Uji Transferability Uji Depenability

4.1.5.2 Uji Transferability

Dalam penelitian ini, peneliti menyusun laporan dengan rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.

4.1.5.3 Uji Depenability

Dalam penelitian kualitatif ini, uji depenability dilakukan dengan melakukan audit terhadap seluruh keseluruhan proses penelitian mulai dari menentukan masalah fokusa, pembuatan proposal, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Sugiyono, 2010:377. Penelitian ini yang bertugas sebagai auditor adalah dosen pembimbing skripsi yaitu Bapak Drs. Sutaryono, M.Pd. NIP.195708251983031015. Peneliti melakukan bimbingan sejak dari pra penelitian, ketika penelitian, dan pasca penelitian sampai pembuatan laporan penelitian. 4.1.5.4 Uji Confirmability Dalam uji confirmability peneliti menguji hasil penelitian dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian, penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability Sugiyono, 2010. Peneliti melakukan konfirmasi dengan meninjau hasil penelitian dengan rumusan masalah. Rumusan masalah yang pertama berkaitan tentang kemampuan guru menjelaskan dalam pembelajaran tematik berbasis KTSP di SD Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di 5 SD di Kecamatan Ngaliyan, kemampuan guru menjelaskan dalam pembelajaran tematik berbasis KTSP mencapai kategori cukup baik. Namun dapat dilihat bahwa SDN Purwoyoso 02 mendapatkan nilai persentase tertinggi yang mencapai 81,12. Kemudian SDN Ngaliyan 05 mencapai nilai persentase 75,57, SDN Kalipancur 02 dengan nilai persentase 74,64, SD Negeri Bringin 01 mencapai nilai persentase 74,04, dan SDN Podorejo 01 mencapai 72,57. Hasil dari wawancara dan angket 15 guru menunjukkan bahwa guru sudah melaksanakan komponen dari menjelaskan secara baik, namun masih terkendala dalam penggunaan media. Untuk wawancara dan angket dari 5 kepala sekolah menunjukkan bahwa guru sudah memiliki 4 kompetensi guru yang baik pedagogic,kepribadian, social dan professional. Rumusan masalah kedua berkaitan tentang respon siswa terhadap kemampuan guru menjelaskan dalam pembelajaran tematik berbasis KTSP di SD. Berdasarkan hasil penelitian observasipengamatan yang dilakukan di 5 SD di Kecamatan Ngaliyan, untuk SDN Bringin 01 mendapat persentase tertinggi sebesar 92,32, kemudian untuk SDN Ngaliyan 05 mendapat persentase tertinggi kedua sebanyak 89,52, SDN Purwoyoso 02 mendapat persentase sebanyak 88,15, untuk SDN Kalipancur 02 mendapat persentase sebanyak 85,37 dan untuk SDN Podorejo 01 mendapat persentase terendah yaitu 73,55. Rumusan masalah yang ketiga berkaitan tentang kendala yang dialami terkait dengan kemampuan guru menjelaskan dalam pembelajaran tematik berbasis KTSP di SD Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru, ditemukan beberapa kendala, seperti terkadang guru tidak menjelaskan secara umum tentang pelajaran yang akan dipelajari,tujuan pembelajaran yang disampaikan guru kadang tidak sesuai dengan hasil dikarenakan kondisi siswa saat pembelajaran,guru belum bisa menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar jadi pembelajaran hanya terfokus pada buku dan penjelasan saja, guru kurang memberikan contoh ilustrasi yang lebih nyata pada anak, jadi terkadang anak menjadi bingung mengingat cara berfikir anak SD kelas rendah masih bersifat konkret, terkadang gaya mengajar guru yang kurang menarik dan membuat siswa merasa bosan dengan pembelajaran yang dilakukan, guru kurang mempersiapkan gambar atau media sebelum memulai pembelajaran mungkin hal ini disebabkan oleh dana, terbatasnya waktu dan kreatifitas guru itu sendiri, guru biasanya siswa sulit atau tidak berani dalam mengajukan pendapat atau pertanyaan, jadi guru harus menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh terkadang juga siswa juga tidak mau menjawab dan malu untuk menjawabnya, siswa tidak mau aktif dalam bertanya walaupun sudah diberi kesempatan oleh guru untuk bertanya dan guru tidak mengevaluasi dirinya sendiri setelah melakukan pembelajaran.

4.2 PEMBAHASAN