2.5. Tinjauan Studi Terdahulu
Penelitian mengenai pemanfaatan biogas pada usaha peternakan sapi perah telah dilakukan sebelumnya, namun antara penelitian tersebut memiliki persamaan
dan perbedaan tersendiri. Penelitian Inda Wulandari pada tahun 2007 menganalisis kelayakan
proyek instalasi biogas dalam mengelola limbah ternak sapi perah kasus di Kelurahan Kebon Pedes Bogor. Penelitian ini hanya membahas instalasi biogas
dan tidak mencakup keseluruhan usaha peternakan dan hanya dilakukan untuk satu unit instalasi biogas karena diasumsikan biaya pembuatan instalasi biogas
lainnya sama, instalasi yang dibangun merupakan skala rumah tangga. Penelitian ini menganalisis kelayakan secara finansial dan non finansial. Pada kelayakan
finansial didapatkan hasil untuk instalasi biogas kapasitas 3,5 m
3
, dengan tingkat diskonto 16 persen menunjukkan bahwa nilai NPV positif sebesar Rp.
10.797.029,96, Net BC Ratio sebesar 1,41, nilai IRR sebesar 24,71 persen dan Payback Period
selama 10,5 tahun. Hasil analisis switching value dengan tingkat diskonto 16 persen menunjukkan bahwa proyek tidak layak jika terjadi penurunan
penjualan sebesar 3 persen dan peningkatan biaya variabel sebesar 5 persen. Muzayin 2008, melakukan analisis terhadap kelayakan usaha instalasi
biogas dalam mengelola limbah ternak sapi potong PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur. Penelitian ini hanya membahas mengenai instalasi biogas yang
dikonversi ke energi listrik dan tidak mencakup keseluruhan usaha peternakan dan hanya dilakukan untuk satu unit pembangkit listrik biogas, karena diasumsikan
biaya pembuatan instalasi pembangkit listrik biogas lainnya sama. Instalasi pembangkit listrik biogas ini dibangun untuk skala industri dan digunakan untuk
kebutuhan pengganti sumber energi listrik di PT. Widodo Makmur Perkasa dan industri sekitar lokasi. Analisis kelayakan usaha ini dilakukan secara finansial dan
non finansial. Berdasarkan analisis secara non finansial, usaha ini layak untuk dijalankan. Sedangkan berdasarkan perhitungan secara finansial, didapatkan hasil
bahwa proyek instalasi biogas dengan populasi sapi minimal 5000 ekor dengan tingkat diskonto 9 persen menunjukkan nilai NPV positif sebesar
Rp.11.401.465.948, nilai Net BC sebesar 2,727, nilai IRR yang diperoleh sebesar 19 persen dan payback period selama 3,048 tahun. Hasil analisis sensitivitas
menunjukkan bahwa proyek instalasi biogas tidak layak untuk dilaksanakan jika terjadi penurunan jumlah output feces sebesar 10 persen disertai dengan
penurunan captive market sebesar 10 persen dan kenaikan biaya tetap sebesar 20 persen. Pada kondisi penurunan captive market sebesar 10 persen disertai
kenaikan biaya tetap sebesar 20 persen dan kenaikan biaya variabel sebesar 20 persen usaha masih layak untuk dilaksanakan.
Penelitian yang dilaksanakan Yosi Kumala Santi Siregar pada tahun 2009, menganalisis mengenai kelayakan pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan
limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos studi kasus : UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB. Penelitian ini difokuskan kepada kelayakan
usaha peternakan sapi perah yang fokus utamanya adalah susu segar, sedangkan limbahnya digunakan untuk menghasilkan biogas dan pupuk organik atau pupuk
kompos. Instalasi biogas pada UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan bertipe Fixed Dome
. UPP Darul Fallah memiliki kapasitas 18 m
3
yang dirancang untuk 10 ekor sapi, sedangkan Fakultas Peternakan memiliki kapasitas 32 m
3
yang dirancang untuk 20 ekor sapi.
Tingkat kelayakan usaha peternakan Darul Fallah dan Fakultas Peternakan IPB dilakukan melalui analisis secara non finansial dan finansial. Berdasarkan
aspek non finansial pengusahaan tersebut layak dan menguntungkan untuk dijalankan oleh kedua perusahaan. Berdasarkan aspek finansial dengan
menggunakan discount rate sebesar 8,75 persen, usaha peternakan UPP Darul Fallah memperoleh NPV sebesar Rp.202.456.789,33, Net BC 1,74, IRR sebesar
26,13 persen dan payback period selama lima tahun sepuluh bulan tujuh belas hari. Hasil analisis switching value diketahui bahwa sebesar 17,46 persen
merupakan usaha yang paling sensitif terhadap perubahan jumlah produksi. Batas maksimal perubahan harga jual adalah sebesar 25,08 persen. Kenaikan biaya
operasional tidak memberikan pengaruh besar pada usaha. Jenis pengusahaan yang paling memberikan keuntungan adalah usaha peternakan sapi perah pada
Fakultas Peternakan. Hal ini terlihat dari nilai NPV usaha peternakan Fakultas Peternakan NPV UPP Darul fallah.
Nia Rosiana pada tahun 2008 melakukan analisis mengenai kelayakan dari usaha pengembangan akar wangi dengan memperhatikan kondisi risiko yang
mempengaruhi usaha tersebut. Fokus utama dari penelitian ini adalah usaha akarwangi dengan usaha penyulingan akar wangi. Usaha akarwangi bergerak pada
proses budidaya akarwangi, sedangkan usaha penyulingan merupakan usaha yang bergerak di bidang pengolahan akar wangi, yakni dengan melakukan penyulingan
terhadap hasil produksi akar wangi yang dihasilkan. Tingkat kelayakan usaha akarwangi dianalisis melalui dua pendekatan
yakni analisis finansial serta non finansial, dimana pada analisis finansial dilakukan perhitungan terhadap risiko yang dialami petani akarwangi selama
jalannya umur usaha. Berdasarkan perhitungan aspek finansial pada kondisi tanpa risiko, didapatkan hasil bahwa usaha budidaya akarwangi memiliki nilai NPV
pada kondisi normal mencapai Rp.1.394.179; IRR 13 ; Net BC 1,08 serta payback period
selama 2 tahun 5 bulan, sehingga menyatakan bahwa usaha budidaya akarwangi pada kondisi tanpa risiko layak untuk dijalankan.
Kelayakan budidaya akarwangi pada kondisi risiko, diperhitungkan berdasarkan nilai kriteria investasi pada masing-masing kondisi skenario. NPV
terbesar berada pada kondisi produksi dan harga output tertinggi mencapai Rp. 38.512.313. NPV terendah berada pada kondisi produksi dan harga output
terendah yang mencapai -Rp. 35.259.949. Selain itu, IRR tertinggi terdapat pada kondisi produksi dan harga output tertinggi sebesar 202 dan IRR terendah
berada pada kondisi produksi terendah yaitu sebesar -19 . Net BC tertinggi berada pada kondisi produksi dan harga output tertinggi
yaitu sebesar 6,20 dan Net BC terendah berada pada kondisi produksi dan harga output terendah yaitu 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan budidaya
pada kondisi risiko tidak layak untuk dijalankan. Payback periode tercepat ketika berada pada kondisi produksi dan harga output tertinggi yaitu 1 tahun 2 bulan.
Penilaian risiko dalam investasi diukur dengan tiga hal yaitu NPV yang diharapkan, standar deviasi, dan koefisien variasi. NPV yang diharapkan dari
ketiga kondisi yang paling tinggi adalah NPV yang diharapkan pada kondisi produksi dan harga output yaitu sebesar Rp. 2.220.063 selama umur proyek.
Standar deviasi yang paling tinggi yaitu pada kondisi risiko produksi dan harga output yaitu sebesar 22.427.661 selama umur proyek. Koefisien variasi paling
tinggi berada pada kondisi risiko harga output yaitu 31,02. Berdasarkan ketiga
jenis risiko yang memiliki tingkat risiko paling rendah yaitu ketika kegiatan budidaya akarwangi dihadapkan pada risiko produksi.
Analisis kelayakan penyulingan akarwangi pada kondisi tanpa risiko menghasilkan NPV pada kondisi normal mencapai Rp.1.030.118.304. IRR pada
kondisi normal mencapai 99 ; Net BC pada kondisi normal mencapai 4,98, serta payback period yaitu 3 tahun 6 bulan. Pada kondisi risiko nilai NPV terbesar
berada pada kondisi produksi dan harga output tertinggi yang mencapai Rp.5.444.740.425. NPV terendah berada pada kondisi produksi dan harga output
terendah yang mencapai -Rp.6.542.335.597. Net BC tertinggi berada pada kondisi normal yaitu sebesar 4,9. Net BC terendah berada pada kondisi produksi
terendah dan kondisi produksi dan harga output terendah yaitu 0. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan penyulingan tidak layak untuk dijalankan.
Payback periode tercepat ketika berada pada kondisi harga output tertinggi yaitu
satu tahun sembilan bulan. Penilaian risiko pada penyulingan akar wangi diukur dengan tiga hal yaitu
yang pertama adalah NPV yang diharapkan dimana dari ketiga jenis risiko yang paling tinggi adalah NPV yang diharapkan pada risiko harga output yaitu sebesar
Rp. 1.033.605.013 selama umur proyek. Kedua adalah pengukuran standar deviasi, dimana nilai paling tinggi yaitu pada kondisi risiko produksi dan harga
output yaitu sebesar 3.382.306.905 selama umur proyek. Ketiga adalah koefisien variasi. Koefisien variasi paling tinggi berada pada kondisi risiko produksi dan
harga output yaitu 14,81. Semakin besar nilai koefisien variasi maka semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi. Jadi, dari ketiga jenis risiko yang memiliki
tingkat risiko paling rendah yaitu ketika kegiatan penyulingan akarwangi dihadapkan pada risiko harga output.
Berdasarkan penelitian terdahulu, penulis menggunakan beberapa komponen yang terdapat pada penelitian tersebut untuk digunakan pada penelitian
ini. Pada penelitian yang dilaksanakan oleh Wulandari 2007, penulis menggunakan informasi mengenai usaha peternakan sapi perah, dimana pada
usaha tersebut terdapat pembagian skala usaha, baik skala usaha kecil, menengah, dan besar. Sementara, pada penelitian yang dilaksanakan oleh Muzayin 2008
dan Siregar 2009 peneliti menggunakan konsep dan informasi mengenai
pemanfaatan limbah ternak sapi perah untuk menghasilkan biogas yang dianalisis secara finansial sedangkan analisis mengenai risiko yang dihitung dengan
menggunakan analisis skenario diacu penulis dari penelitian yang dilaksanakan oleh Rosiana 2008 guna mengetahui tiga kondisi skenario yang terjadi pada
lokasi penelitian.
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis