Masa Kerajaan Buton. Masa Kabupaten Buton.

29 penduduk asli Wakatobi menganut agama Islam Undang-Undang Murtabat Tujuh Kesultanan Buton 1578-1615, Saidi 2000. Kelompok masyarakat adat subjek penelitian ini adalah kelompok adat Liya, Mandati, Wanci dan Kapota terletak pada kompleks pulau Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi. Pulau-pulau dalam kompleks ini terdiri dari Pulau Wangi-Wangi dimana pada bagian utara pulau dihuni kelompok adat Wanci, sekarang meliputi 19 desa total populasi 23.500 jiwa. Bagian tengah yang membentang dari pantai timur sampai barat dihuni kelompok adat Mandati, saat ini terbagi dalam 7 desa dengan populasi 9.200 jiwa. Bagian selatan dihuni kelompok adat Liya, terdiri dari 4 desa dengan populasi 4.315 jiwa. Pulau Kapota pada bagian utara dihuni kelompok adat Kapota meliputi 4 desa dengan populasi 4.409 jiwa. Sedangkan bagian selatan Pulau kapota dihuni orang Liya meliputi 1 desa dengan populasi sekitar 400 jiwa. Pulau Kapota berada sekitar 2,5 mil laut di sebelah barat pulau Wangi-Wangi dibatasi ou laguna Mandati, bungi karang diantara laguna dan laut dalam Mandati dan olo laut dalam Kapota. Secara administraktif kelompok adat Liya, Mandati dan Kapota berada dalam Kecamatan Wangi-Wangi Selatan sedangkan kelompok adat Wanci merupakan wilayah administrasi Kecamatan Wangi-Wangi.

3.4 Sejarah Pengelolaan Kawasan

3.4.1 Masa Kerajaan Buton.

Pengelolaan wilayah pada masa kesultanan dikenal dengan istilah barata dan kadie. Barata adalah kerajaan bagian atau district besar sedangkan kadie adalah kampung atau distrik kecil Hidayat 1997 yang dibawahi langsung pemerintahan pusat kerajaan yaitu Wolio. Terdapat 72 kadie dan 4 barata. Dalam wilayah Barata terdapat juga kadie yang disebut limbo kampung bertanggung jawab pada Lakina pemimpin Barata. Di kepulauan Wakatobi terdapat Barata Kaedupa berkedudukan di Pulau Kaledupa, memiliki wilayah otonom Pulau Kaledupa, Hoga, Lente’a dan Darawa meliputi daratan pulau dan laut. Sara kadie dan sara barata diberikan 30 kewenangan oleh pemerintah kerajaan untuk mengatur pengelolaan wilayahnya masing-masing yang tidak bertentangan dengan sara kesultanan Sara Wolio. Untuk menjaga keseimbangan pemerintah pusat kerajaan dan kadie, sara kesultanan menempatkan bobato dan bonto sebagai pemimpin dalam kadie sekaligus anggota Sara Wolio. Fungsinya adalah mengepalai pemerintahan kadie dan perwakilan sara kesultanan. Beberapa kadie memiliki bonto kadie yang mengepalai urusan tertentu. Pengelolaan sumberdaya alam dalam lingkungan kadie adalah kewenangan sara kadie Saidi 2000. Setelah campur tangan Belanda atas Kesultanan Buton terjadi 1906 pembagian wilayah berubah menjadi pemerintah pusat Sara Wolio, sara barata, district dan sara kadie. District membawahi beberapa kadie Schoorl 2003.

3.4.2 Masa Kabupaten Buton.

Secara defacto kesultanan Buton bubar diawal tahun 1960, sebagian besar bekas kadie menjadi desa, gabungan beberapa kadie dan bekas barata menjadi kecamatan dari Kabupaten Buton. Di kepulauan Wakatobi terbagi menjadi dua kecamatan yakni kecamatan Wandupa gabungan distrik Wangi-Wangi dan distrik Kaledupa, kecamatan Tombino distrik Tomia dan distrik Binongko. Asal muasal penggunaan nama Wakatobi berawal dari penggabungan dua nama kesebelasan yakni kesebelasan Wandupa dan kesebelasan Tombino menjadi kesebelasan Wakatobi untuk mewakili kepulauan tersebut dalam kejuaraan sepak bola tingkat kabupaten sekitar tahun 1964 La Ode Duhudi, anggota masyarakat, komunikasi pribadi Mei 2009. Jadi nama Wakatobi bukan entitas suatu kelompok masyarakat. Sebelumnya kepulauan yang berada di jazirah tenggara Propinsi Sulawesi Tenggara tersebut dikenal dengan nama Kepulauan Tukang Besi. Tidak ada yang menduga jika dibelakang hari nama yang sebenarnya hanya dibuat untuk menyingkat penyebutan saja justru lebih populer. Akronim pulau-pulau kecil tersebut mendunia sebagai merek dagang perusahaan pariwisata Wakatobi Divers Resort dan pemerintah memperkenalkannya sebagai kawasan konservasi 31 taman nasional laut di tahun 1996. Pada tahun 2003 kepulauan tersebut menjadi daerah pemekaran Kabupaten Buton dengan menggunakan nama yang sama yakni Kabupaten Wakatobi.

3.4.3 Kepulauan Wakatobi Menjadi Taman Nasional dan Kabupaten