Perhitungan Incremental Net Benefit

harga sebesar 0,08. Dengan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa dari dua risiko tersebut, risiko produksi memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan risiko harga. Penentuan risiko ini juga mengacu pada konsep risiko berdikari dimana risiko dinilai hanya terjadi pada satu perusahaan, dan tidak dapat dibandingkan dengan risiko yang terjadi di perusahaan lain, karena antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya memiliki perbedaan diantara komponen yang menyusunnya. Pengurangan risiko harga serta produksi yang dihadapi oleh peternak dilakukan dengan manajemen risiko secara sederhana, yakni dengan menjaga kualitas dari produk susu segar yang dihasilkan, seprti memberikan pakan dengan kualitas baik dan menjaga kebersihan serta kesehatan kandang dan ternak sapi perah.

6.2.5. Perhitungan Incremental Net Benefit

Pembangunan reaktor biogas pada usaha peternakan sapi perah menunjukkan bahwa terdapat suatu usaha peternakan baru yang memanfaatkan limbah yang sebelumnya tidak termanfaatkan untuk menghasilkan suatu manfaat baru yakni biogas dan limbah biogas. Penambahan komponen tersebut perlu diketahui kelayakannya, apakah reaktor biogas, biogas, dan limbah biogas menguntungkan atau tidak jika dilaksanakan. Sehingga, perlu dilakukan analisis lebih lanjut melalui perhitungan incremental net benefit, yakni manfaat bersih yang diperoleh dari usaha peternakan sapi perah setelah melakukan pemanfaatan limbah ternak untuk menghasilkan biogas net benefit with project dikurangi dengan usaha peternakan sapi perah tanpa adanya pemanfaatan limbah ternak net benefit without project . Nilai dari manfaat bersih tersebut didapatkan dari perhitungan secara finansial pada usaha peternakan sapi perah tanpa pemanfaatan limbah dan usaha peternakan sapi perah dengan adanya pemanfaatan limbah. Usaha peternakan sapi perah dengan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas menggunakan bahan baku berupa limbah ternak yang belum termanfaatkan, sehingga nilainya tidak diperhitungkan. Perhitungan untuk menentukkan tingkat kelayakan dilakukan dengan kriteria investasi, dengan komponen biaya dan manfaat sebagai berikut : Komponen yang pertama adalah biaya dan manfaat tanpa adanya pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas atau yang biasa disebut dengan usaha tanpa proyek Tabel 34. Penerimaan atau manfaat yang diterima usaha ini berasal dari produksi susu segar, penjualan sapi afkir, penjualan pedet serta salvage value pada tahun ke-15. Tahun pertama jumlah penerimaan yang diterima belum mencapai titik optimal, hal ini disebabkan kegiatan produksi yang baru dilaksanakan pada bulan keempat, serta belum adanya penerimaan dari penjualan pedet ataupun sapi afkir. Sehingga total penerimaan pada tahun pertama sebesar Rp 187.341.066,00. Tahun kedua, kelima, dan keenam penerimaan yang diterima usaha peternakan mengalami peningkatan karena adanya penjualan pedet setiap tahunnya yang mencapai Rp 105.000.000,00 dan penerimaan dari penjualan sapi afkir pada tahun kelima dan keenam yang masing-masing sebesar Rp 85.000.000,00 dan Rp 25.000.000,00. Biaya investasi yang dikeluarkan peternak pada tahun pertama mencapai Rp 411.001.000,00. Total biaya tersebut digunakan untuk membangun kandang, gudang, pembelian ternak sapi perah, serta membeli peralatan dan perlengkapan seperti milk can, ember stainless, gelas ukur, dan selang. Biaya variabel yang dikeluarkan pada tahun pertama lebih rendah dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan pada tahun kedua, yakni sebesar Rp 132.529.735,00 pada tahun pertama dan Rp 224.392.200,00 pada tahun kedua. Perbedaan jumlah tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan waktu produksi, yakni selama sembilan bulan pada tahun pertama dan dua belas bulan pada tahun kedua. Komponen biaya variabel ini terdiri dari biaya pakan, mentega, obat-obatan, dokter, pengiriman susu segar, ember, sapu, sikat, dan saringan susu. Biaya tetap yang dikeluarkan peternak bersifat konstan setiap tahunnya, kecuali pada tahun pertama yang berjumlah Rp 30.812.000,00. Komponen dari biaya tetap ini adalah biaya penggajian tenaga kerja, pajak bumi dan bangunan, biaya telepon serta listrik. Komponen biaya yang terakhir adalah pajak. Perhitungan pajak dilakukan melalui perhitungan laba rugi dengan besarnya pajak 25 dari total penerimaan bersih setiap tahunnya. Tabel 34. Komponen Biaya dan Manfaat tanpa Proyek Tanpa Biogas Tanpa Proyek Tahun ke-1 Rp Tahun ke-2 Rp Tahun ke-5 Rp Tahun ke-6 Rp Total Inflow 187.341.066 411.706.248 496.706.248 436.706.248 Outflow 1.Total Biaya Investasi 411.001.000 350.000 259.555.000 2.Total Biaya Variabel 132.529.735 224.392.200 224.392.200 224.392.200 3.Total Biaya Tetap 30.812.000 40.916.000 40.916.000 40.916.000 4. Pajak 25.714.595 46.964.595 31.964.595 Total Outflow 574.342.735 291.022.795 312.622.795 556.827.795 Net Benefit tanpa Biogas -387.001.669 120.683.453 184.083.453 -120.121.547 Komponen kedua adalah biaya dan manfaat pada usaha peternakan sapi perah dengan memanfaatkan limbah untuk biogas atau disebut sebagai usaha peternakan dengan proyek biogas Tabel 35. Pada usaha ini, manfaat inflow yang diterima berasal dari produksi susu segar, produksi biogas, produksi limbah biogas, penjualan sapi afkir, penjualan pedet serta salvage value yang diperoleh pada tahun terakhir umur usaha. Tahun pertama produksi dimulai pada bulan keempat, karena pada tiga bulan pertama digunakan peternak untuk membangun kandang, gudang, serta reaktor biogas. Sehingga, penerimaan dari susu segar dan biogas baru dapat diperoleh pada bulan keempat dan penerimaan dari limbah biogas baru diperoleh pada bulan kelima. Total penerimaan pada tahun pertama sebesar Rp 204.918.066,00. Pada tahun kedua terdapat peningkatan penerimaan karena produksi sudah mencapai titik optimal dan terdapat penambahan penerimaan yang berasal dari penjualan pedet. Total penerimaan pada tahun kedua adalah sebesar Rp 437.347.248,00. Tahun ketiga jumlah penerimaan mengalami peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya hal ini disebabkan adanya penerimaan tambahan yang diperoleh dari penjualan sapi afkir sebesar Rp 85.000.000,00 sehingga penerimaan pada tahun kelima sebesar Rp 522.347.248,00. Penjualan sapi afkir juga dilakukan pada tahun keenam sehingga penerimaan juga mengalami peningkatan sebesar Rp 25.000.000,00. Tabel 35. Komponen Biaya dan Manfaat dengan Proyek Biogas Dengan Proyek Biogas Tahun ke-1 Rp Tahun ke-2 Rp Tahun ke-5 Rp Tahun ke-6 Rp Total Inflow 204.918.066 437.347.248 522.347.248 462.347.248 Outflow 1.Total Biaya Investasi 427.101.000 350.000 259.555.000 2.Total Biaya Variabel 144.679.735 240.592.200 240.592.200 240.592.200 3.Total Biaya Tetap 30.812.000 40.916.000 40.916.000 40.916.000 4. Pajak 27.802.137 49.052.137 34.052.137 Total Outflow 602.592.735 309.310.337 330.910.337 575.115.337 Net Benefit dengan Biogas -397.674.669 128.036.911 191.436.911 -112.768.089 Total biaya investasi yang dikeluarkan pada usaha peternakan dengan pemanfaatan limbah memiliki perbedaan dengan biaya investasi yang dikeluarkan pada usaha peternakan sapi perah tanpa adanya pemanfaatan limbah. Hal ini disebabkan adanya tambahan komponen investasi sebesar Rp 15.100.000,00 yang berasal dari biaya reaktor biogas skala 7 m 3 , kompor biogas, dan tenaga kerja pembangunan reaktor di tahun pertama. Biaya variabel serta biaya tetap yang dikeluarkan memiliki persamaan dengan usaha peternakan tanpa pemanfaatan limbah, karena pembangunan biogas tidak memerlukan tambahan tenaga kerja atau bahan baku lainnya. Berdasarkan hasil tersebut dilakukan perhitungan kriteria investasi dengan terlebih dahulu mengurangi nilai net benefit dengan proyek dengan nilai net benefit tanpa proyek secara incremental sehingga didapatkan hasil : Tabel 36. Perhitungan Kriteria Investasi Incremental net benefit Kriteria Investasi Hasil Perhitungan NPV Rp 160.746.232,00 IRR Tingkat Diskonto 6,99 Net BC 1 Payback Periode 2 Tahun Nilai NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp 160.746.232,00, hal ini menunjukkan bahwa adanya pemanfaatan limbah ternak untuk menghasilkan biogas, memberikan manfaat bersih pada usaha peternakan sebesar Rp 160.746.232,00 selama 15 tahun. Nilai NPV ini lebih besar 0 sehingga layak untuk dijalankan. Sementara, nilai IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat diskonto yang digunakan yakni 6,99 sehingga layak untuk dijalankan. Net BC yang didapatkan adalah lebih besar dari satu yang menunjukkan bahwa setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan dalam pemanfaatan limbah ternak untuk menghasilkan biogas memperoleh manfaat lebih besar dari satu satuan. Nilai ini memenuhi kriteria investasi dan layak untuk dijalankan. Kriteria yang terakhir adalah Payback Periode yakni dua tahun, yang menunjukkan waktu pengembalian dari investasi yang ditanamkan adalah kurang dari umur usaha. Sehingga, menjukkan bahwa pada kriteria tersebut pembangunan reaktor skala 7 m 3 yang memanfaatkan limbah yang dihasilkan oleh ternak memberikan manfaat bagi peternak serta layak untuk dijalankan. Setelah dilakukan perhitungan dari tiga kondisi usaha peternakan sapi perah, yakni usaha peternakan sapi perah tanpa adanya pemanfaatan biogas, usaha peternakan sapi perah dengan pemanfaatan biogas, serta perhitungan Incremental Net Benefit , dapat dibandingan kriteria investasi dari ketiga kondisi tersebut Tabel 37. Tabel 37. Perbandingan Kriteria Investasi Kriteria Investasi Without Project With Project Incremental Net Biogas NPV Rp 366.648.484,00 Rp527.394.716,00 Rp 160.746.232,00 IRR 23,01 29,42 Tingkat Diskonto 6,99 Net BC 1,72 2,09 1 Payback Periode 5 Tahun 1 bulan 5 tahun 5 bulan 2 Tahun Usaha peternakan sapi perah tanpa adanya pemanfaatan biogas memberikan tingkat NPV yang lebih rendah dibandingkan dengan usaha peternakan yang memanfaatkan biogas, yakni hanya sebesar Rp 366.648.484,00. Sehingga, tingkat IRR yang diperoleh usaha peternakan dengan pemanfaatan biogas lebih tinggi yakni sebesar 29,41 . Demikian hal nya pada Net BC yang diterima yaitu lebih tinggi 3,7 dibandingkan usaha peternakan sapi perah tanpa biogas. Melalui perhitungan Incremental Net Benefit terlihat bahwa manfaat yang diterima dengan adanya tambahan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas pada usaha peternakan sapi perah yang sebelumnya tidak memanfaatkan biogas sebesar Rp 160.746.232,00 dengan tingkat IRR dan Net BC yang meunjukkan kelayakan untuk dijalankan. Maka, usaha peternakan sapi perah, khususnya skala besar, akan memperoleh manfaat yang lebih tinggi ketika memanfaatkan limbah yang sebelumnya tidak termanfaatkan. Pada perhitungan Incremental Net Benefit tersebut, biaya bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan biogas, yakni kotoran ternak, tidak diperhitungkan. Karena adanya pemanfaatan limbah tersebut tidak digunakan untuk kepentingan secara komersial atau hanya dilihat secara non-komersial untuk memanfaatkan hasil sampingan yang sebelumnya belum termanfaatkan. Namun, untuk melihat usaha peternakan sapi perah dengan pemanfaatan limbah secara komersial, biaya bahan baku untuk kotoran ternak tersebut akan diperhitungkan, yakni dengan nilai beli Rp 100,00kg. Kebutuhan bahan baku kotoran ternak setiap harinya mencapai 450 kg, sehingga jika bahan baku tersebut diperhitungkan, terdapat tambahan pengeluaran akan biaya variabel dari usaha peternakan sapi perah sebesar Rp 45.000,00 per hari atau Rp 12.600.000,00 dan biaya lain diperhitungkan tetap. Sehingga, akan didapatkan perhitungan Incremental Net Benefit secara komersial Tabel 38. Tabel 38. Perhitungan Kriteria Investasi Incremental Net Benefit secara Komersial Kriteria Investasi Hasil Perhitungan NPV Rp 50.015.147,00 IRR 68,82 NET BC 6,01 Payback Periode Tahun ke- 4 bulan 6 Berdasarkan perhitungan kriteria investasi pada Incremental Net Benefit secara komersial, diperoleh nilai NPV sebesar Rp 50.015.147,00 yang lebih besar dari 0, sehingga secara komersial usaha ini layak dijalankan. Sedangkan, nilai IRR yang didapatkan sebesar 68,82 dan lebih besar dari tingkat diskonto yang digunakan yakni 6,99 sehingga usaha ini secara komersial layak dijalankan hingga tingkat suku bunga mencapai 68,82 . Setiap satu-satuan biaya yang dikeluarkan secara komersial akan memberikan manfaat sebesar 6,01 persen. Waktu payback periode usaha ini selama empat tahun enam bulan kurang dari umur usaha. VII PENUTUP

7.1. Kesimpulan