Pengaruh Nilai Integritas yang Tinggi Terhadap Kinerja Petugas KIA

berorientasi pada tujuan yang sama yaitu memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien Depkes RI, 2005. Sambas 2008 menyatakan bahwa kerjasama tim sangat diperlukan dalam meningkatkan kinerja staf di Unit Penunjang Medik Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Bentuk kerjasama yang diperlukan adalah kerjasama yang benar-benar solid, baik itu dalam bentuk kerjasama di dalam tim itu sendiri, kerjasama dengan tim lain, kerjasama dengan atasan, dan kerjasama dengan bawahan. Petugas KIA khususnya Bikor di Puskesmas sangat diharapkan untuk dapat bekerja sebagai tim dengan petugas kesehatan lainnya dalam menjalankan perannya. Hal ini penting mengingat program KIA di Puskesmas merupakan bidang terpadu dari berbagai bidang yang pada tingkat pusat merupakan program yang bersifat terkotak-kotak, seperti kesehatan anak, kesehatan ibu, gizi, KB, dan imunisasi. Selain itu, petugas KIA juga diharapkan dapat menjalin komunikasi koordinasi kerja serta merencanakan dan melaksanakan penyeliaan fasilitatif dengan Bides dan bidan praktek swasta maupun lintas sektorprogram di wilayah kerjanya Depkes RI, 2007.

5.5. Pengaruh Nilai Integritas yang Tinggi Terhadap Kinerja Petugas KIA

dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Integritas berasal dari kata integrity yang berarti soundness of moral principle and character honesty . Sahetapy dalam Amirsyahya 2007 Universitas Sumatera Utara menyimpulkan bahwa orang yang memiliki integritas, lazimnya memiliki hati nurani yang bersih, mempunyai prinsip moral yang tangguh, adil serta jujur, dan tidak takut kepada siapapun, kecuali kepada Tuhan. Integritas adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan budaya organisasi. Integritas adalah konsistensi antara tindakan dan nilai. Jadi dapat disimpulkan bahwa integritas mengandung makna memiliki keselarasan niat, pikiran, perkataan dan perbuatan baik dan benar yang sesuai dengan nilai-nilai organisasi dan masyarakat serta prinsip-prinsip “Good Governance ”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi nilai integritas yang tinggi di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang termasuk dalam kategori cukup yaitu sebesar 72,5 dan 27,5 berada dalam kategori baik. Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa secara parsial variabel nilai integritas yang tinggi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja responden dengan nilai signifikansi sebesar 0,030. Ini berarti implementasi nilai integritas yang tinggi yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dengan kontribusi sebesar 3,706 Tabel 4.33. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005, integritas diartikan sebagai keterpaduan, kebulatan, keutuhan, kejujuran, dan dapat dipercaya serta bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kebijakan organisasi serta kode Universitas Sumatera Utara etik profesi. Dengan kata lain, integritas adalah apa yang kita lakukan ketika tidak ada seorangpun yang melihat. Hal ini berarti implementasi nilai integritas yang tinggi di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang akan memengaruhi sikap dan perilaku kinerja seluruh petugas KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk melaksanakan tupoksiwab yang diamanahkan kepadanya sekalipun tidak dilihat oleh pimpinanatasannya. Sungguhpun demikian, dalam kenyataannya birokrasi belum sepenuhnya memiliki integritas yang tinggi dalam melaksanakan tupoksiwab yang diamanahkan kepadanya LAN RI, 2003. Implikasinya, kinerja birokrasi belum sepenuhnya mencapai tataran optimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sekalipun 75 responden merasakan petugas KIA mempunyai sikap loyal kepada atasannya, namun dalam melaksanakan tupoksiwab-nya masih ditemukan 17,5 responden yang ragu-ragu jika dinyatakan bahwa petugas KIA memiliki ketulusan hati, kejujuran, kepribadian yang teguh dan moral yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya. Bahkan sebesar 22,5 responden merasa ragu-ragu dan tidak setuju jika dinyatakan bahwa petugas KIA mempunyai rasa malu jika melakukan pelanggaran dalam melaksanakan tugasnya. Keberadaan hierarki kewenangan pada birokrasi sering sekali melahirkan sikap yang berorientasi vertikal sehingga menyebabkan hilangnya kreativitas dan rasa takut berimprovisasi serta tidak berani mendapatkan reaksi yang negatif karena “kelihatan jelek” di mata atasannya. Hierarki kewenangan dalam birokrasi Universitas Sumatera Utara memang memudahkan koordinasi, tetapi sering kali memperluas komunikasi. Setiap tingkatan hierarki menghasilkan blok-blok komunikasi. Bagi bawahan, sudah tentu mereka tidak akan melakukan komunikasi yaitu menyampaikanmelaporkan datainformasi yang menurutnya kelihatan jelek di mata atasannya. Sebaliknya, bawahan akan cenderung melakukan komunikasi yaitu menyampaikanmelaporkan datainformasi yang hanya membuatnya kelihatan baik di pikiran atasan, atau paling tidak atasan mau mendengarkannya Widodo, 2006. Tidak ada cara yang benar untuk melakukan hal yang salah. Namun mereka tetap melakukannya dan sepertinya sudah menjadi suatu budaya sehingga terkesan tidak mempunyai rasa malu jika melakukan pelanggaran dalam melaksanakan tupoksiwab-nya khususnya perihal pengelolaan data KIA. Salah seorang informan mengungkapkan fenomena di atas sebagai berikut. “…Beginilah Dek, memang kita yang PNS ini, apapun ceritanya kita punya atasan. Kita harus loyal sama mereka walaupun kadang-kadang kita harus berbuat yang tidak benar. Tidak benar dalam arti seperti tadi yang mengubah data karena harus disesuaikan dengan target itu. Salah juganya itu, tapi memang sudah begitu semuanya. Kalau kita lain sendiri nanti jadi kita yang aneh dan kita yang capek sendiri. Dan kalau kita loyal, ada yang back up kita orang Tingkat II. Mana yang baiknya ajalah kita rasa…” Dengan adanya nilai integritas yang tinggi yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, maka diharapkan setiap petugas khususnya petugas KIA menjadi pribadi yang berintegritas. Menurut Sutrisno 2010, pribadi yang berintegritas adalah pribadi yang hidup sesuai dengan apa yang diketahui, Universitas Sumatera Utara apa yang dinyatakan, dan apa yang dilakukan, berkata benar, menepati janji, dan memberikan keteladanan tentang apa yang diyakini, dan memperlakukan orang lain dengan adil dan murah hati. Menciptakan pribadi yang berintegritas berarti membutuhkan keteladanan pemimpin. Pemimpin yang dimaksud tentunya mulai dari jenjang hierarki kepemimpinan tingkat bawah sampai dengan tingkat atas. Menurut Basri 2008, kepemimpinan berarti mengarahkan, membangun tim, dan memberi inspirasi kepada anggota melalui teladan dan ucapan. Tim kerja yang sukses membutuhkan pemimpin yang memiliki kemampuan memengaruhi anggotanya untuk berpikir, bersikap, dan berbuat sesuai dengan tujuan yang akan dicapai tim. Covey dalam Matondang 2008 menyebutkan bahwa seorang pemimpin melaksanakan empat peran penting yaitu: 1Menjadi panutan moral personal, 2Menjadi perintis moral visioner, 3Menjadi penyelaras moral institutional, dan 4Menjadi pembudaya moral cultural. Jadi mulai dari Bikor di Puskesmas sampai dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang menjadi panutan moral personal, perintis moral visioner, penyelaras moral institutional, dan pembudaya moral cultural bagi bawahannya maupun orang di sekitarnya. Dukungan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk meningkatkan implementasi nilai integritas yang tinggi pada petugas KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang adalah dengan meningkatkan disiplin, pengawasan, dan pemberian kompensasi pada setiap petugas KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara 1. Disipilin Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005, disiplin memiliki arti ketaatankepatuhan kepada peraturantata tertib dan sebagainya. Sedangkan menurut Koentjoroningrat 1999, sikap disiplin diartikan sebagai sikap yang selalu taat dan tertib terhadap segala bentuk peraturan yang diterapkan. Sikap disiplin timbul sebagai suatu bentuk sikap ikhlas untuk bertindak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Peningkatan disiplin yang dimaksud bukan hanya peningkatan disiplin dari aspek pelayanan klinis medis petugas KIA saja, tetapi juga aspek manajerial program KIA yang dirasakan masih jauh dari harapan Depkes RI, 2005. 2. Pengawasan Menurut LAN RI 2003, pengawasan adalah salah satu fungsi organik manajemen, yang merupakan proses kegiatan pimpinan untuk memastikan dan menjamin bahwa tujuan dan sasaran serta tugas-tugas organisasi akan dan telah terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana, kebijaksanaan, instruksi, dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dan berlaku. Pengawasan adalah tanggung jawab setiap pimpinan pada tingkat manapun. Untuk menghasilkan kinerja pengelolaan data KIA yang lebih baik lagi, maka diperlukan pengawasan dari setiap jenjang hierarki kepemimpinan mulai tingkat bawah sampai dengan tingkat atas; mulai dari Bikor sampai dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Keberadaan target secara berproses diharapkan menjadi pemicu Universitas Sumatera Utara bagi setiap petugas KIA untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik lagi, seperti yang diungkapkan informan berikut ini. “…Aku tetap lebih setuju kalau bekerja ada target, dan aku senang kalau ada target. Dengan adanya target kita tahu sampai sebatas mana kita harus bekerja dan apa yang mau kita capai. Hanya saja ke depan harapanku maunya target ini dibicarakan lebih baik lagi biar nggak berat kali pertanggungjawaban kita ke depannya. Karena setahuku ke depan pemeriksaan bukan lagi duit, tapi data. Dari data baru bergerak ke duit …” Bukan sebaliknya, keberadaan target menjadi “momok” bagi petugas KIA seperti diungkapkan oleh salah satu informan berikut ini. “…Memang berat kali kami rasa dengan adanya target itu, Dek, karena nggak sesuai dengan realita di masyarakat. Tapi karena kita dituntut demikian, dan karena kita juga tahu kalau Tingkat II juga dituntut demikian oleh Tingkat I atau Pusat, makanya kita jalankan sajalah, Dek. Yang penting di masyarakat tidak ada masalah. Jadi sebagai Bikor kita perlu melakukan pengawasan atau pemantauan Bides-bides kita karena nggak sama semua tipe Bides itu. Harus terus itu kita pantau bagaimana mereka kerja di masyarakat, jangan sampai ada masalah …” Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rizaldy 2007 yang menyatakan bahwa pengawasan dalam bentuk monitoring secara terus-menerus terhadap petugas KIA Puskesmas sangat diperlukan agar sistem pencatatan dan pelaporan KIA menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian Rizaldy 2007, terdapat beberapa kelemahan pada sistem pencatatan dan pelaporan KIA di Kabupaten Langkat akibat lemahnya pengawasan terhadap sistem pencatatan dan pelaporan KIA itu sendiri. Pentingnya monitoring secara terus-menerus juga diungkapkan oleh informan di bawah ini. Universitas Sumatera Utara “…Saya pun merasa kalau saya perlu dibimbing dan diingatkan terus sama orang dinas, Dek. Kalau diam orang dinas, kami pun juga diam, Dek. Jadi kita itu harus lihat gendangnya. Kalau gendangnya dibunyikan, maka kita pun ngelandek Bahasa Karo yang berarti menari, red…” Mengacu pada pernyataan LAN RI 2003 dan Depkes RI 2005, pentingnya pengawasan untuk perbaikan kinerja pengelolaan data KIA karena hasil pengawasan akan dijadikan masukan oleh pimpinan dalam pengambilan keputusan untuk menghentikanmeniadakan dan mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan ketidaktertiban serta mencari cara-cara yang lebih baik untuk mencapai tujuan dan melaksanakan tupoksiwab yang diamanahkan kepada petugas KIA. 3. Pemberian kompensasi Kompensasi yang dimaksud adalah imbalan yang diberikan atas hasil kerja yang diberikannya pada organisasi berupa promosi, insentif, pujian, dan dukungan atas peningkatan karir Murlis, 2004. Menurut Sambas 2008, terdapat pengaruh kompensasi terhadap kinerja staf di Unit Penunjang Medik Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan β = 0,79. Hal ini sesuai dengan apa yang dirasakan oleh informan berikut ini. “… Memang kita bukan minta penghargaan dalam bekerja. Tapi sebenarnya kalau dikaji-kaji sudah banyak kalilah beban tugas yang diberikan pada kami, tapi apa yang kami terima? Lihat bagaimana Bides dapat kereta, bagaimana Ka. Pustu dan Ka. Poskesdes dapat insentif? Tapi karena kita sudah dipercayakan tanggung jawab itu, ya kita lakukanlah…” Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan pernyataan informan di atas, penelitian yang dilakukan oleh Zebua 2009 yang menyatakan terdapat pengaruh signifikan budaya organisasi dan insentif terhadap kinerja staf rekam medik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yaitu sebesar 96,10. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Notoatmodjo 2005, diperlukan stimulusrangsangan agar sikap yang merupakan sikap yang tertutup tersebut dapat diwujudkan dalam tindakan reaksi terbuka, dan lingkungan internal dan eksternal yang kondusif tersebut dapat menjadi stimulusrangsangan. Peningkatan disiplin, pengawasan dan pemberian kompensasi pada petugas KIA di dalam kebersamaan tim yang efektif tentunya akan melahirkan petugas KIA yang memiliki karakteristik integritas seperti yang dikemukakan oleh Gostik dan Telford 2003 yaitu menyadari bahwa hal-hal kecil itu penting; menemukan yang benar saat orang lain hanya melihat warna abu-abu; bertanggung jawab; menciptakan budaya kepercayaan; menepati janji; peduli terhadap kebaikan yang lebih besar; jujur namun rendah hati; bertindak bagaikan tengah diawasi; mempekerjakan integritas; dan konsisten. Bila kondisi ini sudah tercipta, maka akan terciptalah suatu kondisi dimana bawahan loyal kepada atasannya, atasan loyal kepada bawahannya dan bahkan ke samping dengan cara bertenggang rasa terhadap kebutuhan kebersamaan dalam mewujudkan tujuan kedinasannya yaitu memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien Depkes RI, 2005. Universitas Sumatera Utara 5.6. Pengaruh Nilai Transparan dan Akuntabilitas Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Menurut LAN RI dalam Widodo 2006, akuntabilitas merupakan kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja atas tindakan seseorangbadan hukumpimpinan suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Organisasi pemerintah dibentuk oleh publik, untuk publik, dan karena itu harus bertanggung jawab kepada publik. Akuntabilitas birokrasi publik menjadi penting dan berdampak pada kinerja birokrasi. Dengan demikian, akuntabilitas publik menghendaki agar birokrasi publik dapat menjawab dan menjelaskan secara transparan dan terbuka atas pertanyaan yang diajukan kepadanya, dan tindakan apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan kepada publik Widodo, 2006. Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa secara parsial variabel nilai transparan dan akuntabilitas mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dengan nilai signifikansi sebesar 0,002. Hal ini berarti implementasi nilai transparan dan akuntabilitas yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang berpengaruh negatif namun signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tabel 4.33. Peningkatan implementasi nilai Universitas Sumatera Utara transparan dan akuntabilitas justru akan menurunkan kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data. Penilaian kinerja KIA yang menggunakan indikator pencapaian target KIA selama ini telah “mengkondisikan” petugas KIA untuk memberikan datainformasi sesuai dengan target KIA yang dibebankan kepadanya. Dalam suatu organisasi, aktivitas manajemen data seringkali menemukan kendalamasalah terkait dengan keberadaan datainformasi sebagai dasar untuk pengambilan keputusan seperti politik, ideologi, anggaran, donatur, tekanan dari kelompok tertentu, NGO, krisis, media, komunitas dalam masyarakat dan sebagainya Lippeveld, et.al., 2000. Transparan harus dibangun dalam kerangka kebebasan aliran informasi LAN RI, 2003 agar publik menjadi tahu tentang apa yang telah dilakukan oleh birokrasi publik, berapa besarnya anggaran yang digunakan, dan bagaimana hasil tindakan tadi Widodo, 2006. Ini berarti transparan mengandung unsur kejelasan dan keterbukaan disclosure. Menurut Hendriksen dalam Sihite 2010, apabila kata “disclosure” dikaitkan dengan data berarti memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, “disclosure” mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil dari aktivitas suatu unitorganisasi. Dengan demikian, informasi yang diberikan harus lengkap, jelas, dan dapat menggambarkan secara tepat kejadian-kejadian yang berpengaruh terhadap unitorganisasi tersebut. Universitas Sumatera Utara Namun demikian, terlalu banyak informasi yang disajikan akan membahayakan dan mengaburkan informasi yang signifikan dan membuat laporan keuangan tersebut sulit untuk dipahami. Oleh karena itu, “disclosure” yang tepat mengenai informasi yang penting bagi publik dan pihak lainnya hendaknya bersifat “cukup, wajar, dan lengkap”. Keterbukaan ini mencakup pengungkapan minimal yang harus dilakukan agar informasi yang disajikan dalam laporan tidak menyesatkan. Wajar dan lengkap merupakan konsep yang lebih bersifat positif. Dalam bahasa Inggris, keterbukaan yang wajar dan lengkap disebut dengan istilah “fair and full disclosure”. Keterbukaan yang wajar menunjukkan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai informasilaporan, sedangkan keterbukaan yang lengkap mensyaratkan perlunya penyajian semua informasi yang relevan Sihite, 2010. Transparan juga mengandung arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai prosedurtata cara dan persyaratan pelayanan baik teknis maupun administratif. Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur akuntabilitas kinerja birokrasi publik diperlukan standar atau prosedur tetap atau Standard Operational Procedure SOP agar tanggung jawab yang diberikan tersebut dapat dibangun dalam kerangka kebebasan aliran informasi. Upaya manajemen untuk implementasi nilai transparan dan akuntabilitas juga terlihat dari jawaban responden yang menyatakan petugas KIA memberikan pelayanan KIA secara transparan kepada masyarakat sebesar 92,5 dengan menggunakan prosedur tetap Universitas Sumatera Utara sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan KIA sebesar 90. Namun demikian, beberapa reponden masih ragu-ragu bahkan tidak setuju jika dinyatakan bahwa petugas KIA memberikan pelayanan KIA secara transparan kepada masyarakat dengan menggunakan prosedur tetap sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan KIA. Adanya prosedur tetap sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan publik berimplikasi pada hadirnya sebuah peraturan dan pengaturan yang memungkinkan adanya kontinuitas, koordinasi, stabilitas, dan uniformitas, yakni bagaimana nilai transparan dan akuntabilitas ini seringkali menghasilkan kekakuan rigidity dan pergeseran tujuan goal displacement organisasi. Para aparatur birokrasi publik senantiasa berorientasi pada aturan rules. Banyak di antara aparatur birokrasi publik tersebut yang lupa bahwa “rules and regulations” merupakan sarana untuk mencapai tujuan, dan bukan merupakan tujuan akhir Widodo, 2006. Setiap petugas KIA harus menyadari bahwa target yang ditetapkan merupakan sarana untuk mencapai tujuan yaitu untuk menjamin bahwa seluruh masyarakat yang membutuhkan pelayanan KIA telah mendapatkan pelayanan KIA, dan bukan sebaliknya dimana pencapaian target “dalam bentuk angka” menjadi suatu bukti bahwa petugas KIA telah mempertanggungjawabkan tupoksiwab yang diamanahkan kepadanya. Dengan adanya peraturan dan pengaturan yang ditegakkan dalam birokrasi publik, maka hubungan antarbagian dalam satu birokrasi hendaknya dilakukan secara formal impersonal dan tidak pribadi personal. Pendekatan impersonal Universitas Sumatera Utara akan memberikan tindakan hukuman kepada siapa pun yang salah, dan sebaliknya siapapun yang berprestasi sudah selayaknya mendapatkan hadiah atau imbalan. Kendatipun demikian, upaya manajemen untuk implementasi nilai transparan dan akuntabilitas menunjukkan bahwa responden ragu-ragu bahkan tidak setuju apabila dinyatakan bahwa selama ini baik Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang maupun Puskesmas telah memberikan hukumansanksi yang jelas dan tegas kepada petugas KIA yang melanggar peraturan yaitu sebesar 47,5. Pelayanan publik yang profesional lebih diarahkan pada perilaku para aparatur birokrasi publik yang benar-benar “mau dan mampu” bertanggung jawab responsible dan mempertanggungjawabkan accountable segala sikap, perilaku, tindakan, dan kebijakan yang telah, sedang, dan akan dilakukan kepada masyarakat Widodo, 2006. Tanggung jawab didefinisikan sebagai kemampuan dalam menanggapi dan menyelesaikan pekerjaan yang dilakukan Poerwopoespito dan utomo, 2000. Upaya manajemen untuk implementasi nilai transparan dan akuntabilitas terlihat dari jawaban responden yang menyatakan bahwa pelayanan KIA yang diberikan kepada masyarakat harus dapat dipertanggungjawabkan sebesar 92,5. Dukungan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk meningkatkan implementasi nilai transparan dan akuntabilitas pada petugas KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang adalah dengan menetapkan suatu peraturan dan pengaturan rules and regulations tentang pengelolaan data KIA yang Universitas Sumatera Utara beranjak dari akar permasalahan data selama ini yang dihadapi oleh petugas KIA, bukan berorientasi pada keputusan atau gagasan perorangan saja. Kendatipun demikian, solusi yang ditawarkan ini sering sekali menjadi dilema dalam suatu organisasi pemerintahan. Banyak pelajaran dari beberapa pengalaman yang menunjukkan bahwa hampir tidak ada satupun organisasi pemerintahan yang tidak terikat dalam peraturan dan pengaturan dalam melaksanakan tupoksiwab yang diamanahkan kepadanya. Mungkin jawaban dari informan di bawah ini bisa menjadi alasan mengapa masalah dan solusi dari “rules and regulation” ini selalu menjadi dilema jika birokrasi publik akan mengimplementasikannya. “… Sepertinya PNS itu kok kebal hukum ya... Dikasih pun surat teguran tetap juga nggak berubah. Bisa jadi memang karena kita rasa nggak mungkinlah kita dipecat hanya karena nggak kasih laporan atau terlambat kasih laporan. Sepertinya memang nggak cocok lagi cara-cara tegas seperti itu. Yang iyanya kasih denda saja misalnya Rp 25.000,- bagi Bides yang terlambat atau nggak kasih laporan. Ini sudah kami jalankan di Puskesmas kami dan berhasil, tidak ada satupun Bides yang nggak kasih laporan. Nah, sekarang tinggal bagaimana memperbaiki kualitas laporan datanya. Ini memamg masih kami rencanakan, tapi akan segera kami lakukan. Jadi dimulai dari Kepala Pustu dan Kepala Poskesdes dulu untuk membuat presentasi laporannya, cakupannya, dan apa-apa saja hambatannya di rapat minilok Puskesmas, nanti mudah-mudahan bisa merubah pelan- pelanlah…” Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data, Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang perlu melakukan pendekatan persuasif sambil berproses mencari cara bagaimana mengubah Universitas Sumatera Utara paradigma “target KIA” dari sekedar penyediaan data sesuai target menjadi pemicu bagi setiap petugas KIA untuk menghasilkan kinerja yang dapat dipertanggungjawabkan secara “fair and full disclosure” kepada publik. Jika tidak dilakukan dengan pendekatan persuasif, maka bisa jadi upaya peningkatan implementasi nilai transparan dan akuntabilitas justru akan menurunkan kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

5.7. Pengaruh Keyakinan