Indeks Keberlanjutan Kawasan Pasca Tambang Batubara

161

5.2. Indeks Keberlanjutan Kawasan Pasca Tambang Batubara

Analisis keberlanjutan pengelolaan kawasan pasca tambang batubara, Kabupaten Kutai Kartanegara menghasilkan nilai indeks keberlanjutan pengelolaan kawasan pasca tambang batubara Appraisal Post Coal Mining Sustainable = APCMS. Secara multidimensi diperoleh nilai indeks keberlanjutan sebesar 36,01 pada skala berkelanjutan 0-100 seperti terlihat pada Gambar 17. Gambar 17. Nilai Indeks Keberlanjutan Multi Dimensi Pengelolaan Kawasan Pasca Tambang Batubara, Kabupaten Kutai Kartanegara Sebesar 36.01 Nilai APCMS yang diperoleh berdasarkan penilaian terhadap 21 atribut yang tercakup dalam tiga dimensi ekologi, ekonomi dan sosial termasuk ke dalam kategori kurang berkelanjutan. Hal ini membuktikan kebenaran issu tentang kerusakan lingkungan dan dampak negatif aktifitas kegiatan eksploitasi batubara yang meninggalkan berbagai kerusakan. Kerusakan yang paling nampak secara fisik adalah degradasi lahan dan adanya kolong kolam. APCMS Ordination 36.01 DOWN UP BAD GOOD -80 -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 Post Coal Mining Sustainability Ot he r D is ti ngi s hi ng Fe a tur e s Real Post Coal Mining References Anchors 162 Berikut uraian 21 atribut dari dimensi ekologi, dimensi ekonomi dan, dimensi sosial yaitu: 1. Dimensi ekologi : persentase tumbuhan, pergantian suksesi pertumbuhan tanaman, banjir, ketersediaan air, erosi, kemampuan lahan, dan tingkat kesuburan tanah. 2. Dimensi ekonomi: sarana perekonomian, status penguasaan lahan, aktivitas perekonomian pasca tambang batubara, sarana dan prasarana transportasi, pendapatan masyarakat pasca tambang batubara, mata pencaharian pasca tambang batubara, dan kontribusi terhadap PDRB relatif terhadap desa di sekitar lokasi. 3. Dimensi sosial : migrasi penduduk, angka beban tanggungan keluarga, persepsi masyarakat terhadap pertambangan, rasio relatif jenis kelamin, epidemi penyakit kulit dan diare, tatanan adat dan kebiasaan masyarakat, serta konflik sosial. Hasil analisis menunjukkan bahwa kegiatan pertambangan batubara yang dilaksanakan di Kabupaten Kutai Kartanegara selama ini kurang memperhatikan aspek-aspek ekologi, ekonomi dan sosial secara terpadu. Untuk mengetahui dimensi pengelolaan yang masih lemah dilakukan analisis MDS pada setiap dimensi. Analisis dilakukan untuk penentuan indeks keberlanjutan dan penentuan atribut yang paling sensitif dalam pengelolaan kawasan pasca tambang batubara. Nilai indeks keberlanjutan untuk setiap dimensi berbeda-beda dan masing-masing memiliki prioritas dimensi apa yang lebih dominan. Perbedaan ini dalam konsep pembangunan berkelanjutan memiliki satu kesamaan prinsip yaitu bagaimana setiap dimensi berada pada kategori ”baik” status keberlanjutannya. Gambar diagram layang-layang kite diagram nilai APCSM, Kabupaten Kutai Kartanegara menunjukkan bahwa tiga dimensi yang diteliti termasuk kategori kurang berkelanjutan. Diagram layang-layang nilai indeks keberlanjutan pengelolaan kawasan pasca tambang batubara dapat dilihat pada Gambar 18. 163 Nilai Dimensi Ekologi, Ekonomi dan Sosial 39.40

34.96 39.09