Usaha peternakan sapi perah, juga menghasilkan limbah biogas sludge. Jumlah limbah yang dihasilkan ini sebesar 70 dari total keseluruhan kotoran
ternak yang digunakan sebagai input dalam pembentukan biogas. Jenis limbah ini bersifat lumpur, antara cair dan padat. Dalam satu harinya jumlah limbah biogas
yang dapat dihasilkan sebanyak 315 kg. Jumlah produksi limbah ini dipengaruhi oleh jumlah kotoran yang dimasukkan sebagai input. Semakin tinggi jumlah
kotoran yang digunakan, akan semakin tinggi pula jumlah limbah yang dihasilkan. Berdasarkan analisis tersebut, dapat dikatakan bahwa secara teknis usaha
peternakan sapi perah layak untuk dijalankan. Hampir di setiap kriteria pada aspek teknis, tidak terdapat kendala dan permasalahan yang menghambat jalannya
usaha. Permasalahan yang mungkin timbul, seperti kualitas dan jumlah susu yang dihasilkan dapat diatasi oleh para peternak.
6.1.3. Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek manajemen dan hukum terkait dengan sistem organisasi dan manajerial tenaga kerja yang digunakan serta badan hukum dan kelembagaan
yang dimiliki usaha peternakan skala besar yang terdapat di Kecamatan Cisarua dan Megamendung.
1. Manajemen
Proses perekrutan atau pemilihan tenaga kerja yang berasal dari luar atau non keluarga, dilakukan secara sederhana, yaitu dengan membuka lowongan atau
mencari masyarakat yang membutuhkan tenaga kerja. Tenaga kerja yang dipilih minimal memiliki pengalaman mengenai peternakan sapi perah, seperti proses
perawatan sapi perah dan pemerahan susu serta bertanggung jawab dalam pekerjaannya. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi masyarakat yang belum
memiliki pengalaman untuk menjadi tenaga kerja dalam usaha peternakan sapi perah, karena mereka pun akan mendapatkan bimbingan lebih lanjut mengenai
peternakan sapi perah dari pemilik usaha ataupun tenaga kerja lainnya. Tenaga kerja yang digunakan pada usaha peternakan sapi perah mayoritas
adalah pria. Hal ini disebabkan, pria mampu melakukan pekerjaan yang lebih berat dibandingkan dengan wanita. Jenis pekerjaan yang dilakukan adalah
membersihkan kandang, membersihkan sapi, memberi pakan, memerah susu,
mengangkut susu ke koperasi serta mencari rumput. Tidak terdapat pembagian tugas secara khusus dari setiap tenaga kerja, setiap tenaga kerja hanya membagi
pekerjaan kedalam jumlah sapi yang dimiliki oleh usaha tersebut, misalnya satu pekerja mengurus empat sapi, dan selanjutnya mereka melakukan seluruh jenis
pekerjaan tersebut, kecuali mencari rumput yang biasanya hanya dilakukan oleh satu orang.
Rata-rata jam kerja peternak sapi perah adalah tujuh sampai delapan jam perhari yang dimulai dari pukul lima sampai delapan pagi dengan pekerjaan
membersihkan kandang, membersihkan sapi, memberikan pakan, dan memerah. Kemudian dilanjutkan pukul sebelas siang untuk mencari rumput serta pukul
setengah tiga sore yang dilakukan pekerja untuk kembali membersihkan kandang, membersihkan sapi, memberikan pakan, dan memerah. Jumlah upah dari tenaga
kerja dihitung tidak berdasarkan jam kerja setiap tenaga kerja yang ada, melainkan dihitung berdasarkan upah per bulan yang besarnya Rp 640.000,00 per
tenaga kerja. Usaha peternakan sapi perah tidak memiliki struktur organisasi yang baku.
Struktur organisasi usaha peternakan sapi perah skala besar terdiri dari pemilik yang juga berperan sebagai tenaga kerja, serta para pekerja lainnya yang berasal
dari non keluarga masyarakat Gambar 23.
Gambar 23. Struktur Organisasi Usaha Peternakan Sapi Perah
2. Hukum
Seluruh usaha peternakan yang ada, belum memiliki badan hukum resmi dari pemerintah setempat. Satu-satunya badan hukum yang dimiliki adalah
sebagai anggota dari KUD Giri Tani. KUD Giri Tani merupakan sebuah koperasi berbentuk badan usaha yang beranggotakan para peternak yang tergabung
Pemilik Tenaga kerja
Tenaga Kerja Keluarga
Tenaga Kerja Non Keluarga
Tenaga Kerja Non Keluarga
Tenaga Kerja Non Keluarga
kedalam kelompok peternak di setiap wilayah, dimana koperasi ini berperan sebagai gerakan ekonomi rakyat berdasarkan asas kekeluargaan. Kelompok
peternak yang tergabung kedalam KUD Giri Tani adalah Kelompok Mekar Jaya untuk Desa Cipayung, Kelompok Tirta Kencana untuk Desa Tugu Selatan, serta
Kelompok Baru Tegal, dan Baru Sireum untuk Desa Cibeureum. Peternak yang tergabung kedalam kelompok dan KUD Giri Tani akan
mendapatkan banyak keuntungan. Peternak mendapatkan kepastian dalam pemasaran susu yang dihasilkan, karena seluruh susu yang dihasilkan oleh
anggota KUD Giri Tani akan diserap oleh Cimory. Sehingga, para peternak tidak perlu merasakan kesulitan dalam hal pemasaran susu. Para peternak juga lebih
mudah untuk mendapatkan pakan, karena pakan ini telah disediakan oleh KUD Giri Tani atau melalui kelompok ternak masing-masing. Selain itu, para peternak
juga dapat memperoleh pinjaman uang untuk memenuhi kebutuhannya, baik itu kebutuhan rumah tangga atau operasional dari usaha peternakan seperti pinjaman
berupa pakan. Pembayaran dari pinjaman tersebut dilakukan setiap bulan, dengan cara dipotong dari hasil penjualan susu. Keuntungan lainnya adalah kemudahan
peternakan untuk mendapatkan bantuan kesehatan hewan dan penyediaan obat- obatan ternak, apabila para peternak membutuhkan bantuan medis untuk
melakukan proses inseminasi buatan atau proses melahirkan. Usaha peternakan sapi perah, pada aspek manajemen dan hukum, layak
untuk dijalankan. Walaupun tidak memiliki struktur organisasi yang baku serta tidak memiliki badan hukum secara pribadi, namun usaha ini dapat dijalankan
dengan baik, dan tidak terdapat pekerjaan yang menyimpang dari tugas masing- masing tenaga kerja. Selain itu, dengan menjadi anggota KUD Giri Tani, tanpa
adanya badan hukum bagi masing-masing usaha peternakan yang ada, para peternak tetap memiliki kepastian dalam hal memasarkan susu segar kepada pihak
pembeli yakni Cimory.
6.1.4. Aspek Sosial-Ekonomi-Budaya