paradigma “target KIA” dari sekedar penyediaan data sesuai target menjadi pemicu bagi setiap petugas KIA untuk menghasilkan kinerja yang dapat
dipertanggungjawabkan secara “fair and full disclosure” kepada publik. Jika tidak dilakukan dengan pendekatan persuasif, maka bisa jadi upaya peningkatan
implementasi nilai transparan dan akuntabilitas justru akan menurunkan kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang.
5.7. Pengaruh Keyakinan
Belief Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
Komponen budaya organisasi menurut Sashkein dan Kisher Tika, 2008 selain nilai value adalah keyakinan belief. Keyakinan belief yang dimaksud
adalah sikap tentang cara bagaimana seharusnya bekerja dalam organisasi. Terkait dengan pengelolaan data KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, maka
keyakinan belief yang dimaksud adalah sikap tentang cara bagaimana seharusnya mengelola data KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.
Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo 2005, sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan reaksi terbuka atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku tindakan atau reaksi
tertutup. Dalam menentukan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan yang penting.
Universitas Sumatera Utara
Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa secara parsial variabel keyakinan belief berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan
terhadap kinerja responden dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Ini berarti peningkatan implementasi sikap tentang cara
bagaimana seharusnya mengelola data KIA yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang diprediksi berpengaruh secara negatif
terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Hal ini disebabkan sikap yang benar dalam mengelola data
mengumpulkan dan menyimpan data, mengolah dan melaporkan data, menganalisa datainformasi, dan menyajikan datainformasi KIA akan
mengakibatkan adanya kesenjangan dengan keberadaan target KIA yang selama ini telah “mengkondisikan” petugas KIA untuk memberikan datainformasi sesuai
dengan “target KIA” yang dibebankan kepadanya. Hasil analisis regresi penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Notobroto 2005 yang menyatakan
pengetahuan dan sikap petugas tidak berpengaruh terhadap akurasi data kesehatan Puskesmas.
Menurut Gibson,
et. al. 1997, kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tiga
hal, yaitu kemampuan, keinginan, dan lingkungan. Dengan kata lain, kinerja individu dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dan
kemampuan. Kualitas data KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang tentunya juga dipengaruhi oleh kemampuan petugas KIA dalam pengelolaan data,
keinginan petugas KIA untuk bekerja melayani masyarakat dengan lebih baik dan
Universitas Sumatera Utara
pada akhirnya menghasilkan data KIA yang lebih baik pula, serta lingkungan internal dan eksternal yang kondusif.
Namun demikian, seiring dengan perubahan paradigma “target KIA” diharapkan peningkatan kemampuan dalam pengelolaan data kelak akan dapat
meningkatkan kemampuan petugas KIA dalam mengumpulkan dan menyimpan data, mengolah dan melaporkan data, menganalisa datainformasi, dan menyajikan
datainformasi KIA sehingga data yang dihasilkan dipakai sebagai dasar dalam perumusan kebijakan, program dan kegiatan KIA. Selain peningkatan kemampuan
manajerial program KIA dalam pengelolaan data, Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang juga perlu melakukan atau mengusulkan perancangan ulang formulir
laporan KIA yang terintegrasi untuk menghilangkan tumpang tindih atau duplikasi pada beberapa laporan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Animar
2010 yang menyatakan terdapat 49 jenis laporan dari Puskesmas yang saling tumpang tindih di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar. Sedangkan
Handayani, et.al. dalam Animar 2010 yang menyatakan besarnya beban kerja petugas Puskesmas dalam membuat laporan SP2TP Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Tingkat Puskesmas telah menyita waktu kerja efektif petugas sebesar 30. Hal ini dikarenakan terlalu banyak jenis pencatatan dan pelaporan yang
harus dikerjakan, dan pada saat yang sama pekerjaan tersebut terasa sebagai beban bagi petugas. Hasil penelitian ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh
informan berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
“… Kadang-kadang kita nggak bisa bilang soal laporan itu, karena apa-apa program kesehatan kita di desa ditimpakan ke
bidan desa. Di situ ibu hamil, di situ neonatus, di situ bayi, di situ juga imunisasi, dan banyak lagi. Belum lagi laporan yang harus
dikerjakan banyak sekali… Jadi kita juga maklum dengan laporan bidan kita…”
Dengan demikian diharapkan implementasi keyakinan belief yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang pada seluruh
petugas KIA dapat mencapai tingkatan sikap yang tertinggi yaitu bertanggung jawab responsible terhadap apa yang telah diyakininya.
5.8. Keterbatasan Penelitian