ternak yang dihasilkan tidak mampu tertampung seluruhnya. Sehingga, masih terdapat 210 kg kotoran yang dibuang ke sungai.
6.2. Analisis Aspek Finansial
6.2.1. Analisis Finansial Usaha Peternakan Sapi Perah
Analisis finansial usaha peternakan sapi perah mengacu pada kondisi usaha peternakan yang memiliki produk utama susu segar dimana tidak terdapat
terdapat pemanfaatan dari limbah kotoran ternak yang dihasilkan. Komponen yang terdapat pada analisis ini merupakan komponen yang terjadi pada saat
penelitian dilaksanakan. Komponen pertama yang dianalisis pada aspek ini
adalah:
a Biaya
Komponen biaya yang dikeluarkan oleh usaha peternakan sapi perah skala besar, mencakup biaya investasi, biaya tetap serta biaya operasional. Biaya
investasi merupakan biaya awal yang dikeluarkan saat menjalankan usaha yaitu pada tahun pertama usaha, dimana jumlahnya relatif besar dan tidak dapat habis
dalam satu kali periode produksi. Biaya investasi ditanamkan atau dikeluarkan pada suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan dalam periode yang
akan datang, yakni selama umur usaha, atau selama usaha tersebut dijalankan. Rincian biaya investasi yang dikeluarkan oleh usaha peternakan sapi perah, dapat
dilihat pada Tabel 9. Besarnya biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun pertama sebesar Rp
411.001.000,00 yang terdiri dari biaya pembangunan kandang, pembelian tanah, pembangunan gudang, hingga pembelian peralatan seperti sekop, ember stainless,
milk can, pipa paralon, selang, gelas ukur, gaco, dan sapi. Seluruh biaya investasi
dikeluarkan secara tunai oleh peternak.
Tabel 9. Biaya Investasi Usaha Peternakan Sapi Perah Skala Besar pada Kondisi Tanpa Risiko
No Biaya Investasi Jumlah Satuan
Harga Satuan Rp
Total Rp
1. Tanah
440 meter
100.000 44.000.000
2. Gudang
1 unit
4.600.000 4.600.000
3. Kandang
2 unit
20.875.000 41.750.000
4. Jet Pump
1 unit
4.555.000 4.555.000
5. Cangkul
3 unit
70.000 210.000
6. Sekop
2 unit
35.000 70.000
7. Ember stainless
2 unit
250.000 600.000
8. Milk Can 10 L
2 unit
350.000 700.000
9. Milk Can 20L
1 unit
500.000 500.000
10. Milk Can 40L
4 unit
1.100.000 4.400.000
11. Pipa Paralon
35 batang
10.000 350.000
12. Selang
21 meter
10.000 206.000
13. Gelas Ukur
1 unit
15.000 15.000
14. Gaco garpu
1 unit
45.000 45.000
15. Dara
4 ekor
11.000.000 44.000.000
16. Laktasi
17 ekor
15.000.000 55.000.000
17. Jantan
1 ekor
10.000.000 10.000.000
Total Biaya Investasi 411.001.000
Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama, namun, biaya tersebut mengalami penyusutan setiap tahunnya dengan proporsi yang berbeda-beda, hal
ini dipengaruhi oleh umur teknis dari masing-masing barang yang diinvestasikan. Umur teknis dari setiap barang yang diinvestasikan ditentukan berdasarkan tingkat
kemampuan suatu barang untuk dapat digunakan secara layak dan masih memiliki fungsi yang baik untuk mendukung jalannya usaha peternakan Tabel 10. Umur
teknis dari gudang dan kandang ditentukan selama 15 tahun, hal ini diperhitungkan dari tingkat kelayakan bangunan tersebut. Setelah 15 tahun,
gudang dan kandang tidak memiliki fungsi yang optimal untuk dipergunakan, hal ini disebabkan investasi tersebut telah mengalami kerusakan, seperti atap yang
berlubang. Umur teknis dari kandang ini ditentukan menjadi umur dari usaha peternakan sapi perah skala besar, karena selain merupakan salah satu komponen
penting dalam pelaksanaan usaha, kandang memiliki umur teknis terpanjang dan juga salah satu komponen investasi yang memiliki nilai terbesar diantara investasi
lain yang juga memiliki umur teknis 15 tahun.
Tabel 10. Umur Teknis dari Investasi yang Ditanamkan dalam Usaha Peternakan Sapi Perah Skala Besar
Jenis Investasi Umur Teknis Tahun
Gudang 15 Kandang 15
Jet Pump 5
Cangkul 3 Sekop 3
Ember stainless 8
Milk Can 10 L
15 Milk Can
20L 15
Milk Can 40L
15 Pipa Paralon
4 Selang
3 Gelas Ukur
8 Gaco garpu
8 dara 6
Laktasi 5
Jantan 6
Sementara itu, ember stainless, gelas ukur, dan gaco memiliki umur teknis selama delapan tahun. Setelah delapan tahun, barang-barang tersebut, sudah tidak
layak untuk digunakan dan dapat menghambat jalannya usaha. Gelas ukur memiliki umur teknis delapan tahun disebabkan penggunaan gelas ukur selama
jalannya usaha tidak dilakukan secara terus-menerus, hanya dalam kondisi dan waktu tertentu, seperti ketika penjualan produk susu secara mandiri ke para
wisatawan. Sedangkan, untuk pengukuran susu segar saat penjualan menggunakan gelas ukur yang disediakan oleh KUD Giri Tani. Sehingga, hal tersebut
mengakibatkan gelas ukur memiliki umur teknis yang cukup lama. Jet pump serta sapi laktasi memiliki umur teknis selama lima tahun.
Setelah lima tahun, jet pump tidak dapat digunakan secara maksimal untuk mendukung kelancaran usaha peternakan, sehingga memerlukan penggantian.
Sedangkan, untuk sapi laktasi, kondisi sapi yang baik untuk diperah adalah setelah laktasi satu hingga laktasi kelima, setelah itu, sapi akan menjadi afkir dan tidak
dapat menghasilkan susu segar secara optimal. Sapi laktasi yang dibeli oleh para peternak pada awal usaha adalah sapi laktasi dengan umur dua tahun dan telah
mengalami laktasi pertama, sehingga umur teknis dari sapi laktasi adalah lima tahun.
Cangkul, selang serta sekop memiliki umur teknis selama tiga tahun. Selama umur tersebut, cangkul dan sekop digunakan untuk kegiatan pembersihan
kandang, seperti membuang kotoran, sedangkan selang digunakan sebagai alat pendukung untuk mengalirkan air yang berasal dari kran atau dari bak penampung
saat membersihkan kandang atau memberi minum ternak. Setelah umur keempat, ketiga barang tersebut tidak optimal untuk digunakan, sehingga perlu adanya re-
investasi. Pipa paralon memiliki umur usaha empat tahun. Pipa ini berfungsi untuk mengalirkan air yang berasal dari air gunung ke kandang ternak. Pipa akan
mengalami kerusakan, seperti kebocoran apabila digunakan lebih dari empat tahun, sehingga memerlukan pergantian di umur kelima.
Sementara itu, sapi dara dan jantan memiliki umur usaha selama enam tahun. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa sapi menjadi afkir pada laktasi
kelima atau umur sapi enam tahun. Pada awal pendirian usaha, peternak sapi perah membeli sapi dara dan jantan pada umur satu tahun, dimana sapi dara
tersebut belum pernah mengalami laktasi pertama. Sehingga, sapi dara dan jantan akan menjadi afkir di tahun keenam usaha, dan memerlukan pergantian di tahun
setelahnya. Untuk melakukan pergantian terhadap barang-barang investasi yang telah
habis umur teknisnya, para peternak mengeluarkan biaya yang disebut sebagai biaya re-investasi Tabel 11. Biaya re-investasi ini dikeluarkan tepat setelah
secara teknis dari barang investasi sudah tidak optimal untuk digunakan. Biaya- biaya ini dikeluarkan pada tahun yang berbeda-beda yakni, pada tahun ke-4, ke-5,
ke-6, ke-7, ke-9, ke-10, ke-11, dan ke-13 dengan pengeluaran paling besar pada tahun ke-6 dan ke-11 yaitu sebesar Rp 259.555.000,00, yang digunakan untuk
pembelian sapi laktasi sebanyak 17 ekor serta jet pump. Tanah, gudang, kandang, serta milk can tidak memiliki biaya re-investasi,
hal ini disebabkan barang-barang tersebut memiliki umur teknis 15 tahun, sesuai dengan umur usaha dari peternakan sapi perah skala besar. Pada tahun ke-4 dan
ke-10, peternak mengeluarkan biaya re-investasi sebesar Rp 486.000,00 yang digunakan untuk pembelian cangkul, sekop, dan selang, sementara di tahun ke-5,
biaya re-investasi dikeluarkan untuk pembelian pipa paralon senilai Rp 350.000,00. Tahun ke-6 dan ke-11 total biaya re-investasi yang dikeluarkan
mencapai Rp 259.555.000,00 yang dipergunakan untuk melakukan pembelian sapi laktasi serta jet pump.
Tabel 11. Biaya Re-investasi yang Diperlukan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Skala Besar Tahun Ke-
Investasi 4
Rp 5
Rp 6
Rp 7
Rp 9
Rp 10
Rp 11
Rp 13
Rp
Gudang Kandang
Jet Pump 4.555.000 4.555.000
Cangkul 210.000 210.000 210.000
210.000 Sekop 70.000
70.000 70.000 70.000
Ember stainless 600.000
Milk Can 10 L Milk Can 20L
Milk Can 40L Pipa Paralon
350.000 350.000 350.000
Selang 206.000 206.000 206.000
206.000 Gelas Ukur
15.000 Gaco garpu
45.000 Sapi dara
4ekor 44.000.000
44.000.000 Sapi Laktasi
17ekor 255.000.000
255.000.000 Sapi Jantan 1ekor
10.000.000 10.000.000
TOTAL BIAYA INVESTASI
486.000 350.000 259.555.000 54.486.000 1.010.000 486.000 259.555.000 54.836.000
Tahun ke-7 peternak melakukan pembelian atas cangkul, sekop, dan selang serta sapi dara dan jantan yang membutuhkan biaya sebesar Rp
54.486.000,00. Tahun ke-9 pengeluaran untuk pembelian barang-barang re- investasi terbilang rendah, yakni hanya sebesar Rp 1.010.000,00, yang digunakan
untuk melakukan pembelian ember stainless, gaco, pipa paralon, dan gelas ukur. Tahun ketigabelas merupakan tahun terakhir dimana peternak mengeluarkan biaya
untuk re-investasi. Biaya yang dikeluarkan ini sebesar Rp 54.836.000,00, untuk pembelian cangkul, sekop, pipa paralon, selang, sapi dara, dan juga sapi jantan.
Barang-barang investasi tersebut mengalami penyusutan setiap tahunnya. Nilai penyusutan ditentukan dengan menggunakan metode garis lurus. Penyusutan
dari setiap barang investasi memiliki nilai yang berbeda Tabel 12. Hal ini dipengaruhi oleh nilai awal barang investasi, umur teknis serta nilai sisa barang
tersebut.
Tanah tidak mengalami penyusutan setiap tahunnya, karena penggunaan tanah tidak memiliki batas waktu atau umur teknis yang dibatasi oleh waktu
tertentu. Gudang mengalami penyusutan sebesar Rp 306.667,00 setiap tahunnya. Sedangkan, dua buah kandang yang diinvestasikan menyusut Rp 2.783.333,00
setiap tahun. Jet pump, cangkul serta sekop memiliki nilai penyusutan setiap tahun
sebesar Rp 911.000,00, Rp 70.000,00, dan Rp 23.333,00. Sedangkan, Ember stainless menyusut sebesar Rp 75.000,00, Milk Can 10 L menyusut sebesar Rp
46.667,00, Milk Can 20 L menyusut sebesar Rp 33.333,00, dan Milk Can 40 L menyusut sebesar Rp 293.333,00 setiap tahunnya. Untuk barang investasi lain,
seperti pipa paralon, selang, gelas ukur, dan gaco garpu mengalami penyusutan sebesar Rp 87.500,00; Rp 68.667,00; Rp 1.875,00; dan Rp 5.625,00 setiap tahun.
Sementara itu, investasi berupa hewan ternak sapi laktasi, dara, dan jantan memiliki nilai penyusutan sebesar Rp 4.000.000,00; Rp 34.000.000,00; dan Rp
833.333,00 dalam satu tahun. Berdasarkan nilai-nilai tersebut, total penyusutan dari usaha peternakan sapi perah sebesar Rp 43.539.667,00 setiap tahunnya. Nilai
penyusutan ini dimasukkan kedalam perhitungan laba rugi dari usaha peternakan sapi perah skala besar.
Tabel 12. Nilai Penyusutan dari Barang Investasi Setiap Tahun
Jenis Investasi PenyusutanTahun Rp
Tanah Gudang
306.667
Kandang
2.783.333
Jet Pump
911.000
Cangkul
70.000
Sekop
23.333
Ember stainless
75.000
Milk Can 10 L
46.667
Milk Can 20L
33.333
Milk Can 40L
293.333
Pipa Paralon
87.500
Selang
68.667
Gelas Ukur
1.875
Gaco garpu
5.625
dara
4.000.000
Laktasi
34.000.000
Jantan
833.333
TOTAL
43.539.667
Selain biaya investasi dan biaya penyusutan, terdapat biaya tetap yang dikeluarkan selama jalannya usaha Tabel 13. Besarnya biaya tetap yang
dikeluarkan ini, tidak dipengaruhi oleh perubahaan input maupun output yang dihasilkan pada usaha peternakan. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh usaha
peternakan sapi perah hanya terdiri dari empat bagian yaitu pajak bumi bangunan yang dikeluarkan setiap tahun sebesar Rp 436.000,00, biaya listrik, dan telepon
yang dikeluarkan secara rutin setiap bulannya, serta biaya tenaga kerja. Tenaga kerja yang dipekerjakan pada usaha peternakan skala besar berjumlah 5 orang,
dengan gaji per bulan sebesar Rp 640.000,00 setiap orangnya. Biaya tetap yang dikeluarkan pada tahun pertama, lebih rendah jumlahnya
daripada biaya tetap yang dikeluarkan di tahun-tahun lainnya. Hal ini disebabkan, pada tahun pertama, tepatnya tiga bulan pertama, kegiatan usaha peternakan sapi
perah belum dilaksanakan.
Tabel 13. Biaya Tetap yang Dikeluarkan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Skala Besar
Biaya Tetap Tahun pertama Rp
Tahun kedua Rp
PBB 500.000
500.000 Biaya Listrik
630.000 840.000
Biaya Telepon 882.000
1.176.000 Tenaga Kerja
28.800.000 38.400.000
Total Biaya Tetap 30.812.000
40.916.000
Pada waktu tersebut kegiatan yang dilaksanakan berupa pembangunan kandang dan gudang. Dimana biaya atas tenaga kerja, biaya listrik, dan telepon
telah tercantum kedalam biaya yang dikeluarkan pada investasi kandang dan gudang. Sedangkan, biaya pada tahun kedua hingga tahun terakhir dari umur
usaha, yakni 15 tahun, bersifat konstan yakni sebesar Rp 40.916.000,00, karena tidak dipengaruhi oleh jumlah input ataupun output yang dihasilkan selama
kegiatan produksi dijalankan.
Biaya selanjutnya yang dikeluarkan pada usaha peternakan sapi perah adalah biaya variabel Tabel 14. Biaya ini dipengaruhi oleh jalannya proses
produksi, yakni berkaitan dengan jumlah input yang digunakan serta jumlah output yang dihasilkan. Komponen yang termasuk kedalam biaya variabel adalah
biaya untuk pakan, mentega, obat-obatan, biaya dokter, biaya pengiriman, biaya susu untuk pedet, biaya pembelian saringan susu, sapu, sikat, serta ember plastik.
Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan selama umur usaha tidak konstan setiap tahunnya.
Hal ini terlihat, pada tahun pertama, ketujuh, dan ketigabelas, jumlah biaya variabel yang dikeluarkan tidak sama dengan biaya yang dikeluarkan pada tahun
ke-2 hingga ke-6, ke-8 hingga ke-12, serta biaya di tahun ke-14 dan ke-15. Biaya variabel yang dikeluarkan pada tahun pertama, merupakan biaya variabel terendah
yang dikeluarkan, yakni sebesar Rp 132.529.735,00. Pada tahun ini, kegiatan operasional usaha dimulai pada bulan keempat, sehingga biaya yang dikeluarkan
untuk pembelian pakan, mentega dan lain sebagainya juga mulai dikeluarkan pada bulan tersebut. pada tahun pertama ini pula, sapi dara yang dimiliki belum
mengalami laktasi sehingga, biaya pengiriman untuk susu juga lebih rendah dibanding tahun-tahun lainnya, karena jumlah susu yang dihasilkan belum optimal
seluruhnya. Selain itu, peternak juga tidak mengeluarkan biaya untuk pemberian susu ke pedet, karena pada tahun pertama, belum terdapat pedet yang dilahirkan.
Tabel 14. Biaya Variabel yang Dikeluarkan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Skala Besar
Tahun ke- 1
Rp 2
Rp 7
Rp 8
Rp 13
Rp 14
Rp
A.Pakan Konsentrat
64.539.900 86.053.200
86.053.200 86.053.200
86.053.200 86.053.200
Ampas Tahu 24.848.100
33.130.800 33.130.800
33.130.800 33.130.800
33.130.800 Rumput
19.152.000 25.536.000
25.536.000 25.536.000
25.536.000 25.536.000
Mineral 1.267.200
1.689.600 1.689.600
1.689.600 1.689.600
1.689.600 B.Mentega 81.000
108.000 108.000
108.000 108.000
108.000 C.Obat-obatan
424.800 566.400
566.400 566.400
566.400 566.400
D.Biaya Dokter 9.450.000
12.600.000 12.600.000
12.600.000 12.600.000
12.600.000 E.Biaya
Pengiriman 12.036.735 19.155.150 16.048.980 19.155.150 16.048.980 19.155.150
F.Biaya Susu untuk Pedet
0 44.823.050 44.823.050 44.823.050 44.823.050 44.823.050 G.Saringan
susu 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
H.Sapu 330.000 330.000
330.000 330.000
330.000 330.000
I. Sikat 300.000
300.000 300.000
300.000 300.000
300.000 J.Ember plastik
70.000 70.000
70.000 70.000
70.000 70.000
TOTAL 132.529.735
224.392.200 221.286.030
224.392.200 221.286.030
224.392.200
Sedangkan, pada tahun-tahun lainnya, biaya variabel yang dikeluarkan mengalami peningkatan menjadi Rp 224.392.200,00 pada tahun ke-2 hingga tahun
ke-15, kecuali di tahun ke-7 dan ke-13 sebesar Rp 221.286.030,00, dimana pada tahun tersebut terjadi re-investasi, sapi dara yang sebelumnya telah mengalami
laktasi dan mampu memproduksi susu dijual ditahun ke-6 dan ke-12, dan digantikan oleh sapi dara yang dibeli pada tahun ke-7 dan ke-13. Adanya re-
investasi ini menyebabkan produksi susu menurun serta mengurangi biaya untuk pengiriman susu, yakni hanya sebesar Rp 16.048.980,00 dari semula sebesar Rp
19.155.150,00. Dimulai pada tahun kedua, terdapat pengeluaran biaya untuk pemberian
susu kepada pedet. Pedet yang dilahirkan setiap tahunnya berjumlah 21 ekor, yang dilahirkan dari 21 sapi betina yang dimiliki oleh peternak. Sapi ini dipelihara oleh
peternak hingga berumur dua bulan. Selama dua bulan tersebut, peternak mengeluarkan biaya untuk pemberian pakan berupa susu segar, karena pada umur-
umur awal, sapi pedet tidak mengonsumsi rerumputan, konsentrat, mineral ataupun ampas tahu, namun pedet hanya mengonsumsi susu segar.
Susu segar yang dikonsumsi setiap bulannya berjumlah lima liter di bulan pertama, dan empat liter dibulan kedua. Sehingga dalam dua bulan tersebut, total
susu yang diberikan kepada setiap ekor pedet sebanyak sembilan liter. Jika diakumulasikan dengan total jumlah pedet sebanyak 21 ekor, maka setiap
tahunnya jumlah susu yang menjadi biaya variabel bagi peternak sebanyak 11.340 liter atau senilai Rp 44.823.050,00.
Biaya variabel yang dikeluarkan untuk pembelian pakan setiap tahunnya berjumlah Rp 146.409.600,00, yang terbagi kedalam pengeluaran untuk
pembelian konsentrat, ampas tahu, rumput, dan mineral masing-masing senilai Rp 64.539.900,00; Rp 24.848.100,00; Rp 19.152.000,00; dan Rp 1.267.200,00.
Dalam satu bulan jumlah konsentrat yang dibutuhkan sebanyak 3.951 kg dengan harga beli Rp 1.815,00 per kg, sehingga dalam satu tahun jumlah konsentrat yang
dibutuhkan sebanyak 47.412 kg dengan total biaya Rp 64.539.900,00. Pakan berupa ampas tahu dalam satu bulan menghabiskan 10.225 kg,
sehingga dalam satu tahun membutuhkan 122.705 kg dengan harga beli Rp 270,00 per kg. Maka besarnya biaya variabel yang dikeluarkan untuk pembelian
ampas tahu dalam satu tahun sebesar Rp 33.130.800,00. Sementara itu, mineral yang dibutuhkan dalam satu bulan sebesar 8 bungkus dan dalam satu tahun
mencapai 96 bungkus dengan harga beli Rp 17.600,00 per bungkus. Maka, dalam satu tahun biaya variabel dari mineral sebesar Rp 1.689.600,00. Sementara itu,
untuk rumput, dalam satu bulan dibutuhkan 12.897 kg rumput dengan harga beli Rp 165,00 per kg. Sehingga dalam satu tahun jumlah rumput yang digunakan
sebanyak 154.764 kg, yang menghabiskan biaya sebesar Rp 25.536.000,00. Biaya variabel kedua yang dikeluarkan adalah untuk pembelian mentega.
Mentega yang dibutuhkan dalam satu tahun sebanyak 24 bungkus dengan harga satuan Rp 4.500,00 per bungkus. Sehingga, dalam satu tahun pengeluaran untuk
mentega menghabiskan biaya sebesar Rp 108.000,00. Usaha peternakan sapi perah memerlukan jasa dari dokter atau tenaga kesehatan hewan yang berasal dari
KUD Giri Tani setiap tahunnya. Kebutuhan akan dokter ini diperlukan untuk menangani permasalahan kesehatan yang kerap kali dialami oleh ternak, seperti
penyakit diare dan demam, serta kebutuhan akan jasa tenaga kesehatan hewan diperlukan setiap tahunnya untuk menangani permasalahan dari hewan ternak
yang melahirkan. Dalam satu tahun terdapat 21 sapi betina yang melahirkan. Setiap proses kelahiran menghabiskan biaya sebesar Rp 50.000,00. Sehingga,
dalam satu tahun biaya yang dibutuhkan untuk jasa dokter sebesar Rp 12.600.000,00.
Komponen biaya variabel yang terakhir adalah biaya untuk kebutuhan akan peralatan dan perlengkapan pendukung usaha peternakan seperti saringan
susu, sapu, sikat, dan ember plastik. Dalam satu tahun, ember plastik yang dibutuhkan sebanyak tujuh buah dengan harga satuan Rp 10.000,00 per unitnya
dan total biaya yang dibutuhkan per tahunnya sebesar Rp 70.000,00. Sedangkan, untuk saringan susu, sapu, dan sikat dibutuhkan masing-masing sebesar 2, 22, dan
20 setiap awal tahun dengan harga satuan Rp 5.000,00. Ketiga peralatan tersebut akan mengalami pergantian setiap empat bulan sekali atau tiga kali dalam satu
tahunnya. Maka, dalam satu tahun biaya variabel yang dikeluarkan untuk pembelian saringan susu sebesar Rp 30.000,00, untuk sapu sebesar Rp
330.000,00, dan sikat sebesar Rp 300.000,00.
Usaha peternakan sapi perah, dijalankan dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki oleh peternak, tanpa adanya pinjaman dari pihak atau
lembaga keuangan terkait, seperti rentenir ataupun bank. Sehingga, pada komponen biaya, tidak terdapat pengeluaran atas debt service, yakni pembayaran
akan bunga serta pokok pinjaman. b
Manfaat Manfaat yang diperoleh usaha peternakan sapi perah merupakan seluruh
kondisi yang mendorong tercapainya suatu tujuan usaha, yakni memperoleh keuntungan. Yang termasuk kedalam manfaat adalah :
- Nilai Produksi Total
Usaha peternakan sapi perah yang dijalankan menghasilkan output produksi utama susu segar dengan output sampingan berupa penjualan pedet serta
penjualan sapi afkir. Manfaat dari usaha didapatkan setelah bulan keempat di tahun pertama usaha dijalankan. Hal ini disebabkan, kegiatan operasional
usaha yang baru dimulai pada bulan ke-4.
Tabel 15. Nilai Output Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah Skala Besar Rp
Uraian
1 2 5 6 INFLOW
1. Produksi Susu 187.341.066
306.706.248 306.706.248
306.706.248 2. Penjualan Pedet
- 105.000.000
105.000.000 105.000.000
3. Penjualan Sapi Afkir
- -
85.000.000 25.000.000
Total penerimaan
187.341.066 411.706.248
496.706.248 436.706.248
Manfaat yang pertama diperoleh dari output utama usaha peternakan sapi perah, yakni susu segar. Susu segar yang dihasilkan pada tahun pertama
berjumlah 48.146,94 kilogram. Sedangkan pada tahun berikutnya, jumlah produksi susu yang dihasilkan mengalami peningkatan sebesar 30.643,38
kilogram menjadi 78.790,32 kilogram. Peningkatan tersebut disebabkan oleh
adanya peningkatan jumlah sapi laktasi, yakni semula hanya berjumlah 17 ekor menjadi 21 ekor, karena adanya 4 ekor sapi laktasi tambahan yang
sebelumnya merupakan sapi dara. Adanya peningkatan jumlah produksi
disebabkan pula oleh adanya tenggat waktu antara persiapan usaha dengan dimulainya kegiatan operasional yakni selama tiga bulan pertama.
Peningkatan jumlah produksi tersebut, ikut meningkatkan manfaat langsung atau penerimaan yang diperoleh peternak. Susu segar yang dihasilkan oleh
para peternak dipasarkan ke Cimory dengan harga jual rata-rata Rp 3.900,00 per kg. Dengan harga jual tersebut, pada tahun pertama, penerimaan yang
mampu diterima peternak dari penjualan susu segar hanya sebesar Rp 187.341.066,00, namun pada tahun ke-2 mengalami peningkatan menjadi Rp
411.706.248,00. Output kedua yang dihasilkan oleh usaha peternakan adalah pedet, yakni anak
sapi. Usaha peternakan sapi perah skala besar memiliki 21 ekor sapi betina, dimana sapi tersebut akan melahirkan satu ekor pedet setiap tahunnya, yang
dimulai pada tahun kedua usaha. Sehingga, setiap tahunnya keseluruhan jumlah pedet yang dilahirkan sebanyak 21 ekor. Pedet ini kemudian
diperjualbelikan pada saat berusia dua bulan kepada para peternak lain. Setiap ekor pedet dijual dengan harga Rp 5.000.000,00. Maka, penerimaan yang
diperoleh peternak dari penjualan pedet setiap tahun sebesar Rp 105.000.000,00.
Selain sapi pedet yang diperjualbelikan oleh peternak, sapi dewasa yang sudah tidak dapat memproduksi susu secara optimal atau yang disebut sapi
afkir, juga diperjualbelikan. Sapi afkir diperjualbelikan pada usia enam tahun atau setelah mengalami lima kali laktasi. Sapi betina laktasi dijual peternak
pada tahun ke-5, ke-10, dan ke-15 dengan harga jual Rp 5.000.000,00 per ekor. Sehingga, pada tahun tersebut peternak sapi perah akan menjual 17 ekor
sapi dan memperoleh penerimaan sebesar Rp 85.000.000,00. Sementara itu, sapi dara yang dimiliki peternak serta sapi jantan akan dijual
pada tahun ke-6 dan ke-12, dengan harga jual Rp 5.000.000,00 per ekor. Pada tahun tersebut, peternak akan menjual lima ekor sapi, dengan total
penerimaan yang akan didapatkan Rp 25.000.000,00. -
Salvage Value Penerimaan terakhir yang diperoleh peternakan skala besar berasal dari
salvage value . Salvage Value ini diperoleh pada tahun terakhir umur usaha,
yakni pada tahun ke-15. Nilai sisa diperoleh dari adanya penerimaan dari barang-barang investasi yang masih memiliki nilai di akhir tahun umur usaha.
Nilai sisa dari setiap barang investasi dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Salvage Value Usaha Peternakan Sapi Perah Skala Besar
Jenis Investasi Salvage Value Rp
Tanah
44.000.000
Gudang Kandang
Jet Pump Cangkul
Sekop Ember stainless
75.000
Milk Can 10 L Milk Can 20L
Milk Can 40L Pipa Paralon
87.500
Selang Gelas Ukur
1.875
Gaco garpu
5.625
dara
12.000.000
Laktasi
85.000.000
Jantan
2.500.000
TOTAL 154.000.000
Berdasarkan tabel tersebut, total nilai sisa yang diperoleh peternak pada akhir tahun sebesar Rp 154.000.000,00. Namun, pada perhitungan cash flow nilai
sisa dari sapi laktasi sebesar Rp 85.000.000,00 tidak dimasukkan kedalam total keseluruhan nilai sisa, melainkan masuk kedalam penerimaan dari
penjualan sapi laktasi afkir. Hal ini disebabkan tahun terakhir umur usaha sama dengan tahun terakhir umur teknis dari sapi laktasi. Sehingga, pada
tahun tersebut, sapi laktasi yang telah afkir akan dijual.
6.2.2. Kelayakan Investasi Usaha Peternakan Sapi Perah Skala Besar