saat peternak mulai memanfaatkan limbah kotoran ternak untuk menghasilkan biogas.
4.5.5. Asumsi Dasar
Analisis kelayakan usaha peternakan sapi perah skala besar dengan pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas, menggunakan asumsi :
1. Seluruh modal yang digunakan dalam usaha peternakan sapi perah adalah
modal sendiri. 2.
Reaktor biogas yang digunakan merupakan bantuan dari Kementerian Lingkungan Hidup, sehingga peternak tidak mengeluarkan biaya dalam
pembangunannya. Namun, pada perhitungan secara finansial, reaktor biogas dimasukkan kedalam komponen biaya dengan memperhitungkan nilai
opportunity cost .
3. Data yang digunakan dalam analisis merupakan data rata-rata yang
didapatkan dari lima orang peternak yang menjadi responden pada penelitian 4.
Harga seluruh peralatan dan biaya-biaya yang digunakan dalam analisis ini bersumber dari survei lapang kepada pihak KUD Giri Tani, Cimory,
Kementrian Lingkungan Hidup, serta peternak dimana digunakan harga yang berlaku saat penelitian dilakukan, yakni Desember 2009 – Februari 2010.
5. Umur teknis dari proyek ditetapkan selama 15 tahun. Umur ini ditetapkan
berdasarkan umur teknis kandang. 6.
Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam analisis ini adalah konstan, yang berlaku pada akhir tahun 2009 hingga awal tahun 2010.
7. Dalam satu bulan diasumsikan 30 hari dan satu tahun 12 bulan.
8. Tanah merupakan modal investasi yang diperlukan sebagai tempat,
pembuatan kandang, gudang, dan pembangunan reaktor biogas. Maka dalam perhitungan perlu diperkirakan harga jual tanah yaitu Rp 100.000,00m
2
. 9.
Pembangunan kandang dan reaktor biogas dilakukan pada tiga bulan pertama di tahun pertama usaha dijalankan. Biaya tetap dan operasional pada tahun
pertama diasumsikan dikeluarkan, pada bulan ke-4 dimana produksi dimulai, namun belum mencapai titik optimal.
10. Output yang dihasilkan diasumsikan laku terjual dan habis terpakai dalam
satu tahun, baik susu segar, biogas, dan limbah biogas sludge. 11.
Produksi susu segar yang dihasilkan oleh laktasi pada tahun pertama telah optimal. Sapi dara baru menghasilkan pada tahun ke-2, dimana selanjutnya
disebut sebagai sapi laktasi. 12.
Limbah sisa biogas yang dihasilkan tidak mengalami pengolahan lebih lanjut menjadi pupuk organik.
13. Biogas yang dihasilkan dikonversikan dari jumlah penggunaan elpiji sebelum
dan sesudah pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas, dimana elpiji yang digunakan adalah tabung 3 kg dengan harga jual Rp 5.000,00 per kilogram.
14. Diasumsikan limbah biogas yang dihasilkan adalah sebesar 70 dari total
kotoran ternak yang menjadi input biogas. 15.
Berdasarkan hasil wawancara dengan peternak, pembelian sapi laktasi betina dewasa yang pernah melahirkan adalah Rp 15.000.000,00, sapi dara belum
pernah melahirkan Rp 11.000.000,00, sapi jantan dewasa Rp 10.000.000,00. Sedangkan harga penjualan pedet anak sapi adalah Rp 5.000.000,00, dimana
diasumsikan umur pedet yang dijual 2 bulan. 16.
Diasumsikan awal investasi, sapi dara dibeli pada umur 1 tahun dan belum pernah melahirkan, sapi laktasi dibeli pada umur dua tahun atau pada laktasi
ke-1, sedangkan sapi jantan dibeli pada umur 1 tahun. 17.
Diasumsikan setiap tahun seluruh sapi betina melahirkan satu ekor anak sapi pedet.
18. Umur optimal produktivitas sapi perah betina sampai pada umur 6 tahun atau
setelah laktasi ke-5, lebih dari itu sapi dianggap telah afkir dan kemudian dijual dengan harga Rp 5.000.000,00. Demikian halnya pada sapi jantan.
19. Susu segar yang dipasarkan melalui KUD Giri Tani kepada Cimory, dengan
harga jual Rp 3.900,00 per kilogram. 20.
Pengkonversian satuan liter susu ke kilogram susu adalah dengan asumsi berat jenis susu 1,0135 KgL, sehingga setiap 1 liter susu sama dengan 1,0135
kilogram susu. 21.
Penyusutan investasi dihitung berdasarkan metode garis lurus.
22. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah suku bunga deposito rata-rata dari
34 bank yang ada di Indonesia, yang berlaku pada saat penelitian dilaksanakan, yaitu sebesar 6,99 per 12 bulan dan diasumsikan konstan.
23. Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2 a, yang merupakan perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan,
yaitu : Pasal 17 ayat 1 b.
Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28 dua puluh delapan persen.
Pasal 17 ayat 2 a. Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b menjadi 25 dua puluh
lima persen yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.
V GAMBARAN UMUM USAHA
5.1. Gambaran Umum KUD Giri Tani