Tujuan Program KIA Petugas KIA

pengolahan dan pelaporan data, analisis datainformasi, dan penyajian datainformasi. Dalam suatu organisasi, aktivitas manajemen data seringkali menemukan kendalamasalah terkait dengan keberadaan datainformasi sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Menurut Lippeveld, et.al. 2000, banyak faktor yang memengaruhi penggunaan informasi untuk pengambilan keputusan seperti politik, ideologi, anggaran, donatur, tekanan dari kelompok tertentu, NGO, krisis, media, komunitas dalam masyarakat dan sebagainya.

2.4. Program Kesehatan Ibu dan Anak KIA

Pembangunan kesehatan dilakukan dengan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan keluarga melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Derajat kesehatan masyarakat dan keluarga antara lain ditentukan oleh derajat KIA sebagai kelompok penduduk yang rawan dan strategis. Oleh karena itu perlu diupayakan penurunan AKI dan AKB yang merupakan indikator penilaian derajat kesehatan masyarakat Depkes RI, 1993. Upaya penurunan kematian ibu dan bayi dapat dilakukan dengan peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan KIA, sehingga program KIA tetap diharapkan menjadi kegiatan prioritas baik di tingkat Puskesmas maupun di tingkat kabupatenkota Depkes RI, 2009.

2.4.1 Tujuan Program KIA

Universitas Sumatera Utara Secara umum pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien Depkes RI, 2005. Menurut Depkes RI 2009, pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut: 1 Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua fasilitas kesehatan; 2 Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten diarahkan ke fasilitas kesehatan; 3 Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas kesehatan; 4 Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas kesehatan; 5 Peningkatan deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat; 6 Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan pengamatan secara terus- menerus oleh tenaga kesehatan; 7 Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua fasilitas kesehatan; 8 Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua fasilitas kesehatan; dan 9 Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.

2.4.2 Petugas KIA

Menurut UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan danatau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk Universitas Sumatera Utara melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan merupakan bagian dari petugas kesehatan. Menurut KBBI 2005, yang dimaksud dengan petugas adalah orang yang bertugas melakukan sesuatu. Jadi dapat disimpulkan bahwa petugas KIA merupakan orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan danatau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang bertugas mengelola program KIA seperti Bidan di Desa Bides, Bidan Koordinator Bikor di Puskesmas, Bikor di kabupaten, petugas KIA lainnya. Sejak tahun 1989, Depkes RI telah menetapkan kebijakan menempatkan Bides dalam rangka menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak balita dan menurunkan angka kelahiran serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat Depkes RI, 2007. Menurut Depkes RI 1998, kegiatan Bides sejak penempatannya adalah: 1. Analisa situasi, yang meliputi 1 Mengenal wilayah kerjanya; 2 Melakukan pendataan langsung dengan bantuan kaderpamong; dan 3 Bersama Kepala Desa dan Ketua PKK serta kader dan dukun bayi menyusun jadwal kegiatan rutin yang akan dilaksanakan di desa. 2. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi hal-hal sebagai berikut 1 Upaya penurunan AKI; 2 Upaya penurunan AKB; dan 3 Manajerial program KIA dan upaya pendukungnya. 3. Evaluasi, yang dilakukan yaitu 1 Merekam semua kegiatan yang dilaksanakan; 2 Mengirimkan laporan pelaksanaan kegiatan ke Puskesmas secara rutin; 3 Melaporkan Kejadian Luar Biasa KLB ke Universitas Sumatera Utara Puskesmas; 4 Menghadiri mini lokakarya di Puskesmas dengan membawa semua laporan dan rencana kegiatan serta permasalahan yang dihadapi; dan 5 Memantau cakupan pelayanan KIA di wilayah kerjanya dengan membuat PWS-KIA. Namun demikian, tentunya kemampuan klinis dan administrasi setiap Bides bervariasi, sehingga Bikor di Puskesmas dipandang sebagai orang yang tepat untuk membina Bides, dan bahkan bidan praktek swasta di wilayah kerjanya. Gagasan yang sama untuk pembinaan tingkat Puskesmas juga memunculkan adanya Bikor di kabupaten Depkes RI, 2007. Jadi upaya revitalisasi Bikor Puskesmas tidak hanya berperan membina Bides dalam aspek klinis medis, tapi juga berperan dalam aspek manajerial program KIA Depkes RI, 2007. Peran Bikor adalah: 1 Membimbing keterampilan klinis profesi bidan dan manajemen program KIA; 2 Merencanakan kebutuhan prasarana dan logistik; 3 Mendorong dan memotivasi untuk melakukan praktek terbaik dan menjalankan program sesuai standar; 4 Menyelia dan memantau kinerja; dan 5 Melakukan kerjasama tim lintas program dan lintas sektor. Dalam menjalankan peran ini, Bikor diharapkan bekerja sebagai tim dengan petugas kesehatan lainnya di Puskesmas. Hal ini penting mengingat program KIA di Puskesmas merupakan bidang terpadu dari berbagai bidang yang pada tingkat pusat merupakan program yang bersifat terkotak-kotak, seperti kesehatan anak, kesehatan ibu, gizi, KB, dan imunisasi Depkes RI, 2007. Universitas Sumatera Utara Menurut Depkes RI 2007, agar Bikor dapat menjalankan peran dengan baik, maka Bikor diharapkan dapat menjalankan tugas-tugas yang lebih rinci sebagai berikut: 1. Menjalin komunikasi dan koordinasi kerja dengan Bides dan bidan praktek swasta maupun sesama lintas sektor dan lintas program. 2. Merencanakan dan melaksanakan penyeliaan fasilitatif kepada Bides dan bidan praktek swasta di wilayah kerja Puskesmas. 3. Menilai tingkat kepatuhan terhadap standar pelayanan KIA di Puskesmas dan melakukan verifikasi tingkat kepatuhan terhadap bidan yang diselia. 4. Mengidentifikasi komponen yang tidak memenuhi standar dan secara bersama-sama dengan bidan di desa mencari solusi pemecahan masalahnya. 5. Membuat rencana tindak lanjut bersama-sama dengan bidan yang diselia. 6. Melaksanakan dan memantau upaya perbaikan mutu yang dilakukan. 7. Membuat pencatatan dan pelaporan. 8. Memberikan masukan melalui Puskesmas untuk perencanaan tingkat kabupaten sebagai bagian penguatan sistem penyeliaan. 9. Mengusulkan penghargaan bagi bidan berprestasi, peningkatan kompetensi bidan dan pengembangan karir bidan. Dalam penyeliaan fasilitatif, seorang Bikor di Puskesmas minimal mempunyai kualifikasi sebagai berikut: 1 Masih bertugas di Puskesmas; 2 Memiliki masa kerja minimal lima tahun; 3 Mampu dan terampil dalam bidang Universitas Sumatera Utara klinis profesi bidan dan manajemen program KIA; 4 Dapat bekerja sama dalam tim; 5 Mempunyai kemampuan pengambilan keputusan dalam keadaan darurat pada pra-rujukan; dan 6 Mempunyai kemampuan melakukan penyeliaan fasilitatif Depkes RI, 2007. Untuk penguatan program KIA, Bikor mengadakan pertemuan dengan Bides setiap bulannya, sementara pertemuan dengan Balai Pengobatan Swasta BPS dan Rumah Bersalin RB di wilayah kerja Puskesmas diharapkan dilaksanakan sekali dalam tiga bulan. Bikor di Puskesmas melakukan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait untuk melaksanakan program KIA. Hasil kegiatan Bikor Puskesmas dilaporkan kepada pengelola program KIA dan Kepala Puskesmas Depkes RI, 2007. Dalam melaksanakan koordinasi kerja di tingkat kabupatenkota, Bikor di Puskesmas dan Bikor di kabupatenkota perlu bekerja sama dengan dokter spesialis kebidanan dan anak dari Rumah Sakit Umum Daerah RSUD, organisasi profesi seperti Ikatan Bidan Indonesia IBI, Persatuan Obstetri Ginekologi Indonesia POGI dan Ikatan Dokter Ahli Anak Indonesia IDAI yang ada di wilayah setempat. Dinas kesehatan kabupatenkota melaksanakan pertemuan setiap tiga bulan dengan Bikor di Puskesmas. Pada pertemuan tersebut, Bikor di Puskesmas melaporkan kegiatan selama tiga bulan terakhir baik yang berasal dari kegiatan penyeliaansupervisipemantauan. Laporan Bikor di Puskesmas ini dapat menjadi Universitas Sumatera Utara laporan program KIA dinas kesehatan kabupatenkota kepada dinas kesehatan propinsi Depkes RI, 2007. Dalam kaitannya dengan pengelolaan data, petugas KIA di Kabupaten Deli Serdang selain Bikor di Kabupaten adalah seksi kesehatan ibu dan kepala bidang kesehatan keluarga memiliki rincian tugas sebagai berikut: 1. Seksi kesehatan ibu, yaitu: a. Memeriksa, mengecek, mengoreksi, mengontrol dan merencanakan kegiatan pelaksanaan tugas; b. Melaksanakan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan ibu dan Keluarga Berencana KB; c. Melakukan pembinaan dan pelatihan terhadap tenaga pengelola teknis di bidang kesehatan ibu; d. Melaksanakan pemantauan terhadap kematian maternal dan perinatal; e. Menyampaikan saran dan pertimbangan pada atasan tentang langkah- langkah yang perlu diambil dengan ketentuan yang berlaku; dan f. Menyusun laporan sesuai hasil yang telah dicapai sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas. 2. Kepala bidang kesehatan keluarga, yaitu: a. Menyusun perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi di bidang kesehatan keluarga; b. Membina dan membimbing kegiatan pelaksanaan kesehatan ibu dan KB; Universitas Sumatera Utara c. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkah- langkah yang perlu diambil dengan ketentuan yang berlaku; dan d. Menyusun laporan sesuai hasil yang telah dicapai sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2009.

2.5. Landasan