi dan dalam pelaksanaannya. Reklamasi meliputi: 1 penyiapan lahan, 2 pengaturan bentuk lahan land scaping, 3 pengendalian erosi dan sedimentasi, 4 pengelolaan lapisan atas tanah top soil, 5 revegetasi, dan 6 pemeliharaan. Pemerintah daerah memberi dukungan terhadap perbaikan pola reklamasi kawasan pasca tambang batubara. Kerjasama lintas sektoral untuk mentaati kerangka kerja model reklamasi yang telah disepakati dalam peraturan daerah mengenai kewajiban mendukung upaya reklamasi dan rehabilitasi lahan pasca tambang batubara. Regulasi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan terutama keberadaan pergantian pertumbuhan tanaman dan peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar tambang batubara 193 dengan memberikan pilihan atau diversifikasi tanaman pertanian bagi masyarakat yang masih memiliki lahan pertanian dan memberikan ruang lain bagi masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan lain selain menjadi buruh tambang batubara. Keadaan ini sesuai dengan pendapat Mercuri et al. 2004, bahwa kegiatan penambangan batubara berpotensi merusak lingkungan seperti penurunan produktivitas tanah dan terjadinya lahan kritis, terjadinya erosi dan sedimentasi, pencemaran air, penurunan muka air tanah, terganggunya flora dan fauna dan perubahan iklim mikro, sehingga diperlukan upaya pengendalian dan pemulihan lingkungan pada areal bekas tambang tersebut. Hal paling mendasar yang dapat diidentifikasi dalam kerusakan akibat eksplorasi batubara adalah sumber mata air yang berkurang dan pencemaran sumber air bersih hingga pergantian pertumbuhan tanaman sampai pada kategori tidak berkelanjutan. Kebijakan sudah memadai secara substansi, namun masih lemah p ada tataran implementasi. Oleh karena itu diperlukan, adanya kebijakan lain yang mendorong terlaksananya penerapan penghargaan dan sanksi berupa memberikan insentif pajak bagi perusahaan yang telah menerapkan reklamasi dengan baik dan memberikan disinsentif pajak untuk perusahaan yang tidak melaksanakan reklamasi dengan baik, termasuk insentif bagi masyarakat di sekitar kawasan pasca tambang batubara. Selain itu, diperlukan pelibatan masyarakat sebagai pengawas lingkungan sesuai dengan semangat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bab XI Pasal 70 mengenai peran masyarakat, dan Pasal 42, 43 ayat 3 menyatakan bahwa insentif danatau disinsentif antara lain diterapkan dalam bentuk sistem penghargaan kinerja di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. 2. Peningkatan Pendapatan Masyarakat, Pemberdayaan Masyarakat dan Aktivitas Perekonomian Pasca Tambang Batubara Sejak awal diatur dalam dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan dasar pertimbangannya adalah guna mempercepat terlaksananya pembangunan ekonomi Nasional dalam menuju masyarakat Indonesia yang adil dan makmur materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila maka perlulah dikerahkan semua dana dan daya untuk mengolah dan 194 membina segenap kekuatan ekonomi potensial dibidang pertambangan menjadi kekuatan ekonomi riil. Instrumen ekonomi lingkungan hidup dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa dalam rangka melestarikan fungsi lingkungan hidup, pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengembangkan dan menerapkan instrumen ekonomi lingkungan hidup. Instrumen ini mencakup 1 perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi, 2 pendanaan lingkungan hidup, dan 3 insentif danatau disinsentif. Peningkatan pendapatan masyarakat diharapkan sudah menjadi bagian menyeluruh dari seluruh aturan yang ada dalam setiap kebijakan. Menambang bukan hanya semata menguntungkan satu pihak dari keseluruhan stakeholder, namun bisa menguntungkan semua pihak. Efek dari keberadaan pertambangan batubara sampai pada penutupan tambang batubara pasca tambang batubara, semestinya tetap masih bisa dirasakan masyarakat dalam berbagai level kemampuan perekonomian, sehingga ketika ada pembukaan kawasan pasca tambang batubara masyarakat sekitar lokasi mempunyai motivasi yang baru dengan perubahan paradigma dari yang tidak menguntungkan menjadi mempunyai harapan akan menguntungkan. Dengan demikian keberadaan pengusaha pertambangan batubara dan pihak lain tidak berujung konflik. Langkah strategis untuk mewujudkan peningkatan pendapatan masyarakat, pemberdayaan masyarakat dan aktivitas perekonomian pasca tambang batubara adalah: a. Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara sesuai amanah undang- undang wajib mengupayakan terciptanya kemitrausahaan antara pemegang KP Kuasa Pertambangan, KK Kontrak Karya dan PKP2B Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara dengan masyarakat setempat berdasarkan prinsip saling membutuhkan dan saling menguntungkan. Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara bekerjasama dengan pengusaha membangun perekonomian yang berbasis potensi yang ada di kawasan pasca tambang batubara, dengan pemberian modal kerja sejenis usaha mikro. Pemerintah daerah tidak hanya sebatas lingkup kewenangannya 195 menugaskan pemegang Kuasa Pertambangan, Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara sesuai dengan tahapan dan skala usahanya untuk membantu program pengembangan masyarakat dan pengembangan wilayah pada masyarakat setempat termasuk pertumbuhan ekonomi, diharapkan bekerjasama, sinergi dengan program Kabupaten di wilayah tersebut. Hasil penelitian Yusuf 2008 menyatakan bahwa aktor PEMDA sebagai prioritas utama yang berpengaruh dalam keberlanjutan kehidupan masyarakat akibat pertambangan yang merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui unrenewable, diikuti aktor perusahaan sebagai prioritas kedua. b. Kebijakan program pelatihan usaha dan pengembangan usaha masyarakat sehingga dapat dicegah timbulnya masalah sosial pasca tambang batubara seperti: defisit lahan pertanian, hilangnya kesempatan kerja dan berusaha, juga kesenjangan tingkat pendapatan. Membangun sarana dan prasarana perekonomian melalui pembangunan jalan yang hampir di setiap lokasi pasca tambang menjadi rusak sampai rusak berat. Sebelum pertambangan batubara jalanan baik di sekitar tambang batubara yang juga dekat dengan pemukiman penduduk. Pada saat pertambangan dimulai ada banyak ruas jalan yang rusak, pasca tambang batubara jalan menjadi rusak parah. Ruas jalan yang rusak akan mempengaruhi efek terhadap perekonomian masyarakat dan wilayah karena tidak berjalan sebagaimana mestinya. c. Pemberdayaan masyarakat dengan membinamendidik masyarakat di sekitar kawasan pasca tambang batubara hingga mampu berperan sebagai pengawas lingkungan sehingga implementasi pelaksanaan reklamasi taat kaidah dapat dilaksanakan. Pemberdayaan masyarakat dilakukan bukan hanya dalam bentuk pengelolaan lingkungan dalam bentuk reklamasi semata, tetapi dengan pemberian insentif kepada masyarakat di sekitar kawasan pasca tambang jika mereka bersedia melakukan penanaman kembali tanah kawasan di sekitar lokasi serta ikut ambil bagian. Pemberdayaan masyarakat juga efektif dengan melakukan pembinaan usaha mikro dan kecil dengan memberikan modal usaha. Pemberdayaan masyarakat sebaiknya dilakukan pada awal sejak saat penambangan batubara dimulai. Selama ini pemberdayaan masyarakat selalu 196 dianggap sebagai sisa hasil keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada masyarakat dalam bentuk-bentuk tertentu sebagai wujud coorporate social responsibility .

5.6. Disain Kebijakan Pengelolaan Kawasan Pasca Tambang Batubara