53 melindungi nelayan kecil yang memiliki jangkauan operasi hanya pada daerah pesisir.
Pengelolaan dalam unit wilayah terkecil seperti dalam sistem kadie dimasa lalu mendekatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, efisien dan
efektif karena pengelolaan menjadi bagian dari hak ulayat dalam sistem adat mereka Satria 2009b.
Pembatasan input berupa alat tangkap dalam ZPL juga diatur dalam zonasi TNW. Alat tangkap yang diperbolehkan dalam ZPL adalah peralatan tradisional
tetapi fishing right tidak secara ekslusif diberikan pada masyarakat kampung. Sehingga sebagai konsekuensinya, laut kampung tetap menjadi area persaingan lokasi
tangkap sesama nelayan tradisional, serta persaingan penggunaan alat yang menentukan jenis hasil yang akan diambil. Pada sistem tradisional, fishing right
penduduk kampung bukan hanya berkenaan dengan wilayah tetapi perlindungan dari alat tangkap nelayan luar kampung yang berarti proteksi atas nelayan kecil dalam
kampung dan perlindungan atas hasil laut selain ikan. Hal tersebut disebabkan adanya ketentuan yang hanya membolehkan penggunaan alat pancing bagi nelayan yang
berasal dari luar kampung kadie.
5.2.2 Wehai
Wehai adalah sistem pengelolaan sumberdaya laut pada kelompok masyarakat adat Liya di Pulau Wangi-Wangi, bentuknya berupa kawasan perlindungan laut
marine protected area atau memberlakukan larang tangkap pada wilayah tertentu dengan tujuan membuat ikan lebih banyak berkumpul dan jinak. Umumnya wehai
diberlakukan pada wilayah pesisir yang memiliki teluk kolo atau diapit dua tanjung sebagai batas lokasi perlindungan. Arti wehai secara etimologi adalah menandai,
menyisihkan atau memesan susuatu supaya tidak diambil orang lain. Pada kelompok adat Wanci wehai yang melindungi sebuah tempat dari pemanfaatan juga dikenal
namun hanya berlaku pada 1 lokasi di darat yang banyak dittanami pohon kelapa terletak di sebelah utara Pantai Te’e Bangka Wanci.
54 Hasil observasi pada ekosistem wehai perairan Liya menunjukkan bahwa
tempat tersebut merupakan habitat ikan dumu-dumu atau surey Gerrer oyena, koa- koa Caranya sp, ikan-ikan herbivor, lamun, siput, kepiting, tiram, karang tepi, pasir
dan pada saat terisi dengan air pasang merupakan tempat favorit bagi ikan jenis Caranya sp dewasa yang merupakan predator bagi ikan-ikan kecil yang memiliki area
sosial di pesisir. Memperhatikan hal tersebut, sistem wehai adalah bentuk pengelolaan dengan pendekatan ekosistem sebagaimana yang dimaksud Widodo dan
Suardi 2006 sebagai pendekatan yang mengikutsertakan keseluruhan komponen ekosistem dan berbagai jasa yang diberikannya dalam mendukung perikanan
berkelanjutan. Dalam ekosistem wehai terdapat rantai dan jaring makanan yang dapat menjelaskan dinamika pada ekosistem perairan Widodo dan Suardi 2006.
Melihat fungsi, kondisi, potensi dan dukungan yang diberikan sistem terhadap ekosistem perairan dan perikanan, maka wehai dan ZPB memiliki kesamaan.
Ekosistem wehai memberi kontribusi pada jejaring rantai makanan perairan sekitarnya dibuktikan dengan keberadaan ekosistem sebagai areal sosial bagi ikan-
ikan predator. Sama dengan ZPB, terutama fungsi zona perlindungan sebagai penyangga perairan zona pemanfaatan, membuktikan kontribusi zona ini terhadap
perairan sekitarnya. Dari segi lokasi, pola pemanfaatan dan lembaga pengelola, wehai dan zona
perlindungan bahari berbeda. Wehai hanya terdapat di daerah pesisir dan berlaku untuk waktu tertentu atau sistem buka tutup, berbeda dengan zona perlindungan
bahari yang wilayahnya berada pada karang atol dan hanya sebagian kecil berada di pesisir yakni pesisir Desa Matahora Kadie Mandati dan beberapa tempat di
perairan timur dan selatan Pulau Kaledupa dimana sistem wehai tidak dikenal masyarakat.
Lokasi wehai ditentukan berdasarkan pengalaman masyarakat akan lokasi- lokasi yang terdapat banyak ikan sering dikunjungi ikan. Jika dikaitkan dengan
produktifitas perikanan dalam perairan sekitarnya, maka penetapan lokasi berdasarkan kearifan masayarakat ini mengarahkan pada kesesuaian perhitungan
55 struktur sistem jaringan makanan yang menjamin keseimbangan antara yang
ditangkap dan stok yang tertinggal Widodo dan Suadi 2006. Sistem wehai diberlakukan untuk waktu yang ditentukan lamanya oleh sara
kadie. Untuk memberikan tanda kepada masyarakat umum bahwa wehai sudah diberlakukan, sara mengutus pangalasa salah satu unsur dalam anggota sara untuk
memasang janur pada ujung ranting kayu yang bersilangan dimana 3 kaki ranting menancap membentuk segitiga diatas tanah. Ranting kayu berjanur tersebut
diletakkan pada dua tanjung sebagai batas wilayah lindung. Pembukaan wehai akan diumumkan oleh sara diikuti pembukaan tanda janur pada kedua tanjung. Sepanjang
wehai belum dibuka, maka janur yang telah kering akan diganti dengan janur segar. Meskipun wehai merupakan sistem perlindungan tidak permanen buka-tutup
tetapi lokasi pemberlakukan sistem tersebut bersifat permanen atau tetap pada tempat yang terdapat di perairan pesisir Liya yaitu Pantai Loponi, Hu Uno, Kolo Nu Pimpi,
Hora, Bantea Yi Tonga. Di selatan pesisir Liya yakni Pulau Simpora lokasi, wehai adalah di Pantai One Tooge dan Kolo Nu Sori, dan di Pulau Kompona One Oroho
lokasi wehai berada di pantai utara yakni di pesisir Wawosio. Anggota masyarakat yang melanggar lokasi wehai diberikan hukuman oleh sara yaitu hoko da’o ke te sara
diri dan status yang bersangkutan dirusakkan oleh sara. Kelompok adat Wanci, Mandati dan Kapota tidak mengenal sistem wehai di
laut. Wehai dalam masyarakat adat Wanci dan Mandati berlaku di darat pada kebun kelapa milik sara dan milik kaomu sebuah rumpun keluarga. Manfaat wehai laut
adalah memberikan kesempatan kepada ikan untuk tumbuh besar dalam satu ekosistem alami, sehingga sangat membantu bagi konservasi sumberdaya alam hayati
perairan. Melihat praktek dan properti yang digunakan seperti janur maka sistem ini mirip dengan sistem sasi yang dikenal masyarakat Maluku.
5.2.3 Monea’a Nu Sara