Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang menjadi organisasi yang berbudaya kuat dan adaptif.
Berikutnya tulisan ini akan membahas hasil penelitian dan determinan kinerja responden khususnya tentang pengaruh parsial budaya organisasi yang
terdiri dari nilai berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi, nilai transparan dan akuntabilitas serta
keyakinan belief terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.
5.2. Pengaruh Nilai Berpihak pada Rakyat Terhadap Kinerja Petugas
KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
Nilai berpihak pada rakyat merupakan nilai yang mengikut atau memilih rakyat dalam setiap tindakan yang diambil oleh seluruh pegawai di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Dengan kata lain, berpihak pada rakyat berarti mengutamakan kepentingan dan kepuasan masyarakat yang dilayani tanpa
membeda-bedakan suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi. Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang merupakan birokrasi publik yang harus
senantiasa meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi, kewenangan dan tanggung jawab tupoksiwab yang diamanahkan
kepadanya, terutama dalam memberikan pelayanan KIA kepada masyarakat. Pelayanan publik harus diutamakan, karena hakikat dibentuknya pemerintah
adalah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
pendapat Rasyid dalam Widodo 2006 bahwa pemerintahan pada hakikatnya merupakan pelayanan kepada masyarakat, bukan untuk melayani diri sendiri,
tetapi untuk melayani masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi nilai berpihak pada
rakyat di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang termasuk dalam kategori cukup yaitu sebesar 70 Tabel 4.5. Ini berarti 70 responden memiliki
sebagian persepsi tentang nilai yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk membentuk kinerja petugas KIA yang
mengutamakan kepentingan dan kepuasan masyarakat yang dilayani tanpa membeda-bedakan suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi. Keadaan ini
mengindikasikan bahwa petugas KIA sebagai tenaga profesi sebenarnya menyadari bahwa mereka harus mengutamakan kepentingan masyarakat yang
dilayani dan berusaha semaksimal mungkin memuaskan masyarakat yang dilayani tanpa membeda-bedakan suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi dalam
memberikan pelayanan KIA. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan 60 responden setuju mengutamakan kepentingan masyarakat
daripada target dalam memberikan pelayanan KIA; 57,5 responden setuju tidak membeda-bedakan suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi dalam
memberikan pelayanan KIA; dan 62,5 responden setuju mengutamakan kepuasan masyarakat yang dilayani Tabel 4.3.
Sebagai birokrasi publik, Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang tidaklah mencari untung, tetapi memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat secara sangat baik atau terbaik, khususnya dalam memberikan pelayanan KIA yang telah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor
37KDPRD2009 tentang KIBBLA di Kabupaten Deli Serdang. Sebagai tenaga profesi yang tunduk dengan sumpah profesi, responden
yang merupakan Pegawai Negeri Sipil PNS harus tunduk pada PP Nomor 30 Tahun 1980 tentang Kewajiban dan Larangan bagi PNS yaitu “Melaksanakan
tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab serta memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada
masyarakat menurut bidang tugasnya masing-masing” LAN RI, 2003. Sebagai tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan KIA kepada
masyarakat, responden menyadari bahwa mereka harus berpihak pada rakyat. Mereka bekerja dan mencatat apa yang telah dilakukan dan pada suatu waktu
melaporkan apa yang telah dikerjakan di wilayah kerjanya kepada pimpinannya hierarki birokrasi, dan disinilah permasalahan data dimulai. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penilaian atasan terhadap kinerja responden dalam hal melaporkan data cakupan KIA sesuai dengan fakta di lapangan atau dengan kata
lain tidak menggantimemanipulasi data walaupun target KIA yang telah ditetapkan memperoleh skor yang paling rendah Tabel 4.24. Ada targetsasaran
dari pusat atau dinas kesehatan kabupaten yang harus dicapai, dan sering sekali targetsasaran tersebut kurang sesuai dengan realita di wilayah kerja petugas KIA
seperti yang diungkapkan oleh informan berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
“… Sebenarnya kami sadar kalau sebagai petugas KIA, kami harus bekerja dengan benar, karena yang kami hadapi itu manusia
yaitu ibu dan anak. Berani sekali kami kalau kami katakan masyarakat itu sudah kami beri pelayanan KIA tapi sebenarnya
tidak ada. Tapi sering kali untuk melaporkan data KIA ini, kami ditentukan target dan sasaran dari pusat atau dinas. Bukannya
kami nggak mau mencapai itu, tapi masalahnya seringkali target atau sasaran itu datangnya terlambat, padahal dari Januari kita
sudah membutuhkan data sasaran tersebut. Akhirnya kita minta bantuan dari seluruh kader dan bidan desa untuk mendata jumlah
ibu dan bayi yang ada di desanya. Kita pakai data itu dari Januari dan dengan data itu rasanya kita sudah hampir mencapai target.
Nggak tahunya, pas mau akhir tahun muncul data dari BPS, dan katanya kita harus mengacu dari situ. Bayangkan saja dalam satu
tahun bisa berubah tiga kali jumlah sasaran. Yah sudahlah kita mengalah karena kita jugakan tahu bagaimana orang-orang di
bawah kita bekerja walaupun kita sudah kasih uang minum. Akhirnya begitulah, agar target tercapai yah terpaksalah kita
mengganti laporan kita sesuai dengan data sasaran yang diberikan pada kita…”
Inilah yang menjadi alasan mengapa responden hanya memiliki sebagian persepsi tentang nilai yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang untuk membentuk kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data yang pro- rakyat. Satu sisi pelayanan KIA sudah diberikan dan berharap masyarakat yang
dilayani puas atas pelayanan yang telah diberikan oleh petugas. Namun di sisi yang lain mereka juga “tidak bisasulit menolak” jika harus memenuhi
targetsasaran yang telah ditetapkan pusat ataupun dinas kesehatan kabupaten, dan bisa jadi tindakan ini mereka anggap sebagai kewajiban mereka sebagai PNS
seperti yang tertera pada PP Nomor 30 Tahun 1980 tentang Kewajiban dan Larangan bagi PNS yaitu “Mentaati perintah kedinasan dari atasan yang
berwenang” seperti yang diungkapkan informan berikut.
Universitas Sumatera Utara
“… Di atas kita ada atasan yang harus kita ikuti cakapnya dan perintahnya. Jadi kalau memang sudah begitu adanya target dan
sasaran itu, ya kita ikuti sajalah walaupun kita seperti merekayasa sedikit. Yang penting tidak ada masalah di masyarakat dan
masyarakat yang memerlukan pelayanan sudah kita layani…”
Alhasil dalam beberapa kondisi terkait dengan pengelolaan data petugas KIA cenderung memilih pemenuhan capaian targetsasaran “Asal Bapak Senang”,
laiknya yang sering terjadi di instansi pemerintahan. Padahal Depkes RI 2007 sudah menekankan upaya revitalisasi Bikor di Puskesmas sebagai petugas KIA
tidak hanya berperan membina Bides dalam aspek klinis medis, tapi juga berperan dalam aspek manajerial program KIA yang selalu berujung pada ketersediaan data
KIA yang berkualitas sebagai alat manajemen untuk memantau program KIA di suatu wilayah kerja agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat.
Mungkin fenomena inilah yang menjadi alasan mengapa implementasi nilai berpihak pada rakyat berpengaruh secara positif namun tidak signifikan
terhadap kinerja petugas KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan hasil uji regresi linier berganda pada Tabel 4.33 yang menunjukkan bahwa
secara parsial variabel nilai berpihak pada rakyat berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang terhadap kinerja responden dengan nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,365.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kadir 2003, informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan
keputusan saat ini atau saat mendatang. Datainformasi yang dilaporkan oleh petugas KIA yang “sudah disesuaikan” dengan targetsasaran tentunya bukanlah
data yang akurat. Padahal salah satu kriteria datainformasi yang berkualitas adalah akurat accurate yang berarti bebas dari kesalahan dan tidak bias atau
menyesatkan Sutabri, 2003. Akibatnya pencapaian program yang diperlihatkan dalam bentuk data dalam hal ini program KIA belum dapat sepenuhnya
dijadikan pedoman untuk menggambarkan kondisi kesehatan masyarakat yang riil Yustina, 2009. Jika datainformasi tersebut dipakai dalam pengambilan
keputusan, maka akibatnya keputusan yang diambil untuk perencanaan program KIA yang dilakukan akan melenceng dari persoalan yang dihadapi masyarakat.
Dalam suatu organisasi, aktivitas manajemen data seringkali menemukan kendalamasalah terkait dengan keberadaan datainformasi sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan. Menurut Lippeveld, et.al. 2000, banyak faktor yang memengaruhi penggunaan informasi untuk pengambilan keputusan seperti politik,
ideologi, anggaran, donatur, tekanan dari kelompok tertentu, NGO, krisis, media, komunitas dalam masyarakat dan sebagainya.
5.3. Pengaruh Nilai Bertindak Cepat dan Tepat Terhadap Kinerja Petugas