75
5.4.2 Proses Revisi Zonasi TNW
Revisi zonasi yang dsepakati Direktorat PHKA dan Pemda Kabupaten Wakatobi tahun 2007 merupakan hasil dari proses panjang mulai dari penggalian
gagasan pengelolaan TNW, monitoring dan survey sumberdaya alam, penggalian gagasan sumberdaya penting, konsultasi publik tentang pengertian dan manfaat
zonasi, konsultasi publik menata ruang zonasi, konsultasi publik tingkat nasional dan sosialisasi hasil konsultasi nasional, yang berlangsung Maret 2004 – Desember 2006.
Rekaman proses, materi, aspirasi dan hasil dapat dilihat pada Tabel 5. Dari proses ini dapat dilihat bahwa masyarakat berbicara dalam sudut
pandang rasa memiliki sumberdaya alam, pengetahuan mereka akan manfaat kelestarian sumberdaya dan kepentingan hidup yang harus dilindungi. Hal ini sesuai
dengan tujuan revisi yakni untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, melindungi sumber daya penting bagi kelestarian sumberdaya hayati dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat lokal TNW 2008. Proses revisi zonasi TNW dilakukan melalui tahapan membangun presepsi
pengelolaan taman nasional, monitoring sumberdaya, pengkajian efektivitas TNW yang dilakukan tim independen dari pemerintah, LIPI dan perguruan tinggi IPB dan
Unhalu. Tahapan berikutnya adalah kompilasi hasil survey monitoring sumberdaya biofisik kawasan dengan informasi dari pengalaman masyarakat yang menghasilkan
peta lokasi sumberdaya hayati penting dan peta lokasi pemanfaatan kawasan resource use. Informasi dari masyarakat tentang lokasi penting yang mereka ketahui
berdasarkan pengalaman mereka dan lokasi pemanfaatan sumberdaya yang mencakup jenis pemanfaatan, pihak yang memanfaatkan didapatkan melalui dua kegiatan yakni
monitoring langsung di laut dan diskusi mulai dari rumah, kelompok, kampung, desa, kecamatan, pulau dan kabupaten fokus mulai tahun 2005 – 2007. Peta sumberdaya
penting dan lokasi pemanfaatan kemudian dikembalikan kedalam diskusi masyarakat mulai dari rumah, kelompok, kampung, desa, kecamatan, pulau dan kabupaten untuk
mengkonsultasikan mana dari informasi dalam peta yang menurut masyarakat penting untuk dilindungi.
76 Tabel 5 : Proses Revisi Zonasi TNW
Waktu dan Tempat
Proses Materi Peserta Aspirasi
Hasil
Maret 2004 - Juli 2004, 5
kecamatan, 64 desa se
Wakatobi, pada sekitar
190 titik tempat
diskusi
Diskusi kampung Pengelolaan
kawasan dengan alat bantu lembar
jurnal diskusi Kelompok-kelompok
masyarakat dalam unit kelompok lingkungan
perumahan, dusun peserta mulai dari 2 -
5 orang tiap tempat Masyarakat lebih
duluanturun temutun mengelola kawasan,
pemerintah berantasa bom, bius.
Jurnal pertemuan kampung berisi gambaran isu dominan
dalam mayarakat kawasan dan informasi pihak
individu yang selalu dominan dalam diskusi setiap
kampong
Tidak mengetahui zonasi, tidak mengetahui
pengelolaan taman nasional tetapi mengenal jagawana
polhut, mayoritas masyarakat tidak bisa
membedakan taman nasional, perusahaan
pariwisata laut PMA yang beroperasi di pulau Tomia
bersamaan dengan pembentukan TNW tahun
1996 dan Operation Wallace di pulau Hoga
List name tokoh kampung untuk diskusi tingkat desa
Agustus - Desember
2004 FGD pengguna
sumber daya di 64 desa
Pengguna sumber daya, jenis
penggunaan, lokasi dan hasil
yang diperoleh 4 - 8 nelayan,
pemerintah desa Peningkatan hasil, bantuan
permodalan, peningkatan kapasitas
Data pengguna sumber daya laut 64 desa, wilayah
tangkap, jenis alat
77
List name berdasarkan penggunaan sumber daya
laut untuk diskusi tingkat desa
Pelibatan kelompoklembaga-
lembaga kampung Penyebarluasan
pengelolaan kawasan,
pelestarian terumbu karang
melalui kegiatan sekolah,
kelompok nelayan, papan
informasi
10 ksm di 4 pulau Perlu pengetahuan biota
yang dilindungi, kegiatan apa yang boleh dilakukan
dan tidak boleh dilakukan masyarakat
Gambaran pola berkelompok, isu yang sering
menjadi pembahasan konsen dan pengetahuan
yang perlu ditingkatkan
Pertemuan desa Isu bersama
pengelolaan sumber daya laut
di desa, Kepala desa dan
aparatnya, dan nelayan, peserta 10 -
20 orangtiap desa Petugas taman nasional
harus sering turun lapangan melakuka pengaman dan
sosialisasi kepada masyarakat, bantuan untuk
pemberdayaan nelayan, pengamanan melibatkan
masyarakat Rekomendasi untuk TN,
sistem perwakilan, daftar nama wakil desa pada
pertemuan pulau, daftar nama wakil pengamanan
kawasan dari masyarakat desa
Sistem perwakilan
pertemuan tingkat pulau,
Agenda pertemuan tingkat
pulau
78
Lokakarya pulau kecamatan
Prosentase isu-isu hasil kompilasi
dikusi kampung, FGD, hasil
monitoring survey biofisik dan
resources use kawasan dan
pengelolaan TN 3 orang tiap desa
kades, wakil pengaman, wakil
nelayan Penanggulangan bom, bius,
nelayan luar, taman nasional akan mengambil
alih hak masyarakat, zonasi tidak diperlukan,
masyarakat harus terlibat dalam pengelolaan dan
pengamanan, kegiatan pemberdayaan
Isu-isu yang akan diperjuangkan pulau pada
pertemuan tingkat kabupaten, sistem perwakilan dalam
pertemuan kabupaten terdidi dari wakil pemerintah
kecamatan, perwakilan kepala desa, perwakilan
nelayanmasyarakat biasanya langsung
menunjuk tokoh nelayan
Lokakarya kabupaten
Pembahasan isu tiap pulau,
program pemerintah
daerah dan TN Tiap pulau diwakili,
camat, polsek, TNI, 5 - 6 wakil
nelayanperempuan, wakil kepala desa 3
tiap pulau, wakil DKP pemda, Bappeda,
AL, TNW masyarakat yang datang sukarela
Pegelolaan TN perlu melibatkan masyarakat,
patroli bersama pemda, asyarakat dan TNW Revisi
zonasi sehingga tidak merugikan masyarakat,
pembentukan forum konsultasi ditiap pulau yang
beranggotakan wakil nelayan tiap desa
Perencanaan pengelolaan kolaboratif, rencana
peningkatan kapasitas wakil masyarakat nelayan, rencana
revisi zonasi, rencana patroli bersama, rekomendasi
pemberdayaan ekonomi masyarakat, rencana
pembentukan forum konsultasi ditingkat pulau
dan kabupaten
Januari 2005
Pembentukan fasilitator pulau
Kriteria fasilitator,
kerangka acuan kegiatan
2 orang pulau Binongko, 3 orang
pulau Tomia, 2 orang pulau kaledupa, 2
orang pulau Wangi- Wangi
fasilitator berasal dari warga pulau bersangkutan
Fasilitator pulau 2 orang dari Binongko, 3 orang Tomia, 2
orang Kaledupa, 2 orang Wangi-Wangi. Tugas
fasilitator memfasilitasi pertemuan-pertemuan forum
konsultasi, memasilitasi peningkatan kapasitas wakil
nelayan dalam forum konsultasi, memfasilitasi
dengan mitra peningkatakan kapasitas dari TNCWWF
79
Februari - Juli
Diskusi desa Pembentukan
forum konsutasi, kegunaan dan
tujuan 5-10 orang
Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan
Wakil desa dalam forum konsultasi
lokakarya pulau kecamatan
Pembentukan forum konsutasi
pulau, mekanisme forum
Anggota forum tingkat pulau wakil pulau dalam forum
kabupaten 4 orang nelayan Binongko, 6 nelayan
Tomia, 6 nelayan Kedupa, 6 nekayan Wangi-wangi, wakil
pemerintah kecamatan, rancangan mekanisme forum
Perception Monitoring
Penelitian sosial ekonomi, persepsi
tentang TN, pengelolaan,
pengamanan 30 KK dan 10 desa
Pengamanan kawasan oleh TN, polisi dan pemerintah
desa, peningkatan mata pencaharian,
60 mengatakan perlu pengaman intensif TN,
semua menginginkan pemerintah meningkatkan
mata pencahrian masyarakat, memahami manfaat
pelestarian tetapi sulit berperan langsung.
Agustus - Desember
2005 Pertemuan Regular
Forum Konsultasi kabupaten
pembuatan mekanisme
forum, agenda kegiatan
35 orang wakil nelayan, pemerintah
Pelatihan-pelaihan peningkatan kapasitas,
revisi zonasi forum harus berperan, SK legitimasi
anggota forum dari TNW Mekanisme forum, kegiatan
forum dalam mebingkatkan kapasitas nelayan,
mendorong pengelolaan kolaborasi, revisi zonasi
yang melibatkan masyarakat, pertemuan regular forum
pulau 3 bulan 1 kali, forum kabupaten 1 tahun 3 kali,
forum independen sehingga tidak perlu SK
80
Pulau Hoga Kaledupa
Pelatihan peningkatan
kapasitas Community
Organizing, Analisis sosial,
Marine protected area
25 orang tiap pelatihan utusan wakil-wakil
nelayan dalam forum konsultasi tiap pulau
Pembentukan organisasi nelayan tiap pulau untuk
memperkuat perjuangan nelayan
Peserta membentuk kelompok
nelayanrevitalisasi kelompok dengan tiga
indikator : aturan bersama, aset bersama dan cita-cita
dan aktivitas yang seprofesi
Pengkajian efektivitas
pengelolaan TNKW oleh tim
independen PHKA, LIPI, IPB,
UNHALU, PEMDA
WAKATOBI, BTNW
Pengelolaan TNKW
Dilakukan tiap pulau dan kabupaten, peserta
wakil masyarakat, pemerintah desa,
camat, koramil, polsek, instansi
terkait, DPRD revisi zonasi, pemberdayaan
masyarakat Arahan revisi zonasi
Januari - Maret 2006
Sosialisasi sumber daya penting
kawasan hasil monitoring dan
survey Peta sumberdaya
penting hasil monitoring survey
dan informasi dari masyarakat
10 respondensetiap desa pada 64 desa
Perlindungan sumber daya penting
Perlu zona-zona perlindungan yang tidak
diganggu
April - September di
64 desa Pengumpulan
Pendapat Masyarakat dalam
dokumen hasil Marxan tentang
sumber daya penting
Peta hasil marxan, nilai penting
sumber daya dan daftar pertanyaan
sumber daya mana yang
penting dilndungi 10 respondensetiap
desa pada 64 desa Titik-titik yang perlu
dilindungi dan tidak Cara melindungi adalah
dengan zona perlindungan yang tidak diganggu, cara
melindungi dengan membuat pos jaga, cara melindungi
dengan membatasi alat tangkap tetapi tidak perlu
ditutup
81
Oktober - November di
empat pulau dimulai dari
Binongko, Tomia,
Kaledupa, Wangi-
Wangi Konsultasi publik
zonasi tingkat pulau gabungan
kecamatan karena tiap pulau sudah
mekar jadi 2 kecamatan
Prosentase hasil sosialisasi sumber
daya penting, hasil marxan,
prosentase penegrtian zonasi,
prosentase rencana
pengembangan daerah oleh
pemda Wakil nelayan dalam
forum konsultasi tiap desa, wakil
pengamanan masyarakat, ketua
BPD, kepala desa, forum nelayan tiap
pulau Zonasi harus disertai
peningkatan kesejahteraan, jangan diterapkan sebelum
dipahami, perlu tanda batas yang jelas, tdak
mengorbankan hak-hak masyarakat yang ada turun-
temurun Sepakat belum membuat peta
tetapi membuat kriteria zona : perlestarian sumber daya
dan tidak mengganggu kehidupan masyarakat.
Memilih utusan untuk lokakarya kabupaten
Desember di ibukota
Wangi- Wangi
Konsultasi publik tingkat kabupaten
Hasil lokakarya kabupaten, hasil
sosialisasi sumber daya penting,
hasil marxan Wakil nelayan dalam
forum konsultasi, kades, Camat, TNI,
Polres, Bappeda, BTNW DKP, Dispar,
Dishub, Sekretariat daerah
Dapat memahami manfaat zonasi tetapi sayaratnya
tidak mengganggu kehidupan masyarakat
nelayan Draf peta zonasi hasil pleno
2007, Februari
Konsultasi nasional Peta hasil pleno
kabupaten, aspirasi hasil
pleno kabupaten Pemda, BTNW
PHKA, Tokoh masyarakat Wakatobi,
Mahasiswa Wakatobi Jabodetabek
Pemerintah pusat menganggap zona inti
terlalu sedikit ,3 , pemerintah daerah dan
BTNW mengatakan itulah hasil aspirasi masyarakat
Peta zonasi hasil revisi
2007, Maret- April
Konsultasi publik tahap 2 tingkat
desakampung Hasil konsultasi
BTNW dan Pemda dengan
PHKA Masyarakat, BPD,
pemerintah desa Hasil revisi perlu
disebarluaskan, pemasangan tanda-tanda batas.
Persetujuan peta dan perencanaan pemasangan
tanda
Konsultasi publik tahap 2 tingkat
pulaukecamatan Hasil konsultasi
publik tingkat desa
Wakil nelayan dalam forum konsultasi tiap
desa, wakil pengamanan masyarakat, ketua BPD,
kepala desa, forum nelayan tiap pulau
Hasil revisi perlu disebarluaskan, pemasangan
tanda-tanda batas. Hasil revisi perlu
disebarluaskan, pemasangan tanda-tanda batas.
82
Konsultasi publik 2 tingkat kabupaten
Hasil revisi perlu disebarluaskan,
pemasangan tanda-tanda batas.
Wakil nelayan dalam forum konsultasi,
kades, Camat, TNI, Polres, Bappeda,
BTNW DKP, Dispar, Dishub, Sekretariat
daerah Pelibatan masyarakat dalam
pemasangan tanda-tanda batas
Pembentukan pos informasi zonasi ditingkat
desakampung
Juli 2007 Konsultasi publik
tingkat nasional 2 Hasil konsultasi
publik tingkat kabupaten
Pemda, BTNW PHKA Zonasi menjadi bagian dari
perda tata ruang kabupaten Penanda tanganan revisi
zonasi oleh Bupati Wakatobi dan Dirjen PHKA
83 Hasil diskusi peta dibahas dalam konsultasi publik tingkat pulau yang dihadiri
perwakilan nelayan desa, tokoh masyarakat, kepala desa, BPD, pemerintah kecamatan, instanasi Pemda terkait yakni Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas
Pariwisata, Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan, BAPPEDA dan unsur BTNW, Koramil dan Polsek. Hasil konsultasi berupa rancangan peta zonasi berdasarkan
aspirasi tiap pulau dibawa dalam forum konsultasi tingkat kabupaten untuk didiskusikan. Disamping hasil berupa dokument, konsultasi pulau juga
merekomendasikan orang-orang yang akan menjadi perwakilan pulau dalam konsultasi kabupaten terdiri dari unsur Muspika, perwakilan pemerintah desa dan
nelayan. Draft peta hasil konsultasi publik kabupaten kemudian diberikan kepada
BTNW dan Pemda Kabupaten untuk dikonsultasikan kepada stakeholders tingkat nasional. Hasil konsultasi nasional dikembalikan lagi ke daerah dan dilakukan
konsultasi tahap 2 mulai dari desa, pulau dan kabupaten. Hasil akhir dibawa kedalam konsultasi nasional yang kemudian melahirkan kesepakatan pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah Kabupaten Wakatobi yang ditanda tangani kedua belah pihak. Selain peta zonasi, hasil konsultasi nasional juga menguraikan kegiatan yang
dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan sesuai karakter masing-masing zonasi. Kesesuaian kegiatan berdasarkan zonasi ditunjukkan pada Tabel 6. Seperti diuraikan
sebelumnya kegiatan-kegiatan sesuai zoanasi TNW banyak yang tidak tepat dengan kegiatan yang lazim dilakukan dalam sistem tradisional, misalnya penggunaan alat
tangkap yang sesuai bentuk dan cara beroperasinya hanya memungkinkan dipergunakan pada perairan dangkap tetapi dalam sistem zonasi dicantumkan bahwa
alat tersebut juga dapat digunakan pada ZPU yang secara fisik merupakan perairan laut dalam. Alat tangkap ompo, bubu, kegiatan meti-meti, memanah ikan secara
umum hanya dapat dilakukan di perairan dangkal terutama pesisir kampung dan karang atol namun dalam sistem zonasi juga dicantumkan sebagai alat tangkap dan
kegiatan dalam ZPU.
84 Tabel 6 : Kesesuain Kegiatan Berdasarkan Zonasi TNW
Zona Inti
Zona Perlindungan
Bahari Zona
Pemanfaatan Lokal
Zona Pemanfaatan
Umum
Zona Pariwisata
Kegiatan F T F T F T F T F T
Mancing tradisional
x ijin x v v v v v x
v Pancing
dasar x ijin
x v v v v x x v
Budidaya x x x v v ijin
v x x v
Polo bubu
x v x v v v v x x v
Ompo sero
x x x v v ijin v x x
v Menyelam teripang, lobster,
kerang x x x v v x v x x
v Memanah
ikan x x x v v v v x x
v Meti-meti mengambil biota
laut x ijin
x v v v v x x x
Pemasangan rumpon
x x x x v x v x x v
Perahu pelingkar
x x x x v x v x x x
Bagan x x x x v x v x x
x Penelitian
ijin ijin ijin v ijin ijin ijin v ijin v
Berlayar melintas
x v v v v v v v v v
Berlayar dan
berlabuh x ijin
v v v v v v v v
Wisata x ijin ijin v ijin ijin ijin v ijin
v Restorasi
x ijin v v v v v v v
v Pendidikan
ijin ijin
ijin v v v v v v
v Upacara adat, ritual agama, situs
sejarah dan
budaya ijin
v ijin v v v v v v
v Keterangan :
F peraturan secara forma sesuai peruntukan zona T peraturan dalam sistem tradisional
a. sistem formal X kegiatan yang tidak boleh dilakukan
V kegiatan yang boleh dilakukan Ijin adalah kegiatan yang boleh dilakukan dengan mengajukan ijin ke Balai TNW.
85
b. Tradisi X kegiatan yang tidak pernah dilakukan selama ini,
V kegiatan yang biasa dilakukan Ijin adalah kegiatan yang dapat dilakukan nelayan luar atas ijin pemilik fishery right adat .
5.5 Perbandingan Prinsip Pengelolaan Formal dan Tradisional