Nilai-nilai dalam Budaya Organisasi

mencapai batasan yang lebih luas daripada kepentingan individu; 4 Meningkatkan kemantapan sistem sosial perekat sosial yang membantu menyatukan organisasi dengan memberikan standar-standar yang tepat mengenai apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para anggota; dan 5 Mekanisme pembuat makna dan pengendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku para anggota organisasi. Menurut Pascale dan Atos yang dikutip oleh Matondang 2008 menyatakan bahwa fungsi budaya organisasi bisa juga sebagai penghambat dalam berinovasi. Hal ini terjadi apabila budaya organisasi tidak mampu mengatasi masalah yang menyangkut lingkungan perubahan eksternal di mana budaya organisasi tidak cepat melakukan adaptasi. Budaya yang kuat yang berpotensi disfungsional akan mengganggu fungsi keefektifan organisasi Robbins, 2006.

2.1.3 Nilai-nilai dalam Budaya Organisasi

Sashkein dan Kisher Tika, 2008 mengemukakan bahwa budaya organisasi terdiri dari dua komponen, yaitu: 1 Nilai value, yakni sesuatu yang diyakini oleh warga organisasi untuk mengetahui apa yang benar dan apa yang salah; 2 Keyakinan belief, yakni sikap tentang cara bagaimana seharusnya bekerja dalam organisasi. Secara harfiah nilai berarti harga. Nilai merupakan sesuatu yang diinginkan apabila nilai bersifat positif dalam arti menguntungkan atau menyenangkan dan memudahkan pihak yang memperolehnya untuk memenuhi kepentingannya, dan sebaliknya tidak diinginkan apabila nilai tersebut Universitas Sumatera Utara bersifat negatif dan merugikan atau menyulitkan pihak yang memperolehnya untuk memengaruhi kepentingannya sehingga nilai tersebut dijauhi. Menurut Bratakusumah 2002, nilai adalah ukuran yang mengandung kebenaran dan kebaikan tentang keyakinan dan perilaku organisasi yang paling dianut dan digunakan sebagai budaya kerja dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan visi dan misi organisasi. Nilai merupakan esensi dari filosofi organisasi untuk mencapai kesuksesan, memberikan rasa kebersamaan dan arah serta petunjuk-petunjuk pada seluruh anggota, dan bagaimana berperilaku dari hari ke hari. Seperti yang diungkapkan oleh Gibson Matondang, 2008, budaya organisasi adalah apa yang dipahami oleh karyawan dan bagaimana persepsi itu menciptakan sebuah pola dari keyakinan, nilai-nilai dan harapan. Pendapat yang sama juga diutarakan oleh Peter Hess bahwa budaya organisasi biasanya menggambarkan seperangkat keyakinan, norma-norma dan nilai-nilai hal tersebut sehubungan dengan cara kerja dan apa-apa yang dianggap penting dalam organisasi Matondang, 2008. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Deli Serdang, Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang menetapkan visi dan misi yang didasari oleh nilai-nilai yang dianut dan dijunjung tinggi oleh seluruh pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2009. Nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Berpihak pada rakyat. Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang akan selalu berpihak pada rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi. UUD 1945 juga menetapkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Berdasarkan definisinya pada Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005, berpihak kepada rakyat dapat diartikan mengikutmemilih rakyat. 2. Bertindak cepat dan tepat. Masalah kesehatan yang dihadapi makin bertambah kompleks dan berubah dengan cepat, bahkan kadang-kadang tidak terduga, yang dapat menimbulkan masalah darurat kesehatan. Dalam mengatasi masalah kesehatan, apalagi yang bersifat darurat, harus dilakukan tindakan secara cepat. Tindakan yang cepat juga harus diikuti dengan pertimbangan yang cermat, sehingga intervensi yang tepat dapat mengenai sasaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005, cepat berarti segera sekali dan mengerjakan sesuatu dalam waktu singkat. Sedangkan tepat adalah kena benar dengan sasaran, tujuan, dan maksud. 3. Kerjasama tim. Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang sebagai organisasi pemerintah memiliki sumberdaya manusia yang cukup banyak. Sumber daya manusia ini merupakan potensi bagi terbentuknya suatu tim Universitas Sumatera Utara besar. Oleh karena itu, dalam mengemban tugas-tugas pembangunan kesehatan, harus dibina kerja tim yang utuh dan kompak, dengan menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergisme. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005, kerjasama adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang lembaga, pemerintah dan sebagainya untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama bukan sekedar bekerja bersama-sama, namun kerjasama di antara dua potensi yang berbeda atau lebih, dengan beban, tanggung jawab, dan fungsi yang berbeda dan hasilnya lebih dari sekedar penjumlahannya Poerwopoespita dan Utomo, 2000. 4. Integritas yang tinggi. Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, setiap pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang harus memiliki komitmen yang tinggi dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Selain itu, dalam melaksanakan tugas, semua pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang harus memiliki ketulusan hati, kejujuran, berkepribadian yang teguh, dan bermoral tinggi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005, integritas diartikan sebagai mutu, sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaankejujuran. 5. Transparan dan akuntablitas. Dalam era demokrasi dan perkembangan masyarakat yang lebih cerdas dan tanggap, tuntutan atas pelaksanaan tugas Universitas Sumatera Utara yang transparan dan dapat dipertanggung-gugatkan akuntabel terus meningkat. Oleh karenanya semua kegiatan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, harus dilaksanakan secara transparan, dapat dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan kepada publik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005, transparan berarti jernih; nyata; jelas; tidak terbatas pada orang tertentu saja; terbuka. Sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban.

2.1.4 Budaya Kuat, Budaya Lemah dan Budaya Adaptif