Arahan Kebijakan dan Strategi Implementasi Pengelolaan Kawasan

185 yang harus diperhatikan, tantangan dan peluangnya serta strategi implementasi untuk keberhasilan upaya pengelolaan kawasan pasca tambang batubara.

5.5. Arahan Kebijakan dan Strategi Implementasi Pengelolaan Kawasan

Pasca Tambang Batubara, Kabupaten Kutai Kartanegara Kebijakan pengelolaan kawasan pasca tambang batubara, Kabupaten Kutai Kartanegara dirumuskan dengan memperhatikan kondisi dan potensi kawasan saat ini, hasil analisis berkelanjutan, kebutuhan stakeholder dalam pengelolaan kawasan di masa mendatang, faktor kunci utama keberlanjutan, dan pendapat pakar. Sistem perumusan kebijakan dan strategi dilakukan secara partisipatif. Kondisi saat ini kawasan pasca tambang batubara, terutama kawasan yang tidak melakukan reklamasi menghasilkan lahan yang kemampuannya masuk kedalam kategori tidak sesuai. Hal ini beralasan karena dalam proses pembukaan tambang dengan sistem terbuka top soil yang kaya akan unsur hara hilang meski diupayakan ditimbun untuk digunakan kembali namun dalam prakteknya komposisi tanah sudah tidak beraturan akibat air hujan atau angin membawa lapisan tanah tersebut ketempat yang tidak semestinya, sehingga mempengaruhi kesuburan tanah menurun. Kompensasi yang memadai dari pihak penambangan batubara menjadi solusi, terutama pemberian insentif lingkungan sesuai semangat Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 yang memuat instrumen ekonomi lingkungan hidup. Hal yang sangat mendasar juga peningkatan kembali produktifitas lahan pertanian masyarakat atau memberikan alternatif usaha untuk pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kesejahteraannya. Pemerintah Daerah sebagai pelaku utama regulasi pengelolaan kawasan pasca tambang batubara sudah saatnya memberikan pilihan yang tepat bagi peningkatan kesejahteraan atau peningkatan pendapatan masyarakat sekitar kawasan pasca tambang. Kebijakan yang pro-terhadap rehabilitasi dan reklamasi lahan pasca tambang semuanya diperuntukkan untuk pelestarian lingkungan sekaligus peningkatan kesejahteraan masyarakat. Reklamasi ternyata mengurangi erosi dan banjir, mengurangi indikator negatif sifat fisik dan sifat kimia tanah. 186 Ada harapan perbaikan tekstur tanah dan beberapa sifat kimia tanah di kawasan reklamasi dalam jangka waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan kawasan yang non reklamasi. Rekayasa sosial yang dirancang dalam reklamasi lahan pasca tambang, perlu memperhatikan beberapa permasalahan ekonomi dan sosial lokal masyarakat. Kegiatan yang dilaksanakan diupayakan bersifat padat karya dengan keterlibatan masyarakat setempat seoptimal mungkin, sesuai kemampuan dan keterampilan masing-masing. Pada kasus tertentu, pola yang perlu dilaksanakan dalam melibatkan masyarakat setempat dalam penanaman tanaman reklamasi. Masyarakat yang menanam pada lahan pasca tambang batubara akan mendapatkan hasil tanam melalui pola bagi hasil. Pengaturan bagi hasil dibuat dalam perjanjian tertulis sehingga masyarakat memiliki rasa tanggung jawab terhadap lahan yang dikelolanya. Reklamasi dengan pemberdayaan masyarakat dengan sistem bagi hasil dapat diimplementasikan apabila ada keinginan semua stakeholder dalam melibatkan masyarakat pada setiap tahap kegiatan yang dilakukan secara transparan, partisipatif dan accountable. Sistem ini dapat terlaksana jika didukung oleh kebijakan pemerintah daerah yang dituangkan ke dalam Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati. Hasil analisis keberlanjutan multi dimensi menunjukkan bahwa pengelolaan kawasan pasca tambang batubara, Kabupaten Kutai Kartanegara saat ini kurang berkelanjutan. Faktor-faktor pengungkit utama yang mempengaruhi keberlanjutan pengelolaan kawasan pasca tambang batubara, Kabupaten Kutai Kartanegara saat ini adalah aktivitas perekonomian pasca tambang batubara, erosi, banjir, sarana perekonomian, serta sarana dan prasarana transportasi. Kebutuhan utama stakeholder di masa mendatang yang menjadi faktor kunci pengelolaan kawasan pasca tambang batubara, Kabupaten Kutai Kartanegara adalah perluasan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, pemberdayaan masyarakat, keamanan yang kondusif, iklim usaha yang sehat, pengelolaan sumberaya alam secara optimal, pelayanan ekonomi dan sosial, sarana dan prasarana kawasan pasca tambang batubara, kemudahan 187 administrasi, pertumbuhan ekonomi wilayahkawasan, peningkatan pendapatan asli daerah, pembangunan wilayah dan kesinambungan pengembangan usaha. Faktor pengungkit utama keberlanjutan kawasan pasca tambang batubara dan faktor kunci kebutuhan utama stakeholder merupakan faktor penting yang menentukan kebijakan. Pemilihan faktor kunci utama diantara faktor kunci akan memberikan efisiensi dan efektivitas implementasi kebijakan pengelolaan kawasan. Hasil analisis selanjutnya menunjukkan bahwa faktor kunci utama pengelolaan kawasan pasca tambang batubara adalah erosi, banjir, pengelolaan sumberdaya alam secara optimal, peningkatan pendapatan masyarakat, pemberdayaan masyarakat, dan aktivitas perekonomian pasca tambang batubara. Skenario pengembangan kawasan yang terpilih adalah skenario moderat- optimistik dengan ACMS 62,51. Berdasarkan hasil tersebut dirumuskan kebijakan pengelolaan kawasan pasca tambang batubara, Kabupaten Kutai Kartanegara berkelanjutan menurut skenario moderat-optimistik. Secara operasional, kebijakan ini dilakukan dengan memperbaiki kemampuan lahan agar erosi dan banjir menurun, pengelolaan sumberdaya alam secara optimal, pendapatan masyarakat meningkat, pemberdayaan masyarakat sesuai kebutuhan dan terdapat aktivitas perekonomian pasca tambang batubara. Dalam mewujudkan kondisi tersebut maka kebijakan pengelolaan kawasan pasca tambang batubara, Kabupaten Kutai Kartanegara dilakukan melalui tahapan pencapaian kondisi setiap faktor utama. Strategi implementasi dan langkah strategis pengelolaan kawasan pasca tambang batubara berkelanjutan dirumuskan melalui FGD melibatkan stakeholder untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Berdasarkan hasil FGD dirumuskan strategi implementasi pengelolaan kawasan pasca tambang batubara, Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai berikut:

1. Erosi, Banjir dan Pengelolaan Sumberdaya Alam Secara Optimal

Aspek ekologi dinilai sebagai aspek yang memiliki prioritas pertama dalam pemanfaatan dan pengelolaan lahan pasca penambangan berbasis lingkungan dan berkelanjutan Haryanti, 2009. Hasil ini menunjukkan bahwa perlunya penanganan dan pengelolaan sumberdaya alam secara optimal dan berkelanjutan. Langkah yang perlu dilakukan dalam pencegahan erosi, banjir dan pengelolaan sumberdaya alam secara optimal adalah dengan melakukan metode vegetatif, 188 pengawasan pelaksanaan reklamasi yang lebih konsisten dan pemberlakuan sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

a. Metode vegetatif