observasi dan wawancara dengan guru, ditemukan beberapa kendala, seperti terkadang guru tidak menjelaskan secara umum tentang pelajaran yang akan
dipelajari,tujuan pembelajaran yang disampaikan guru kadang tidak sesuai dengan hasil dikarenakan kondisi siswa saat pembelajaran,guru belum bisa menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajar jadi pembelajaran hanya terfokus pada buku dan penjelasan saja, guru kurang memberikan contoh ilustrasi yang lebih nyata
pada anak, jadi terkadang anak menjadi bingung mengingat cara berfikir anak SD kelas rendah masih bersifat konkret, terkadang gaya mengajar guru yang kurang
menarik dan membuat siswa merasa bosan dengan pembelajaran yang dilakukan, guru kurang mempersiapkan gambar atau media sebelum memulai pembelajaran
mungkin hal ini disebabkan oleh dana, terbatasnya waktu dan kreatifitas guru itu sendiri, guru biasanya siswa sulit atau tidak berani dalam mengajukan pendapat
atau pertanyaan, jadi guru harus menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh terkadang juga siswa juga tidak mau menjawab dan malu
untuk menjawabnya, siswa tidak mau aktif dalam bertanya walaupun sudah diberi kesempatan oleh guru untuk bertanya dan guru tidak mengevaluasi dirinya sendiri
setelah melakukan pembelajaran.
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Ditinjau dari Teori yang Mendukung
Belajar merupakan perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Apabila terjadi perubahan
perilaku, maka perubahan perilaku itu menjadi indicator bahwa peserta didik telah melakukan kegiatan belajar Rifa’i dan Anni, 2011: 84-85. Berdasarkan teori
kognitif Piaget dapat diketahui bahwa peserta didik usia SD berada pada tahap
operasional konkret 7-11 tahun, oleh karena itu dalam pembelajaran haruslah disesuaikan dengan menggunakan benda-benda konkret yaitu model yang menarik
dan media dalam pembelajaran yang bersifat konkret. Langkah pertama dalam melakukan penelitian adalah pada tahap persiapan
atau pra lapangan, pertama peneliti menyusun rancangan tentang penelitian yang akan dilaksanakan, yaitu tentang kemampuan guru menjelaskan dalam
pembelajaran tematik berbasis KTSP di SD, bagaimana respon siswa setelah diberi penjelasan oleh guru tersebut dan kendala apa saja yang dialami guru pada
saat penerapan kemampuan menjelaskan. Kedua, peneliti memilih tempat penelitian, tempat yang sudah ditentukan yaitu di 5 SD kecamatan Ngaliyan Kota
Semarang, yaitu SDN Purwoyoso 02, SDN Bringin 01, SDN Kalipancur 02, SDN Podorejo 01 dan SDN Ngaliyan 05. Ketiga, peneliti mengurus perijinan mulai dari
kampus untuk mendapatan surat pengantar observasi dan menyerahkannya kepada ketua UPTD Kecamatan Ngaliyan sebagai pengantar bahwa peneliti akan
mengadakan penelitian di 5 SD kecamatan Ngaliyan. Setelah itu, peneliti datang sendiri ke SD untuk menyerahkan ijin penelitian di kepala sekolah masing-masing
SD. Pada saat menyerahkan perijinan ke masing-masing SD, peneliti melakukan studi pendahuluan tentang pembelajaran yang berlangsung didalam kelas,
mencatat hal-hal penting yang ditemukan terutama tentang kemampuan menjelaskan. Keempat, menjajagi dan menilai keadaan, saat peneliti mengurus
perijinan, peneliti juga melihat kondisi dan keadaan sekolah. Kelima, memilih dan memanfaatkan informan, peneliti memilih siapa saja yang nantinya akan dijadikan
sebagai objek pengamatan dan menggali informasi dari objek tersebut. Peneliti
memilih guru kelas dan siswa kelas 1, 2, dan 3 SD sebagai objek pengamatan, serta kepala sekolah sebagai sumber informasi. Keenam, peneliti membuat
instrument yang akan digunakan saat penelitian, dalam hal ini peneliti menggunakan lembar observasi, angket dan wawancara untuk guru, untuk kepala
sekolah digunakan wawancara dan angket, sedangkan siswa diberikan lembar observasi serta dokumentasi untuk merekam semua yang telah peneliti lakukan.
Dalam melakukan penelitian, pasti peneliti akan berhubungan langsung dengan banyak orang disekitar lingkungan sekolah, maka dari itu peneliti sudah menjaga
sikap dan berperilaku sopan terhadap semua orang yang ada di lingkungan sekolah tersebut.
Pada tahap di lapangan, pertama, peneliti harus memahami cara dan bagaimana aturan yang ada pada masing-masing sekolah. Kedua, peneliti aktif
dalam mengumpulkan data, jadi saat pembelajaran berlangsung, peneliti masuk kedalam kelas untuk mengamati pembelajaran terkait dengan kemapuan guru
menjelaskan dan respon siswa setelah menerima pembelajaran dari guru. Pengamatan tersebut menggunakan lembar observasi guru dan siswa serta
dokumentasi. Setelah pembelajaran selesai, peneliti melakukan wawancara dengan guru dan pengisian angket. Kemudian baru mewawancarai dan pengisian
angket oleh kepala sekolah. Pada tahap pengolahan data, hal yang dilakukan peneliti yaitu mereduksi
data, data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, makin lama
peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, kompleks dan rumit.
Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Permasalahan yang diperoleh cukup banyak, yaitu
dari segi fisik bangunan yang perlu perbaikan, terbatasnya buku dan cara mengajar guru yang kurang sesuai dengan apa yang diharapkan. Dari sekian
banyak masalah, peneliti hanya terfokus pada kemampuan menjelaskan guru dalam pembelajaran tematik di SD kelas rendah. Kedua yaitu display data serta
kesimpulan, data yang didapat disajikan dalam bentuk tabel, Gambar dan deskripsi. Namun secara singkat hasil penelitian kemampuan guru menjelaskan
dapat menyebutkan bahwa SDN Purwoyoso 02 mendapatkan nilai persentase tertinggi yang mencapai 81,12. Kemudian SDN Ngaliyan 05 mencapai nilai
persentase 75,57, SDN Kalipancur 02 dengan nilai persentase 74,64, SD Negeri Bringin 01 mencapai nilai persentase 74,04, dan SDN Podorejo 01
mencapai 72,57. Hasil dari wawancara dan angket 15 guru menunjukkan bahwa guru sudah melaksanakan komponen dari menjelaskan secara baik, namun masih
terkendala dalam penggunaan media. Untuk wawancara dan angket dari 5 kepala sekolah menunjukkan bahwa guru sudah memiliki 4 kompetensi guru yang baik
pedagogic,kepribadian, social dan professional. Berkaitan tentang respon siswa terhadap kemampuan guru menjelaskan dalam pembelajaran tematik berbasis
KTSP di SD. Berdasarkan hasil penelitian observasipengamatan yang dilakukan
di 5 SD di Kecamatan Ngaliyan, untuk SDN Bringin 01 mendapat persentase tertinggi sebesar 92,32, kemudian untuk SDN Ngaliyan 05 mendapat persentase
tertinggi kedua sebanyak 89,52, SDN Purwoyoso 02 mendapat persentase sebanyak 88,15, untuk SDN Kalipancur 02 mendapat persentase sebanyak
85,37 dan untuk SDN Podorejo 01 mendapat persentase terendah yaitu 73,55. Ketiga, meningkatkan keabsahan hasil melalui beberapa tahap 1 uji kredibilitas
data, tentang pengecekan data dari berbagai sumber, cara dan waktu. yang meliputi triangulasi sumber dari guru kelas 1, 2, dan 3 SD, triangulasi teknik
observasi, angket, wawancara dan dokumentasi dan triangulasi waktu penelitian dilaksanakan dalam 3 pertemuan dengan waktu per SD yang berbeda-beda. 2
uji transferability, tentang kelengkapan isi hasil penelitian, harus rinci, jelas, sistematis dam dapat dipercaya. 3 uji dependability, tentang adanya auditor yang
memantau selama penelitian, dipihak ini yang berlaku sebagai auditor yaitu dosen pembimbing, Pak Sutaryono, M. Pd, dan 4 uji Konfirmability, penelitian harus
disepakati oleh orang banyak dan selaras dengan rumusan masalah.
4.2.2 Ditinjau dari Kajian Empiris