Sejarah Perkembangan Biogas Reaktor Biogas

Jumlah limbah ternak yang dihasilkan, sifat fisik maupun kimianya bergantung pada umur, spesies ternak, ukuran ternak, dan sistem pemeliharaannya.

2.3. Sejarah Perkembangan Biogas

Perkembangan biogas telah dimulai pada kebudayaan Mesir, China, dan Roma kuno, dimana mereka memanfaatkan gas alam dengan cara dibakar dan digunakan sebagai penghasil panas. Namun, orang pertama yang mengaitkan gas bakar dengan proses pembusukan sayuran adalah Alessandro Volta 1770. Hasil identifikasi terhadap gas yang dapat dibakar berupa gas metana, dilakukan oleh William Henry pada tahun 1806 dan Becham pada tahun 1868. Sementara itu, murid Louis Pasteur dan Tappeiner, memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan metana pada tahun 1882. Pada akhir abad ke-19 beberapa riset dilakukan oleh Jerman dan Perancis pada masa antara dua Perang Dunia. Selama Perang Dunia II, banyak petani di Inggris dan Benua Eropa yang membuat alat penghasil biogas kecil yang digunakan untuk menggerakkan traktor. Karena harga BBM semakin murah dan mudah didapatkan, pemakaian biogas ini pun mulai ditinggalkan. Biogas bukan merupakan teknologi baru. Sejumlah negara di berbagai belahan dunia telah mengaplikasikannya sejak puluhan tahun yang lalu, seperti Rusia dan Amerika Serikat. Berbagai negara yang memiliki populasi ternak cukup besar seperti India, Taiwan, Korea, dan Cina, juga telah memanfaatkan kotoran ternak sebagai bahan baku dalam pembuatan biogas. Di Benua Asia, India merupakan negara pelopor penggunaan biogas, yaitu sejak abad ke-19. Sedangkan, Indonesia baru mulai mengadopsi teknologi pembuatan biogas pada awal tahun 1970.

2.4. Reaktor Biogas

Prinsip terjadinya biogas adalah melalui fermentasi anaerob bahan organik yang dilakukan oleh mikroorganisme sehingga menghasilkan gas yang mudah terbakar. Secara kimia, reaksi yang terjadi pada pembuatan biogas meliputi tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap metanogenik Simamora, dkk, 2005. Menurut Wahyuni 2008, proses fermentasi anaerob akan menghasilkan biogas yang nilainya dapat dibandingkan dengan bahan bakar lain dalam setiap meter kubiknya Tabel 5. Tabel 5. Perbandingan Biogas 1 m 3 Dibandingkan dengan Bahan Bakar Lain Keterangan Bahan Bakar Lain 1 m 3 Biogas Elpiji 0,46 kg Minyak Tanah 0,62 liter Minyak Solar 0,52 liter Bensin 0,80 liter Gas Kota 1,50 m 3 Kayu Bakar 3,50 kg Sumber : Sri Wahyuni 2008 Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa, setiap 1 m 3 kubik biogas yang dihasilkan setara nilainya dengan penggunaan gas elpiji sebanyak 0,46 kg, minyak tanah sebanyak 0,62 liter, minyak solar 0,52 liter, bensin 0,80 liter, gas kota 1,50 m 3 serta kayu bakar 3,50 kg. Dalam melakukan pembuatan biogas diperlukan instalasi khusus berupa reaktor yang dilengkapi lubang pemasukan limbah ternak kotoran ternak, pengeluaran gas, penampung gas, serta penampung limbah sisa buangan. Menurut Prihandana dan Hendroko 2008, terdapat dua tipe alat pembangkit biogas, yaitu jenis kubah tetap Fixed-dome type dan reaktor terapung Floating type. 1. Reaktor kubah tetap Fixed-dome Reaktor ini disebut juga reaktor cina, karena reaktor ini dibuat pertama kali di Cina sekitar tahun 1980-an, kemudian sejak saat itu reaktor ini berkembang dengan berbagai model. Reaktor kubah tetap dibangun dengan menggali tanah, kemudian dibuat bangunan dengan batu bata, pasir, semen yang berbentuk seperti rongga yang ketat udara dan berstruktur seperti kubah bulatan setengah bola. Reaktor kubah tetap dapat dilihat pada Gambar 2. Jenis reaktor ini merupakan sebuah konstruksi tetap kontinu, dimana sumur pencerna dan penampung gas menjadi satu, sedangkan pengisian bahan organik kontinu dan dapat dibuat sesuai dengan kapasitas tampung kotoran ternak dan jumlah biogas yang ingin dihasilkan. Reaktor ini membutuhkan modal yang lebih besar, tetapi usia ekonominya lebih lama, perawatannya mudah, dan pengoperasiannya lebih sederhana Simamora, dkk, 2008. Gambar 2 . Reaktor Jenis Fixed Dome Sumber : www.thinksmartbrain.blogspot.com Reaktor ini terdiri dari beberapa bagian utama, bagian pertama adalah lubang pemasukan kotoran yang disebut dengan inlet, bagian kedua adalah saluran yang mengalirkan kotoran dari lubang pemasukan kedalam sumur digester yaitu bagian empat. Sementara itu, bagian ketiga merupakan lubang tempat keluarnya limbah yang dihasilkan dari proses anaerobik pembentukan biogas yang disebut sebagai outlet. Bagian kelima merupakan kran tempat keluarnya biogas yang dihasilkan. Kran inilah yang akan menghubungkan antara reaktor dengan kompor biogas. Bagian keenam merupakan kran pengatur keluar masuknya biogas, sesuai dengan volume yang diinginkan. Proses fermentasi secara anaerobik terjadi didalam sumur digester yaitu bagian empat. Sementara itu, bagian sepuluh merupakan kumpulan gas bio yang dihasilkan, dan bagian tujuh merupakan lumpur biogas yang merupakan sisa limbah proses anaerobik. 2. Reaktor terapung floating Type Reaktor jenis terapung pertama kali dikembangkan di india pada tahun 1937 sehingga dinamakan dengan reaktor India. Reaktor ini terdiri atas sumur pencerna dan diatasnya terdapat drum terapung yang terbuat dari besi terbalik dan berfungsi untuk menampung gas yang dihasilkan oleh reaktor. Reaktor terapung dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 . Reaktor Jenis Floating Type Sumber : www.fao.org Sumur pada reaktor terapung dibangun dengan menggunakan bahan-bahan yang biasa digunakan untuk membuat fondasi rumah, seperti batu bata, dan semen. Pengumpul biogas yang terapung di atas sumur pencerna menyebabkan kapasitas gas naik turun sesuai dengan produksi gas yang dihasilkan dan pemanfaatan gas untuk memasak Simamora, dkk, 2008. Seperti halnya, reaktor kubah tetap, reaktor jenis floating tetap juga memiliki bagian-bagian berupa, lubang pemasukan input kotoran ternak mixing pit yang selanjutnya dialirkan melalui pipa pemasukan inlet pipe menuju saluran yang akan mengalirkan kotoran kedalam sumur pencerna dimana proses fermentasi terjadi. Saat biogas terbentuk, biogas tersebut akan mengalir melalui partition wall menuju gas holder dan selanjutnya akan dialirkan menuju kompor melalui pipa gas. Sementara itu, limbah yang dihasilkan berupa lumpur akan dialirkan menuju outlet yang akan menampung seluruh limbah yang dihasilkan. Lubang pengeluaran ini terletak diatas permukaan tanah.

2.5. Tinjauan Studi Terdahulu