Metode Pengumpulan Data Asumsi Dasar yang Digunakan

23

4.4. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden yakni Ibu Susy, Mang Lim, Mang Andri, serta dengan pengamatan langsung di lapangan dan kuisioner. Data primer tersebut meliputi data-data mengenai kondisi geografis setempat, data aspek non finansial dan finansial dari usaha yang diteliti. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka hasil riset terdahulu dan berbagai literatur seperti buku, internet yang berkaitan, dan instansi-instansi yag terkait seperti Kelurahan Katulampa, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bogor, Perpustakaan LSI IPB, Perpustakan FEM IPB, Balai Riset Penelitian Budidaya Ikan Air Tawar, artikel, hasil riset, dan bahan pustaka yang lain.

4.5. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan 1 November 2011 sampai pertengahan Desember 2011 di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor dan instansi pemerintah yakni Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor serta kantor Kelurahan Katulampa, Kota Bogor. Teknik pengumpulan data data kualitatif dan kuantitatif dengan metode wawancara dan pengisian kuisioner oleh pengelola Perusahaan Parakbada. Wawancara yakni pengumpulan data dengan langsung mengadakan tanya jawab kepada objek yang diteliti. Pengisian kuesioner yakni teknik pengumpulan data dengan menyusun pertanyaan yang terstruktur kemudian dilakukan pengisian oleh pihak-pihak yang terkait yakni Ibu Susy dan tenaga kerja Perusahaan Parakbada.

4.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data primer dan sekunder yang telah didapatkan dalam penelitian ini merupakan data kualitatif dan kuantitatif sehingga pengolahan data dilakuan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data dan informasi secara kualitatif digunakan untuk keperluan analisis aspek non finansial yang mencakup aspek pasar, teknis, manajemen, sosial dan lingkungan, sedangkan pengolahan data secara kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan aspek finansial dari usaha. Data kuantitatif yang diperoleh diolah dengan menggunakan komputer, 24 yakni menggunakan software Microsoft Excel 2007 dimana data disajikan dalam bentuk tabulasi untuk mempermudah dalam melakukan analisis.

4.6.1. Aspek Pasar

Analisis aspek pasar bertujuan untuk mengetahui besar potensi pasar yang tersedia, mengetahui luas pasar, jumlah permintaan terhadap produk dan kondisi persaingan. 1. Potensi Pasar Permintaan dapat diamati secara total maupun diperinci berdasarkan daerah, jenis konsumen, dan perkiraan proyeksi permintaan. Usaha dikatakan layak apabila memiliki potensi pasar yang yang tinggi, yakni adanya permintaan pasar lebih tinggi dari penawaram sehingga perusahaan memiliki peluang untuk memasok kekurangan tersebut.. 2. Strategi pemasaran Mencakup strategi pemasaran yang terkait dengan bauran pemasaran yakni produk, harga promosi, dan distribusi. Usaha layak apabila memiliki strategi pemasaran yang meliputi produk, harga promosi dan distribusi yang jelas, sehingga perusahaan dapat mencapai tujuan yang ingin dicapainya. 3. Pangsa Pasar Market Share Market share yang bisa dikuasai perusahaan dapat dihitung dengan cara: Usaha layak apabila memiliki pangsa pasar nilai market share lebih dari nol atau bernilai positif, karena perusahaan masih memiliki kesempatan untuk mengembangkan usahanya.

4.6.2. Aspek Teknis

Aspek teknis yang dianalisis dalam penelitian ini adalah mencakup kegiatan pembenihan dan pembesaran serta penangangan pascapanen ikan lele Sangkuriang, yakni persiapan produksi, faktor-faktor input, kegiatan produksi, penanganan permasalahan hama dan penyakit dan sistem penanganan pascapanen dari ikan lele. Usaha dikatakan layak apabila lokasi usaha, proses produksi, skala usaha, dan layout yang digunakan dapat menghasilkan produk secara optimal . 25

4.6.3. Aspek Manajemen

Aspek manajemen yang dianalisis dalam penelitian ini adalah mengenai pengetahuan, pengalaman, dan keahlian pengusaha dan pekerja dalam melakukan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele, kemampuan manajerial dan manajemen pengusaha dalam kaitannya dengan hubungan kepada para tengkulak atau pengecer dan peran lembaga pendukung. analisis dikatakan layak apabila kegiatan usaha yang dilakukan telah terkoordinasi dengan baik dalam hal pembagian tanggung jawab pekerjaan.

4.6.4. Aspek Hukum

Aspek Hukum yang dianalisis dalam penelitian ini mengenai kelegalitasan dari perusahaan. Tujuan dari analisis aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Pada aspek hukum ini akan dilihat legalitas perusahaan seperti badan hukum perusahaan yang dipilih seperti apakah Perseroan Terbatas PT, Firma, Koperasi, atau Yayasan. Analisis layak apabila memiliki legalitas yakni pemiliki memiliki KTP Kartu Tanda Penduduk, mendapat izin usaha dari RTRT atau pemerintah setempat.

4.6.5. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Apsek sosial ekonomi dan lingkungan yang dianalisis yakni mencakup kontribusi Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele yang dilakukan oleh pengusaha terhadap masyarakat sekitar seperti dalam penyerapan tenaga kerja, kontribusi terhadap pembangunan dan pendapatan daerah, serta dampak dari adanya Usaha usaha tersebut terhadap lingkungan sekitar desa tempat penelitian. Analisis dikatakan layak apabila usaha yang bersangkutan tidak menghasilkan limbah yang dapat merugikan lingkungan atau masyarakat sekitar, dan tidak bertentangan dengan aspek sosial ekonomi sekitar.

4.6.6. Aspek Finansial

Salah satu metode untuk melihat kelayakan dari analisis finansial adalah menggunakan metode cash flow analisis Kadariah et al. 1999. Beberapa kriteria 26 yang dipakai dalam penilaian kelayakan adalah Nilai Bersih Sekarang Net Present Value, Rasio Manfaat Biaya Bersih Net Benefit and Cost Rasio, Tingkat Pengembalian Investasi Internal Rate of Return dan Masa Pengembalian Investasi Discounted Payback. 1 Net Present Value NPV Suatu bisnis dikatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih. Suatu bisnis dikatakan layak jika NPV lebih besar dari 0 yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. NPV adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut. Dimana: Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t t = Tahun kegiatan bisnis, tahun awal bisa tahun 0 atau tahun 1 i = Tingkat DR Dicount Rate 1,625 untuk Skenario I; 1,840 untuk Skenario II, III, IV 2 Internal Rate of Return IRR Kelayakan bisnis juga dinilai seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. IRR adalah tingkat discount rate DR yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Perhitungan IRR umumnya dilakukan dengan menggunakan metode interpolasi di antara tingkat discount rate yang lebih rendah yang menghasilkan NPV positif dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi yang menghasilkan NPV negatif. Berikut rumus IRR: Dimana: i 1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif i 2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV 1 = NPV positif 27 NPV 2 = NPV negatif 3 Net Benefit-Cost Ratio Net BC Ratio Net BC adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Manfaat bersih yang menguntungkan bisnis dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai: Dimana: B t = Manfaat pada tahun t C t = Biaya pada tahun t i = Discount rate 1,625 untuk Skenario I; 1,840 untuk Skenario II, III, IV t = 9 Periode 1 Periode = 3 bulan 4 Discounted Payback Period DPP Metode ini mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang PP-nya singkat atau cepat pengembaliannya termasuk kemungkinan besar akan dipilih. Discounted Payback Period menggunakan manfaat bersih yang telah dikalikan dengan Discount Rate DR. Dimana: I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan Ab discounted = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya yang telah dikalikan dengan DR. 5 Analisis Sensitivitas Analisis ini digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat. 28 Analisis ini perlu dilakukan karena dalam analisis kelayakan suatu usaha ataupun bisnis perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan dating Kadariah, Lien K, Clive G 1999. Nilai pengganti atau switching value merupakan suatu variasi pada analisis sensitivitas Gittinger 1986. Analisis switching value ini merupakan perhitungan untuk mengukur “perubahan maksimum” dari perubahan suatu komponen inflow penurunan harga output, penurunan produksi atau perubahan komponen outflow peningkatan harga input atau peningkatan biaya produksi yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak.

4.7. Asumsi Dasar yang Digunakan

Dalam melakukan analisis kelayakan pada Perusahaan Parakbada, Katulampa, Bogor, Provinsi Jawa Barat ini menggunakan beberapa asumsi dasar yakni sebagai berikut. a Usaha yang dilakukan dengan menggunakan modal sendiri pada Skenario I Pembenihan dan Pembesaran ikan lele modal sendiri. Modal pinjaman digunakan pada Skenario II Pembenihan ikan lele, Skenario III Pembesaran ikan lele, dan Skenario IV Pembenihan dan pembesaran ikan lele. Skenario I merupakan potret dari perusahaan, Skenario II dan III dibuat untuk mengetahui kegiatan yang paling layak untuk dijalankan, sedangkan Skenario IV muncul karena untuk mengetahui kelayakan usaha dimana modal yang digunakan ialah modal pinjaman. b Besarnya pinjaman pada Skenario II dan Skenario III adalah Rp 60.000.000,00, sedangkan pada Skenario IV sebesar Rp 70.000.000,00. Besarnya pinjaman tersebut berdasarkan dengan kebutuhaan dana yang dibutuhkan. c Discount Rate DR yang digunakan merupakan suku bunga Bank Indonesia per November sebesar 6,50 persen, dimana 6,50 persen tersebut dibagi menjadi 4 banyaknya periode dalam setahun, sehingga per periode DR = 1,625 persen. DR ini digunakan untuk DR Skenario I modal sendiri. DR yang digunakan pada Skenario II, III dan IV merupakan suku 29 bunga berdasarkan Bank BRI 2 yang mulai berlaku 31 Desember 2012 yakni sebesar 10 persen, sehingga per periode sebesar 2,50 persen. d Pinjaman dilakukan pada Skenario II, III, dan IV. Pinjaman dilakukan pada periode 1, mulai dikembalikan periode 1 hingga periode 8, terdapat grace period dengan tingkat suku bunga pinjaman BRI 10 persen per tahun atau 2,50 persen per periode. Adapaun perhitungannya sebagai berikut. A P i i i • Skenario II Pembenihan Ikan Lele . . , , , . . , • Skenario III Pembesaran Ikan Lele . . , , , . . , • Skenario IV Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele . . , , , . . , e Bangunan yang dibangun pada akhir periode tidak memiliki nilai sisa, karena lahan yang digunakan merupakan lahan sewa. f Pada usaha pembenihan, benih yang dihasilkan adalah benih lele Sangkuriang ukuran 5-7 cm dengan harga Rp 200,00 per ekor. Pada satu kali proses pemijahan dihasilkan benih ikan lele sebanyak 28.800 ekor. Pada usaha pembesaran ikan lele pada satu kali produksi dihasilkan ikan konsumsi 540 kg per 1 kolam dengan harga Rp 11.000,00 per kg 6-10 ekor dimana masa satu kali pembesaran selama 3 bulan. Harga ini diambil pada harga yang diterima Perusahaan Parakbada pada saat penelitian ini dilakukan. g Harga pakan dan harga investasi yang digunakan adalah harga pakan eceran pada saat penelitian dilakukan dengan asumsi harga-harga tersebut kostan selama umur usaha. 2 BRI Turunkan Suku Bunga Kredit. 2012. http:bisniskeuangan.kompas.com [Diakses 4 Januari 2012] 30 h Indukan yang digunakan dalam usaha pembenihan merupakan indukan jantan dan betina yang siap dipijahkan minimal berumur 1 tahun. Dalam satu kali pemijahan digunakan kombinasi 2:4 yakni dua betina dan empat jantan. Satu indukan memiliki berat rata-rata 1 kilogram. Jumlah telur yang dapat dihasilkan oleh induk betina ikan lele Sangkuriang sebanyak 40.000 butir telur per kilogram induk betina. Derajat penetasan telur Hatching Rate ikan lele Sangkuriang sebesar 90 persen, sehingga jumlah telur yang menetas menjadi larva sebanyak 36.000 ekor. Tingkat kemampuan hidup benih ikan lele Survival Rate dari jumlah telur yang menetas adalah sebesar 40 persen, sehingga didapatkan 14.400 ekor benih ikan lele. Tingkat Hatching Rate didapatkan dari BBPBAT Sukabumi dan Survival Rate diperoleh dari pengalaman Ibu Susy dalam menjalani usaha tersebut. i Total luasan lahan yang dimiliki perusahaan Parakbada adalah 1800 m 2 sewa Rp 5.000.000,00 per tahun, sehingga per m 2 seharga Rp 2778,778. Pada Skenario II dan III dalam Usaha kolamnya masing-masing sebesar 600 m 2 , sedangkan untuk Skenario I dan IV penggunaan lahannya sama. j Umur proyek dari analisis kelayakan finansial usaha ikan lele adalah 9 periode 2,25 Tahun dimana satu periode adalah tiga bulan. Periode awal yakni periode 0 merupakan masa persiapan untuk membangun kolam dan bangunan, dan periode 1-8 merupakan periode produksi. Hal ini berdasarkan umur ekonomis kolam terpal yang bisa bertahan selama 2 tahun 8 periode. k Pada usaha pembesaran ikan lele, 5 kwintal pakan menghasilkan 5,4 kwintal ikan lele konsumsi indikator pengelola Perusahaan Parakbada. l Benih ikan lele yang siap panen adalah benih yang telah menjalani masa pemeliharaan selama 6 minggu 1,5 bulan dan panjangnya mencapai 5-7 cm, sedangkan benih ikan lele ukuran konsumsi yang mencapai 6-10 ekor per kilogram dipelihara selama 2,5 - 3 bulan. m Analisis sensitivitas dalam penelitian ini menggunakan metode switching value, dengan adanya perubahan pada penurunan harga jual output, penurunan produksi output, serta kenaikan total biaya pakan yaitu benih dan ikan lele ukuran konsumsi. 31 n Perhitungan periode pengembalian investasi dihitung dengan menggunakan metode Discounted Payback Period DPP. Metode tersebut menghitung periode pengembalian investasi dari manfaat bersih yang didapat perusahaan dikalikan dengan Discount Rate tingkat diskonto. o Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Tarif Umum PPh Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap yaitu 25 persen berlaku sejak tahun 2010 32

V. GAMBARAN UMUM

5.1. Gambaran Lokasi Penelitian

5.1.1. Letak dan Kondisi Geografis

Kelurahan Katulampa terletak di Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, Jawa Barat. Kelurahan Katulampa memiliki luas wilayah sebesar 491 Ha. Batas wilayah Kelurahan Katulampa sebesah utara ialah Kelurahan Cimahpar, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Tajur, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Baranangsiang dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Sukaraja, Kabupaten Bogor. Jarak Kelurahan Katulampa dimana Perusahaan Parakbada berada cukup strategis, karena jarak Kelurahan Katulampa ke Pemerintahan Kecamatan Bogor Timur hanya 3 km, ke Pemerintahan Kota Bogor 7 km, ke Pemerintahan Ibukota Provinsi 120 km, dan ke Ibukota Negara 60 km. Ketinggian Kelurahan Katulampa terleak di 500 meter di atas permukaan laut dan memiliki suhu rata-rata 36°C Kelurahan Katulampa 2011.

5.1.2. Kependudukan

Jumlah penduduk Kelurahan Katulampa menurut jenis kelamin adalah 28.711 orang dimana jumlah laki-laki sebanyak 14.621 orang dan perempuan sebanyak 14.090 orang. Dilihat dari jumlah kepala keluarga, Kelurahan Katulampa memiliki jumlah penduduk sebanyak 7.718 KK. Menurut agama, mayoritas penduduk Kelurahan Katulampa beragama Islam, yakni sebanyak 23.354 orang. Jumlah penduduk Kelurahan Katulampa apabila dilihat dari usia, terbanyak adalah usia produktif usia 20-29 tahun, yakni berjumlah 5.063 jiwa Tabel 3.