Bak Pen Tahapa Aspek Teknis

kompor k reaktor me Lim kotoran te secara ko ternak ser 40 hari. 1. Pip Pada kedalam r waktu, sek pada awal khusus untu enuju bak p mbah bioga ernak dimas ontinu setia rta penyimp pa Reaktor saat pertam reaktor tida kitar 5 -14 h l pengguna uk biogas. penampung s Gambar 1 as akan dih sukkan keda ap harinya. panan kotor 2. Sal Gambar 1 ma kali rea ak dapat me hari untuk m aan reaktor, Sedangkan sludge Gam

17. Bak Pen

hasilkan set alam reakto Hal ini d ran tersebut luran Pipa

18. Tahapa

aktor bioga enghasilkan menghasilka mayoritas n untuk slu mbar 17. nampung S telah 40 ha or. Setelah, disebabkan, t di dalam r 3. S an Aliran B as digunaka n biogas se an biogas p gas yang t udge , dialir Sludge ari sejak pe 40 hari lim masa peng reaktor berl Selang Gas Biogas an, input ya ecara langsu pertama. Ha terbentuk a rkan keluar rtama kali mbah akan k golahan ko langsung se 4.Kom ang dimasu ung. Dibutu al ini diseba adalah CO 2 r dari input keluar otoran elama mpor ukkan uhkan abkan, . Gas awal ini perlu dikeluarkan lebih dahulu dari biogas pada dua minggu pertama. Namun, setelah itu gas yang terbentuk adalah gas metan yaitu CH 4 yang dapat digunakan sebagai biogas. Tahapan selanjutnya, gas yang dihasilkan akan kontinu seiring dengan pemasukan input kedalam reaktor. Tahapan aliran biogas dapat dilihat pada Gambar 18. 4. Lokasi Usaha Peternakan sapi perah penerima bantuan reaktor skala 7 m 3 terdapat di Kecamatan Cisarua dan Megamendung, Kabupaten Bogor. Para peternak memiliki berbagai alasan untuk mendirikan usaha di lokasi tersebut, diantaranya adalah : a Lokasi usaha peternakan Lokasi usaha peternakan turut mempengaruhi jumlah produksi susu yang dihasilkan. Apabila lingkungan fisik dan iklim suatu daerah sesuai dengan habitat asalnya dan sapi diberi pakan berkualitas, maka sapi tersebut akan menampilkan semua sifat yang dimiliki secara maksimal. Suhu lingkungan yang tinggi akan menurunkan nafsu makan dan mengurangi konsumsi pakan seekor sapi perah sehingga menghambat produksi susu. Sapi perah yang berasal dari daerah iklim sedang berproduksi maksimal pada suhu lingkungan antara 1,1-15,5ºC tapi masih dapat berproduksi dengan baik pada kisaran 5- 21ºC apabila suhu melebihi 21ºC, sapi akan mengalami kesulitan adaptasi dan akan menunjukkan gejala penurunan produksi susu. Jika sapi tersebut diternakkan di daerah tropis dengan suhu lingkungan rata-rata di atas 23ºC, maka produksi susu yang dicapai tidak sebanyak produksi susu di daerah asalnya 9 . Kecamatan Cisarua dan Megamendung memiliki suhu rata 22 ºC, suhu ini relatif lebih tinggi dibandingkan suhu tempat sapi FH berasal. Sehingga, jumlah produksi susu yang dihasilkan tidak mencapai titik maksimal. Jumlah produksi susu yang dapat dicapai di negara asal rata-rata mencapai 21,4 liter per ekor per hari, sementara jumlah susu yang mampu dihasilkan peternak sapi perah skala besar rata-rata sebesar 10 liter per ekor per hari. Namun, dikarenakan sapi FH merupakan jenis sapi yang mampu beradaptasi, jumlah 9 Tawaf R. 2010. Sapi Perah Fries Holland http:duniasapi.com [7 April 2010] produksi tersebut dapat ditingkatkan peternak dengan meningkatkan kualitas pakan. b Akses menuju lokasi Para peternak memilih lokasi di Kecamatan Cisarua dan Megamendung, dikarenakan akses menuju ke lokasi tersebut mudah dijangkau. Dengan jalan utama yang telah beraspal dan akses kendaraan umum yang mudah didapat, seperti ojek untuk jalur yang lebih sempit dan angkutan umum untuk melalui jalur yang lebih lebar, memudahkan para peternak atau pihak terkait untuk menuju lokasi peternakan atau melakukan mobilisasi ke berbagai wilayah lainnya. Selain itu, Kecamatan Cisarua dan Megamendung merupakan kawasan peternakan, sehingga para peternak dapat secara langsung berinteraksi dengan para peternak lainnya, baik secara personal ataupun melalui kelompok ternak yang ada di wilayah tersebut, untuk saling bertukar pikiran dan informasi mengenai usaha peternakan mereka. Berada di suatu kawasan peternakan pun, menjadikan para peternak dapat terhindar ataupun mengurangi protes warga yang berada di lingkungan perumahan atau pemukiman lain diluar kawasan peternakan yang biasanya diakibatkan oleh pencemaran yang berasal dari limbah peternakan. Lokasi peternakan yang berada di Kecamatan Cisarua dan Megamendung, berada di dekat tempat tinggal para peternak, yang jaraknya kurang lebih 100 meter, sehingga memudahkan peternak untuk melakukan aktivitas di kandang ternak. c Letak pasar yang dituju Pasar dari susu yang dihasilkan usaha peternakan anggota KUD Giri Tani adalah PT. Cisarua Mountain Dairy Cimory yang letaknya kurang lebih 5 Km dari KUD Giri Tani. Susu yang dihasilkan tiap peternakan dikumpulkan di KUD Giri Tani yang berjarak kurang lebih 200-300 meter dari lokasi peternakan. Namun, khusus untuk peternakan yang letaknya jauh dari KUD Giri Tani, pengumpulan susu dilakukan dengan cara penjemputan yang dilakukan oleh KUD dengan menggunakan mobil bak terbuka, setelah itu baru lah susu yang terkumpul di bawa ke Cimory. Khusus untuk peternak yang berada di Desa Tugu Selatan dan Desa Cipayung susu yang dihasilkan pada awalnya dikumpulkan terlebih dahulu di masing- masing kelompok peternak yang berada di wilayahnya, yaitu Kelompok Peternak Tirta Kencana yang berada di Desa Tugu Selatan dan Kelompok Peternak Mekar Jaya yang berada di Desa Cipayung. Rata-rata jarak antara lokasi usaha peternakan dengan masing-masing kelompok ternak adalah 200- 300 meter. Setelah itu, mobil bak lain dari KUD Giri Tani akan mengambil susu dari Kelompok Tirta Kencana untuk langsung di antarkan ke Cimory yang jaraknya kurang lebih 7 Km. Sedangkan, untuk Kelompok Mekar Jaya pengantaran susu ke Cimory dilakukan secara langsung dengan menggunakan mobil bak terbuka yang dimiliki oleh kelompok tersebut. Jarak antara Kelompok Mekar Jaya ke Cimory tergolong lebih dekat dibandingkan dengan kelompok lainnya, yaitu sekitar 2-3 kilometer. Letak pasar tersebut dapat dijangkau dengan mudah oleh KUD Giri Tani dan jaraknya relatif dekat, sehingga proses pemasaran dapat dilakukan dengan lancar. Namun, hal ini menjadi berbeda ketika hari libur nasional atau hari sabtu dan minggu. Kecamatan Cisarua dan Megamendung merupakan jalan utama menuju kawasan wisata Gunung Mas, Cibodas, Puncak dan sebagainya. Sehingga, pada hari-hari tersebut, jalur utama untuk memasarkan susu menjadi padat, timbul kemacetan lalu lintas dan buka tutup jalan, yang mengakibatkan pemasaran susu terhambat hingga dua jam. Dengan adanya hambatan tersebut timbul kerugian di tingkat peternak. Karena terjadi penurunan dari kualitas susu yang dipasarkan. d Letak sumber bahan baku Sumber bahan baku utama yang digunakan pada usaha peternakan seperti, pakan berupa mineral, ampas tahu, dan konsentrat, relatif mudah untuk didapatkan. Rata-rata peternak membeli bahan baku tersebut dari KUD Giri Tani. Bagi peternak yang memiliki lokasi peternakan dengan jarak yang dekat dengan KUD, pembelian bahan baku dilakukan secara langsung di kantor KUD. Namun, peternak yang lokasinya relatif jauh dari kantor KUD, pembelian bahan baku dilakukan dengan cara memesan bahan baku yang dibutuhkan melalui kelompok peternak di wilayah masing-masing. Kemudian masing-masing kelompok peternak tersebut yang akan mengambil bahan baku ke KUD Giri Tani. Sedangkan, untuk pakan berupa rumput, rata-rata peternak membeli kepada pedagang rumput yang berada di dekat lokasi usaha peternakan ataupun mengambilnya secara langsung dari gunung atau lahan yang tidak terpakai. Jarak dari sumber pakan ini bervariasi dari dua hingga lima kilometer. e Sarana dan prasarana Sarana dan prasarana yang ada, dimiliki peternak untuk mendukung kelancaran usaha peternakan yang dijalankan, sarana dan prasarana tersebut antara lain adalah: 1 Layout kandang Kandang sapi perah terletak di samping rumah peternak yang memiliki jarak kurang lebih 100 m. Pemilihan lokasi kandang tersebut, disebabkan lahan yang dimiliki oleh peternak adalah lahan pekarangan rumah yang belum termanfaatkan ataupun lahan yang sejak awal memang telah digunakan untuk peternakan. Layout kandang Gambar 19 yang dimiliki peternak adalah kandang model ganda berlawanan dengan luas rata-rata 200 m. Kandang model ini memiliki atap yang menutup yang terbuat dari genteng untuk menimbulkan rasa sejuk bagi ternak. Tempat makanan terdiri dari dua blok yang berada di masing- masing sisi yang saling berlawanan, sehingga di bagian tengahnya terdapat jalan keluar masuk untuk sapi atau peternak. Antara tempat makan dan jalan tersebut terdapat parit yang digunakan sebagai saluran air. Tipe kandang dari peternakan sapi perah skala besar rata-rata adalah kandang dengan jenis terbuka, dimana di bagian sisi samping setiap sudut kandang tidak dibangun secara menyeluruh, melainkan hanya dibangun sepertiganya. Sehingga, sirkulasi udara yang keluar dan masuk peternakan menjadi lebih lancar, sinar matahari mampu masuk secara langsung kedalam kandang serta suhu kandang menjadi lebih rendah dan sejuk. Gambar 19. Kandang 2 Layout reaktor Reaktor biogas terletak di bagian samping atau belakang kandang, dengan jarak 50-100 meter dari kandang. Penempatan reaktor di lokasi tersebut, bertujuan untuk memudahkan dalam pemasukan input ke dalam reaktor, berupa kotoran ternak, yang berasal dari kandang. Gambar 20 merupakan layout reaktor biogas skala 7 m 3 . Gambar 20. Layout Reaktor Biogas Skala 7 m 3 Sumber : www.agribisnis.deptan.go.id Reaktor dengan skala 7 m 3 dibangun dengan cara membuat sumur digester Gambar 21 yang digunakan sebagai tempat fermentasi bahan-bahan organik. Sumur ini ditimbun di dalam tanah, dan sisi yang terlihat di atas permukaan tanah adalah bagian sisi atas kubah nya saja. Posisi reaktor biogas dibuat dengan posisi lebih rendah dari kandang yang bertujuan untuk memudahkan aliran kotoran ternak masuk kedalam reaktor. Gambar 21. Sumur Digester Diameter dari reaktor skala 7 m 3 adalah 200 cm dengan tinggi 250 cm. Sedangkan ketebalan dari reaktor ini mencapai 5-8 mm. Reaktor ini terbuat dari bahan fiber glass yucalak type 235 berwarna biru langit. Selain sumur digester untuk menghasilkan biogas, reaktor ini juga dilengkapi dengan saluran pemasukan yang terbuat dari bata yang diplester, dengan lebar antara 20-30 centimeter. Kedalaman dari saluran pemasukan ini disesuaikan dengan kemiringan kotoran ternak yang akan masuk kedalam sumur digester, sehingga kotoran tersebut dapat mengalir dengan lancar masuk kedalam sumur digester. Saluran bak penampung limbah sludge juga dibuat untuk menampung limbah berupa lumpur yang dihasilkan dari proses fermentasi anaerobik kotoran ternak menjadi biogas. Limbah ini berada diantara fase cair dan padat. Bak penampung limbah ini berukuran 1x1x1 meter dan dibuat dengan bahan dasar batu bata yang diplester dengan jarak sekitar 20 cm dari sumur digester. Pada bagian atas kubah reaktor terpasang kran gas kontrol di salah satu pipa paralonnya, yang berfungsi untuk mengatur volume biogas yang akan dialirkan. Sedangkan pipa kedua disambungkan dengan pipa lainnya dan diarahkan menuju tempat kompor biogas, untuk mengalirkan biogas yang diproduksi. Sementara itu, pada bagian ujung pipa yang terletak di kompor dipasangkan kran gas dan klem Gambar 22. Pipa Sambungan Kran Pengontrol Gas Gambar 22. Pipa pada Kubah Reaktor 3 Tenaga listrik dan air Tenaga listrik yang dibutuhkan untuk kegiatan usaha peternakan, seperti penerangan kandang didapatkan dari sambungan listrik rumah peternak yang letaknya dekat dengan kandang. Sedangkan, kebutuhan akan air didapatkan peternak dari sumber mata air pegunungan yang didapatkan dengan cara mengalirkan air tersebut melalui pipa-pipa yang dipasangkan tiap peternak dari aliran mata air menuju sungai hingga ke kandang ternak. Penggunaan air gunung ini tidak mengeluarkan biaya, sehingga dapat mengurangi penggunaan biaya operasional. Selain dari aliran mata air, sumber air dipenuhi dari sumber air tanah dengan menggunakan bantuan pompa jet pump. Dimana pompa ini juga membutuhkan tenaga listrik yang dipenuhi dari suplai listrik rumah tangga setiap peternak. 4 Suplai tenaga kerja Suplai tenaga kerja berasal dari masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi peternakan, yakni yang terdapat di Kecamatan Cisarua ataupun Megamendung. Kemudahan untuk memperoleh suplai tenaga kerja tersebut memberikan keuntungan tersendiri bagi para peternak, karena dapat mengurangi biaya tambahan untuk melakukan pencarian tenaga kerja. 5 Transportasi Transportasi yang dibutuhkan oleh peternak adalah untuk pemasaran susu, pengadaan pakan seperti pencarian rumput ataupun pembelian mineral, ampas tahu, serta konsentrat disediakan oleh KUD Giri Tani, sehingga para peternak dalam memasarkan susu hanya membayar biaya pengiriman sebesar Rp 250,00 per kilogram yang dibayarkan langsung ke KUD Giri Tani setiap bulannya setelah produksi susu yang dihasilkan oleh setiap peternak dibayarkan oleh Cimory melalui KUD Giri Tani. Sementara itu, transportasi dalam penyediaan pakan, termasuk kedalam harga jual yang telah ditetapkan oleh KUD. 5. Produksi Pengawasan Kualitas produk Produksi susu yang dihasilkan tiap peternakan berbeda, tergantung kepada jumlah ternak laktasi yang dimiliki. Rata-rata dalam sehari satu ekor sapi mampu menghasilkan 10 L susu segar, dan jika dijumlahkan rata-rata peternak yang memiliki 21 ekor sapi betina yang telah laktasi, mampu menghasilkan 210 L susu segar setiap harinya. Jumlah susu serta kualitas dari susu yang dihasilkan setiap laktasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : 1 Kualitas Pakan Kualitas pakan yang dikonsumsi oleh ternak mempengaruhi kualitas susu yang dihasilkan. Apabila pakan yang dikonsumsi merupakan pakan yang memiliki kualitas baik, maka susu yang akan dihasilkan juga memiliki kualitas yang baik. Sebaliknya, apabila pakan yang diberikan memiliki kualitas yang rendah, seperti ampas tahu yang busuk ataupun konsentrat yang tercampur dengan pasir, akan menurunkan kualitas dari susu yang dihasilkan. Pakan yang digunakan oleh para peternak merupakan pakan dengan kualitas yang relatif baik. Peternak hanya memilih pakan yang sesuai kualitasnya untuk tiap ternak. Namun, terdapat pula situasi dimana pakan konsentrat yang dibeli oleh peternak memiliki kandungan pasir didalamnya. Apabila itu terjadi, peternak akan menukar dan memilih pakan yang tidak memiliki kandungan pasir di dalamnya, agar penurunan kualitas dari susu yang dihasilkan dapat dihindari. 2 Cuaca Keadaan cuaca mempengaruhi jumlah susu yang dihasilkan tiap ternak. produksi susu paling banyak terjadi antara perpindahan musim panas ke musim dingin, yakni rata-rata susu yang dihasilkan mencapai lebih 10 L per hari. Namun, pada kondisi musim dingin tiba dengan curah hujan tinggi, jumlah produksi susu yang dihasilkan oleh tiap ternak mengalami penurunan, yakni kurang dari 10 L per hari. Sementara itu, pada musim panas jumlah produksi susu yang dihasilkan relatif stabil, yakni rata-rata sebesar 10 L per hari per ternak. 3 Kebersihan Kebersihan akan sapi dan kandang sangat mempengaruhi kualitas susu yang dihasilkan. Sebelum pemerahan dilakukan, kondisi kandang dan sapi harus dalam keadaan bersih, yakni kandang dibersihkan dari kotoran ternak yang ada dan ambing sapi harus dibersihkan terlebih dahulu dengan air hangat. Hal ini bertujuan untuk menghindari masuknya kotoran atau bakteri lainnya ke dalam susu, karena adanya kotoran yang ikut tercampur di dalam susu segar yang diproduksi akan mempengaruhi kualitas dari susu yang dihasilkan. 4 Penyakit Kondisi sapi yang sedang sakit, seperti demam dan diare, juga mempengaruhi kualitas susu dan jumlah produksi susu yang dihasilkan. Ketika keadaan tersebut terjadi maka jumlah produksi susu mengalami penurunan, hingga 2-3 liter per ekor per hari. Penurunan jumlah susu yang diproduksi ini akan mempengaruhi keseluruhan produksi susu yang akan dipasarkan sehingga akan ikut menurunkan jumlah penerimaan yang akan diterima peternak. Untuk mencegah hal tersebut, perlu adanya perawatan terhadap sapi, yakni dengan memperhatikan kualitas pakan yang akan diberikan ke ternak setiap harinya serta memperhatikan kebersihan kandang untuk mencegah penyakit demam dan juga diare yang disebabkan oleh kuman dan bakteri yang terdapat pada kotoran. Selain menghasilkan produk utama berupa susu segar, usaha peternakan sapi perah juga menghasilkan produk sampingan berupa biogas. Produksi biogas yang dapat dihasilkan oleh setiap 1 m 3 reaktor adalah setara dengan 0,46 kg gas elpiji perharinya. Maka, peternak skala besar yang memiliki reaktor biogas dengan skala 7 m 3 mampu menghasilkan sekitar 3,22 kg biogas setiap harinya atau setara dengan penggunaan gas selama kurang lebih sembilan jam. Dalam satu tahun jumlah produksi biogas yang dihasilkan sebesar 1.159 kg. Tinggi rendahnya jumlah biogas yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah : 1 Bahan Organik Jenis bahan organik yang digunakan sebagai bahan baku turut mempengaruhi jumlah biogas yang akan dihasilkan. Bahan organik yang biasa digunakan sebagai bahan baku dalam biogas antara lain berupa limbah pertanian, peternakan dan sampah organik. Berdasarkan ketiga jenis tersebut, limbah peternakan merupakan salah satu komponen yang mampu menghasilkan biogas dengan jumlah tinggi, salah satunya adalah sapi perah. Hal ini disebabkan oleh jumlah kotoran yang dihasilkan dari sapi perah itu sendiri, yang dalam satu harinya mampu menghasilkan rata-rata 30 kg. Sedangkan, untuk limbah yang lain jumlah limbah yang dapat dihasilkan lebih rendah Tabel 4. 2 Imbangan CN Komposisi utama dari biogas salah satunya adalah Carbon dan Nitrogen. Kedua komponen tersebut harus dalam perbandingan yang sesuai agar dapat menghasilkan biogas secara optimal. Imbangan atau perbandingan yang sesuai untuk menghasilkan biogas adalah 25 – 30 , jika perbadingan keduanya kurang dari atau lebih dari komposisi tersebut, maka biogas yang dihasilkan akan berada pada titik di bawah kondisi optimal rata-rata, yakni menghasilkan 0,46 kg dalam setiap 1 m 3 . 3 Derajat Keasaman Derajat keasaman merupakan salah satu faktor penting yang juga mempengaruhi jumlah biogas yang dihasilkan, kondisi ini dipengaruhi dari input yang digunakan. Tingkat keasamaan yang sesuai adalah pada pH netral, yakni kondisi antara 6.5 – 7.5. Dengan pH netral, komposisi biogas yang terbentuk akan berada pada kondisi optimal Tabel 7. Tabel 7. Komposisi Biogas dari Proses Biologis Sumber : Widodo, dkk 2006 Berdasarkan tabel tersebut, komposisi biogas yang dihasilkan dari proses biologis dengan kondisi pH netral, terdiri dari CH 4 sebanyak 77,13 , CO 2 sebanyak 20,88, H 2 S sebanyak 1.544,46 mgm 3 , serta NH 3 dengan total 40,12 mgm 3 . 4 Temperatur Tinggi rendahnya jumlah biogas yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh temperatur yang ada di lokasi reaktor biogas. Temperatur ini harus dalam keadaan stabil atau dalam artian tidak terjadi perubahan temperatur selama proses biologis berlangsung di dalam reaktor. 5 Zat Tosik Bahan baku yang dimasukkan sebagai imput kedalam reaktor biogas harus bebas dari zat tosik yang mungkin tercampur disaat proses pembersihan kandang berlangsung. Zat tosik ini antara lain berupa pestisida, detergen, dan kaporit. Adanya zat tosik ini akan mempengaruhi kualitas biogas yang dihasilkan. 6 Loading Rate Untuk menghasilkan biogas dalam jumlah konstan setiap harinya, peternak perlu melakukan pengisian bahan organik secara kontinu setiap hari dengan memperhitungkan waktu tinggal kotoran di dalam reaktor dan volume reaktor. Volume reaktor Waktu tinggal Volume reaktor dihitung berdasarkan skala biogas dari setiap peternak. Reaktor biogas skala 7 m 3 memiliki volume reaktor setara dengan 15 ekor sapi atau 450 kg kotoran. Waktu tinggal rata-rata kotoran di dalam biogas adalah selama 40 Uraian Jumlah - CH 4 , 77,13 - CO 2 , 20,88 - H 2 S, mg m 3 1544,46 - NH 3 , mg m 3 40,12 hari hingga dapat menghasilkan limbah. Maka, berdasarkan nilai tersebut, loading rate dari biogas adalah 450 kg40 hari yaitu sama dengan 11,25 kghari. Maka, untuk menghasilkan secara kontinu, kotoran yang harus dimasukkan minimal 11,25 kghari setelah pengisian awal secara maksimal dilakukan. Jika kurang dari jumlah tersebut, maka jumlah biogas yang dihasilkan akan tidak kontinu. 7 Pengadukan Untuk menghomogenkan bahan baku yang masuk ke dalam reaktor untuk selanjutnya diolah melalui proses biologis, perlu dilakukan pengadukan bahan baku sebelum dimasukkan ke dalam reaktor maupun di dalam reaktor. Pengadukan ini akan mengoptimalkan komposisi biogas yang dihasilkan, karema komposisi dari bahan baku yang dibutuhkan telah tercampur secara merata terlebih dahulu. Pada peternakan sapi perah skala besar, pengadukan ini tidak dilakukan secara kontinu. Peternak hanya memasukkan kotoran secara langsung kedalam saluran yang mengalir ke lubang penampung. Pengadukan dilakukan secara tidak langsung ketika kotoran dibersihkan dari kandang peternakan. 8 Starter Untuk mempercepat proses perombakan atau proses biologis yang terjadi di dalam reaktor biogas, peternak dapat menambahkan starter berupa mikroorganima. Namun, pada peternak skala besar, hal ini tidak dilakukan. Starter yang digunakan secara alami berada di dalam bahan baku yang digunakan, yakni di dalam kotoran ternak yang dihasilkan sapi perah. 9 Waktu Retensi Kotoran ternak atau bahan baku yang digunakan akan berada didalam reaktor selama waktu tertentu, atau disebut sebagai waktu retensi. Waktu tinggal yang diperlukan di dalam digester berkisar antara 29-60 hari tergantung jenis bahan organik yang digunakan. Untuk bahan organik yang digunakan selama penelitian, yakni kotoran ternak, waktu retensi yang dibutuhkan adalah 40 hari. Dengan waktu yang relatif singkat tersebut, peternak dapat lebih mudah dan lebih cepat dalam menghasilkan biogas. Usaha peternakan sapi perah, juga menghasilkan limbah biogas sludge. Jumlah limbah yang dihasilkan ini sebesar 70 dari total keseluruhan kotoran ternak yang digunakan sebagai input dalam pembentukan biogas. Jenis limbah ini bersifat lumpur, antara cair dan padat. Dalam satu harinya jumlah limbah biogas yang dapat dihasilkan sebanyak 315 kg. Jumlah produksi limbah ini dipengaruhi oleh jumlah kotoran yang dimasukkan sebagai input. Semakin tinggi jumlah kotoran yang digunakan, akan semakin tinggi pula jumlah limbah yang dihasilkan. Berdasarkan analisis tersebut, dapat dikatakan bahwa secara teknis usaha peternakan sapi perah layak untuk dijalankan. Hampir di setiap kriteria pada aspek teknis, tidak terdapat kendala dan permasalahan yang menghambat jalannya usaha. Permasalahan yang mungkin timbul, seperti kualitas dan jumlah susu yang dihasilkan dapat diatasi oleh para peternak.

6.1.3. Aspek Manajemen dan Hukum