Ika nu Sara Pembatasan Alat Tangkap Nelayan Luar

62 luas tidak begitu besar, tetapi dampaknya sangat penting dalam menjamin konservasi keanekaragaman hayati dan pelestarian budaya Soedjito et al 2009. Semua lokasi situs keramat homali merupakan bagian dari ZPL dalam zonasi TNW yang berarti terbuka untuk segala bentuk penggunaan peralatan tangkap tradisional ramah lingkungan. Pada lokasi homali Untu Waode aktivitas penangkapan ikan dari perairan pantai sampai daerah tubir tidak dapat dilakukan, sementara pada lokasi homali lainnya dapat dilakukan mengambil hasil laut tetapi dengan ketentuan yang dsebut mbeaka to sabaragau kita tidak boleh berbuat sembarang atau bebas,, dilarang berkata-kata yang tidak sopan dan harus bersikap berhati-hati. Pada situs Saru-Sarua yang terletak di tanjung barat laut Pulau Kapota terdapat kepercayaan bahwa jika ikan berwarna merah tertangkap pancing pada areal karang perairan Saru-Sarua merupakan sinyal musibah. Jadi ketika menangkap ikan merah nelayan bersangkutan sudah harus meninggalkan lokasi tersebut. Sinyal ikan merah menjadi stimulus bagi aksi konservasi atas jenis ikan karang berwarna merah seperti ikan kakap family Lutjanidae dan sunu Plectropomus Leopardus untuk tidak tertangkap secara berlebih atau tidak menjadi target tangkapan, yang berarti secara langsung merupakan bentuk konservasi ekosisitem karang yang merupakan tempat sosialisasi ikan merah jenis kakap atau sunu.

5.2.7 Ika nu Sara

Kelompok masyarakat adat Liya mengenal tradisi ikan nu sara ikan milik sara. Ikan-ikan yang masuk dalam kategori tersebut tidak dapat ditangkap bebas. Jika ikan tersebut tertangkap oleh nelayan, maka harus dipersembahkan sampe akone kepada sara dan pemimpin kadie. Ikan napoleon Cheilinus undulatus diserahkan kepada Meantu’u Kontabitara Kepala Sara, alu Sphyraena barracuda diserahkan kepada Meantu’u Liya Bobato Kadie atau Lakina Liya. Tradisi itu merujuk pada karnaval adat hasil kebun dan laut yang disebut sampe’a pada musim panen. Sampe’a dilaksanakan di balai adat baruga, tempat yang biasanya dipakai 63 untuk musyawarah sara. Pesertanya para petani dan nelayan. Setiap peserta berlomba membawa hasil terbaik dari laut dan kebun untuk dipersandingkan dan diperbandingkan dengan hasil peserta lainnya. Peserta yang hasilnya sedikit harus membawa semua hasil tersebut kepada peserta yang hasilnya banyak. Event ini disaksikan oleh seluruh Sara Liya dan Meantu’u Liya. Ikan-ikan yang digunakan dalam tradisi sampe’a biasanya ikan-ikan yang disebut sebagai ika nu sara, dan langsung dipersembahkan kepada pembesar kadie meantu’u konta bitara dan lakina. Ika nu sara jarang tertangkap oleh nelayan karena populasinya yang kurang dibanding ikan-ikan lainnya seperti simba Caranya sp. Nelayan tidak dapat menghindari kewajiban sampe’a mempersembahkan jika ika nu sara tertangkap alat tangkapnya tetapi karena kewajiban itu pulalah yang menyebabkan tidak seorangpun nelayan sengaja menjadikan napoleon Cheilinus undulatus dan alu Sphyraena barracuda sebagai ikan target tangkapan. Ikan napoleon sebagai ikan karang dilindungi dalam kawasan TNW karena tingkat ancaman kepunahannya tinggi TNW 2008. Aktifitas penangkapan dan budidayanya tidak diizinkan dalam kawasan TNW. Sedangkan ikan alu Spyraena barracuda adalah ikan pelagis yang berasosiasi dengan karang dan tidak dilindungi.

5.2.8 Pembatasan Alat Tangkap Nelayan Luar

Nelayan luar kadie dapat melakukan kegiatan penagkapan ikan di laut kadie dengan pembatasan alat tangkap. Nelayan luar hanya boleh menggunakan alat pancing dan tidak dibolehkan menggunakan alat tangkap yang sifatnya menguasai suatu kawasan, bertahan lama dan memungkinkan pemilik senantiasa kembali ke lokasi tersebut untuk mengelola alat tangkapnya. Dengan demikian nelayan luar kadie tidak dapat memasang bubu dan ompo dan katondo pada laut kadie. Ini membuktikan apa yang disebut Satria 2009b bahwa laut ada yang memiliki dan mengelolanya sekecil apapun tingkat pengelolaannya. Pengelolaan sumberdaya laut dengan sistem pembatasan input dari luar akan mengurangi persaingan dan konflik dalam wilayah kelola tradisional. 64 Meskipun pengertian nelayan lokal dan nelayan luar dalam sistem tradisional berbeda dengan terminologi nelayan luar dalam sistem zonasi TNW tetapi tujuan pemanfaatanya sama yakni untuk melindungi nelayan kecil. Nelayan luar dalam sistem tradisional adalah nelayan dari luar kadie sedangkan dalam sistem zonasi TNW yang dimaksud nelayan luar adalah yang tidak tinggal dalam kawasan Wakatobi atau bukan orang Wakatobi. 5.3 Pengelolaan oleh Adat dengan Pendekatan Alat Tangkap 5.3.1 Jenis Alat Tangkap