Kurikulum KTSP Implementasi KTSP dan Konsep Belajar Tuntas

berkembang tanpa merombak tujuan pendidikan yang harius dicapai. Selain itu, perlu disadari juga bahwa kurikulum dimaksudkan untuk mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang, di sini dan di tempat lain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampun berbeda.Dari uraian sebelumnya, jelas bahwa prinsip flesibilitas menuntut adanya keluwesan dalam mengembangkan kurikulum tanpa mengorbankan tujuan yang hendak dicapai. Namun demikian, keluwesan jangan diartikan bahwa kurikulum dapat diubah- ubah kapan saja. Keluwesan harus diterjemahkan sebagai kelenturan melakukan penyesuaian-penyesuaian komponen kurikulum dengan setiap situasi dan kondisi yang selalu berubah.

2.1.2.4 Kurikulum KTSP

KTSP merupakan bentuk implementasi dari UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: a standar isi, b standar proses, c standar kompetensi lulusan, d standar pendidik dan tenaga kependidikan, e standar sarana dan prasarana, f standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan g standar penilaian pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan.

2.1.2.5 Implementasi KTSP dan Konsep Belajar Tuntas

Martinis Yamin 2011:130 Belajar tuntas merupakan proses pembelajaran yang di lakukan dengan sistematis dan terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan pembelajaran pada siswa kelompok besar, membantu mengatasi perbedaan-perbedaan yang terdapat pada siswa, dan berguna untuk menciptakan kecapatan belajar rate of program. Belajar tuntas dilandasi dua asumsi yaitu: 1 bahwa adanya korelasi antara tingkat keberhasilan dengan kemampuan potensial bakat; 2 apabila pembelajaran dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur, mka peserta didik akan mampu menguasai bahan yang disajikan kepadanya. Pada dasarnya prinsip belajar tuntas Martinis Yamin 2011: 121-124 akan menciptakan peserta didik memiliki kemampuan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya, mengecilkan perbedaan antara anak cerdas dengan anak yang tidak cerdas. Belajar tuntas menciptakan anak didik dapat mencapai tujuan pembelajaran, sehingga di dalam kelas tidak terjadi anak cerdas akan mencapai semua tujuan pembelajaran sedang anak didik yang kurang cerdas mencapai sebagian tujuan pembelajaran atau tidak mencapai sama sekali tujuan pembelajaran. Menurut John B. Carrol 1953 bahwa peserta didik yang berbakat tinggi memerlukan waktu yang relatif sedikit untuk mencapai taraf penguasaan bahan dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki bakat rendah. Pesrta didik dapat mencapai penguasaan penuh terhadap bahan yang disajikan, bila kualitas pengajaran dan kesempatan waktu belajar dibuat tepat sesuai dengan kebutuhan masing-masing peserta didik. Virgil Ward dalam Semiawan, 1977:113 menjelaskan tentang anak yang berbakat dengan mengajukan proposisi dalam bukunya Differential Education for The Gifted bahwa 1 Pendidikan anak berbakat intelektual berbeda dari anak lainnya dan sayogianya amat menekankan aktivitas intelektual. Semiawan 1877 menyebutkan beberapa proporsi dalam bukunya Perspektif Pendidikan Anaka Berbakat, di antaranya proporsi Carrol dalam War, 1980 menyebutkan bahwa perilaku intelektual, aspek teoritis dan tingkat abstraksi mereka menunjukkan karateristik mental yang berbeda dalam kcepatan melihat hubungan yang bermakna, tanggap mengaitkan asosiasi konkret dengan mengkaji komponen situasi yang identik, serta mampu menggenaralisasikan. Martinis Yanim 2011: 124-126 menyatakan strategi belajar tuntas, bilamana dilakukan dalam kondisi yang tepat dengan semua peserta didik mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil yang maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis. Bloom 1968 menyebutkan tiga strategi dalam belajar tuntas, yaitu mengidentifikasi prakondisi, mengembangkan prosedur operasional dan hasil belajar. Selanjutnya mengimplementasikan dalam pembelajaran klasikal yang memberikan “bumbu” untuk menyesuaikan dengan kemampuan individual yang meliputi : a Corrective Technique Pengajaran remedial, yang dilakukan dengan memberikan pengajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai oleh peserta didik, dengan prosedur dan metode yang berbeda dari sebelumnya. b Memberikan tambahan waktu kepada peserta didik yang membutuhkan belum menguasai bahan secara tuntas Implementasi belajar tuntas dapat dilakukan dalam sistem pembelajaran individua dan pembelajaran klasikal. Belajar tuntas dapat dilakukan bilamana dapat didukung oleh alatsarana pembelajaran.