26 officinalis. Monitoring BTNW dan joint program TNC-WWF tahun 2006
menjelaskan kondisi mangrove sedang sampai baik. Pulau dengan mangrove terluas adalah Pulau Kaledupa, meliputi hampir seluruh garis keliling pulau. Tekanan
manusia cukup tinggi atas mangrove di Pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia. Sedangkan untuk Binongko kondisi mangrove relatif terjaga, karena status mangrove
di Binongko kebanyakan adalah hutan adat TNW 2008.
3.3 Gambaran Masyarakat
3.3.1 Demografi dan Populasi
Jumlah penduduk kabupaten Wakatobi 100 ribu jiwa BAPPEDA Wakatobi 2008. Penduduk asli kepulauan ini adalah suku Buton Hidayat 1997, meliputi
sekitar 90 ribu populasi. Selain penduduk asli, tinggal dalam kawasan ini pendatang dari suku-suku lain di Nusantara seperti suku Bajo, Bugis, Selayar, Muna dan Jawa.
3.3.2 Ekonomi dan Pangan
Dewasa ini kegiatan perikanan dan budidaya rumput laut merupakan sumber utama ekonomi. Pada masa lalu mata pencaharian tersebut tidak menjadi sumber
ekonomi, memungut hasil laut di perairan pesisir malah lebih banyak dikerjakan perempuan untuk pemenuhan konsumsi rumah tangga. Para perempuan ini mengelola
kebun jagung dan singkong di daratan serta mencari kerang, kepiting, ikan pada daerah pesisir setelah suami mereka merantau dan berlayar mencari sumber ekonomi
di daerah lain. Kombinasi pekerjaan sebagai petani, nelayan, kerajinan anyaman pandan,
merantau dan pedagang antara pulau merupakan kegiatan mayoritas masyarakat. Kegiatan pertanian umumnya budidaya tanaman pangan yakni ubikayu singkong,
kacang merah dan jagung. Masa panen tanaman ubi kayu 1 – 3 tahun, ditanam pada tanah yang berada di sela-sela batu cadas. Dalam kegiatan perikanan, alat tangkap
yang digunakan umumnya jaring, bubu, sero, pancing, jala, tombak, pengait.
27 Suku Buton adalah pelaut, mereka mengangkut dagangan dengan perahu ke
wilayah-wilayah Nusantara bagian timur. Kebiasaan merantau atau berpindah ke daerah lain seperti Maluku, Irian dan Kalimantan bermotif ekonomi karena peluang
ekonomi di kampung kurang. Migrasi musiman ke Maluku dilakukan untuk panen cengkeh Schoorl 2003.
Perdagangan antar pulau dilakukan dengan kapal-kapal rakyat yang dimiliki secara individu atau kelompok keluarga. Armada-armada dagang tersebut
mengangkut hasil bumi baik flora dan fauna dari kawasan timur Indonesia untuk diperdagangkan ke Singapura, Malaysia, Makassar dan Jawa. Dan sebaliknya
mengangkut barang-barang pabrik untuk didistribusikan di Wakatobi dan pulau-pulau kawasan timur Indonesia. Pada rantai perdagangan ini selama dekade 1980 – 2000
menjadi mata rantai suplai bahan baku bom ikan dari Singapore atau Malaysia ke Wakatobi. Dari Wakatobi bahan baku bom tersebut diperdagangkan ke pulau-pulau
di bagian timur, selatan dan tenggara Sulawesi serta Maluku, Papua, Nusa Tenggara. Dengan kondisi lahan pulau-pulau kecil yang didominasi bebatuan, sumber
pangan tidak sepenuhnya tercukupkan dari hasil bumi dalam kawasan tetapi dari kegiatan pertanian masyarakat Wakatobi yang dilakukan di pulau-pulau terdekat
seperti pulau Buton, Buru, Seram, Taliabo, Halmahera dan pulau-pulau kecil lainnya di Maluku dan Maluku Utara. Suku Bajo dengan populasi bisa mencapai 8000 dan
pendatang musiman dari Sulawesi Selatan, Kendari, Flores, Madura, Bali mendominiasi 60 penggunaan sumberdaya laut TNCWWF Joint Program
Wakatobi 2008. Sekitar 50 orang Bajo merupakan penambang batu karang yang aktif atau rutin sebagai mata pencaharian dan sekitar 170 jiwa tidak masif.
3.3.3 Sosial Budaya