89
untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan alternatif strategi yang dapat dilakukan dalam mewujudkan skenario optimis.
Produktivitas semakin meningkat dengan dukungan dari pemerintah pusat dan daerah, lembaga penelitian serta petani. Lembaga penelitian berperan penting
dalam meningkatkan produktivitas kentang dengan membuat atau menciptakan benih kentang yang bermutu maupun inovasi-inovasi teknologi baru. Petani serta
pemerintah pusat dan daerah mempunyai peran penting untuk meningkatkan produktivitas dalam upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Dengan semakin meningkatnya produktivitas dari suatu komoditas, menunjukkan komoditas tersebut memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan, sehingga
akan membuka lapangan usaha baru bagi masyarakat setempat. Untuk mencapai
tujuan tersebut, maka alternatif strategi yang perlu dilakukan adalah meningkatkan teknik budidaya dan pemberdayaan petanikelompok tani dengan
pelatihan dan penyuluhan mengenai budidaya yang baik. Jika di masa depan skenario optimis dapat terjadi maka rekomendasi
operasional untuk strategi terpilih adalah pemerintah pusat maupun daerah perlu mengeluarkan kebijakan yang kondusif untuk mengembangkan agribisnis kentang
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani. Hal terpenting adalah adanya konsistensi kebijakan pemerintah dalam setiap program yang diimplementasikan,
dan tetap mendorong tercapainya kerjasama antara pihak pemerintah dengan pihak swasta dan petani, dalam rangka memberdayakan dan meningkatkan
pendapatan serta kesejahteraan petani.
4.8 Roadmap Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Kentang di
Kabupaten Banjarnegara
Potensi pertanian di Kabupaten Banjarnegara didukung oleh ketersediaan lahan yang subur dan cocok untuk pengembangan berbagai jenis komoditas
pertanian. Ketersediaan lahan yang ada saat ini juga relatif luas untuk pengembangan sektor pertanian. Potensi pengembangan pertanian di Kabupaten
Banjarnegara tersebar di beberapa lokasikecamatan. Bagian utara yang terdiri dari daerah pegunungan, relief bergelombang dan curam untuk pengembangan
komoditas seperti kentang, jagung, kambing dan domba. Bagian tengah yang
90
terdiri dari daerah datar untuk pengembangan komoditas padi, jagung, kedelai, salak, durian, manggis, perikanan dan ternak sapi. Bagian selatan yang terdiri dari
daerah datar dan curam untuk pengembangan komoditas padi, kacang tanah, durian, manggis dan sapi. Komoditas pertanian yang menjadi unggulan yaitu
kentang. Usahatani kentang di Kabupaten Banjarnegara sudah diusahakan oleh petani
sejak lama
dan berlangsung
secara turun-temurun.
Pengusahaan dilakukan secara modern dengan tingkat intensifikasi yang tinggi. Kabupaten
Banjarnegara yang mempunyai ketinggian lebih dari 1.000 meter diatas permukaan laut serta hawanya yang dingin sangat memungkinkan untuk tanaman
kentang berkembang dengan baik. Berbagai upaya yang dilakukan dalam rangka strategi peningkatan produktivitas kentang seperti penerapan pendekatan
teknologi pengelolaan tanaman terpadu, perbaikan budidaya disertai dengan pengawalan pendampingan dan koordinasi, penerapan SOP tanaman, penggunaan
komoditas alternatif gandum untuk kentang, dan lain-lain, pemberian bantuan benih, saprodi dan bantuan lainnya untuk mendukung peningkatan produktivitas.
Sehubungan dengan itu, maka diperlukan roadmap dalam pengembangan agribisnis komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara.
Roadmap merupakan peta jalan yang berisi langkah-langkah strategis dan operasional pengembangan sektor pertanian yang dilakukan secara bertahap dan
berkelanjutan untuk mencapai sasaran pembangunan pertanian yang dibutuhkan. Instrumen perencanaan tersebut diharapkan dapat mempercepat pencapaian tujuan
dan sasaran pembangunan sesuai kebijakan strategis nasional dan daerah. Langkah-langkah strategis dan operasional menjadi acuan bersama bagi
pemerintah dan masyarakat dalam mengembangkan suatu komoditas. Instrumen perencanaan dalam bentuk roadmap pengembangan agribisnis
kentang sebagai komoditas unggulan di Kabupaten Banjarnegara diharapkan dapat berperan sebagai acuan Pemerintah Propinsi maupun Kabupaten dalam
menyusun perencanaan pembangunan serta pedoman dan arah bagi masyarakat petani dan pelaku usaha untuk mengembangkan usaha yang ada atau merancang
investasi baru dalam pengembangan komoditas. Roadmap pengembangan agribisnis komoditas kentang disusun berdasarkan skenario-skenario yang dapat
91
terjadi. Roadmap pengembangan agribisnis komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Gambar 10.
10 10B 10A 9 9B 9A
8 8B 8A 7 7B 7A
6 6B 6A 4 4B
4A 5 5B 5A
3 3B
3A 2 2B 2A
15 4B 4A 14 3C
3A 1 1B 1A
13 2B 2A 12 1B
1A 11 3C 3B
Gambar 10 Roadmap Pengembangan Agribisnis Komoditas Kentang di Kabupaten Banjarnegara.
Keterangan : 1A
: Kebijakan pemerintah semakin positif dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani
2A : Pendidikan dan pengetahuan petani semakin meningkat dengan adanya
pelatihan dan penyuluhan dari instansi terkait 3A
: Potensi lahan semakin meningkat dengan adanya kesadaran dalam ikut menjaga kelestarian SDA
4A : Pelatihan dan penyuluhan semakin meningkat dengan adanya pelatihan dan
penyuluhan pertanian ramah lingkungan 5A
: Informasi hasil litbang mutakhir semakin meningkat sebagai dampak kemajuan teknologi informasi yang dengan mudah dapat diakses oleh petani
6A : Pengaturan waktu tanampanen semakin baik dengan menerapkan rotasi
tanaman yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan 7A
: Sarana produksi pertanian semakin tercukupi dengan adanya kerjasama antara kelembagaan tani, koperasi, dan asosiasi
OPTIMIS 1A-2A-3A-4A-5A-
6A-7A-8A-9A-10A
MODERAT 1A-2A-3A-4A-5B-
6B-7B-8B-9B-10B
KONDISI SEKARANG
1B-2B-3B-4B-5B- 6B-7B-8B-9B-10B
PESIMIS 1B-2B-3C-4B-5B-
6B-7B-8B-9B-10B
92
8A : Pengaturan penggunaan sarana produksi semakin baik dengan menerapkan
pola tanam pertanian terpadu 9A
: Keterlibatan pemerintah pusatdaerah semakin meningkat dengan adanya program-program yang dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan
petani 10A
: Produktivitas semakin meningkat dengan mengadopsi teknologi baru dan menerapkan budidaya ramah lingkungan berbasis GAPSOP
1B : Kebijakan pemerintah yang kurang berpihak kepada petani
2B : Masih rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan petani
3B : Potensi lahan berkurang karena rendahnya pemahaman tentang keberlanjutan
lingkungan 4B
: Keterbatasan tenaga penyuluh yang berkompeten dalam pelatihan dan penyuluhan diseminasi teknologi baru
5B : Informasi hasil litbang mutakhir kurang dimanfaatkan oleh petani
6B : Pola tanam monokultur yang menyebabkan berkembangnya OPT
7B : Sarana produksi terbatas, sulit diperoleh, dan harganya yang relatif mahal
8B : Pengaturan penggunaan sarana produksi belum dilaksanakan oleh petani
9B : Keterlibatan pemerintah pusatdaerah kurang dalam hal peran pendampingan
terhadap program pemerintah 10B
: Produktivitas yang rendah karena rendahnya kualitas dan kuantitas benih bermutu
Kondisi optimis diharapkan terjadi dengan mendorong kondisi moderat. Tahapan yang dilakukan untuk mendorong terjadinya kondisi optimis dimulai dari
kondisi saat ini baseline. Untuk mewujudkan skenario optimis maka tahapan- tahapan yang perlu dilakukan adalah, tahap pertama 1 yaitu pemerintah pusat
maupun daerah perlu mengeluarkan regulasi dan kebijakan yang tepat agar terwujud lingkungan yang kondusif untuk memicu dan mamacu kegiatan
budidaya serta mengembangkan agribisnis kentang dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani 1B-1A. Hal terpenting adalah adanya konsistensi kebijakan
pemerintah dalam setiap program yang diimplementasikan, dan tetap mendorong tercapainya kolaborasi antara pihak pemerintah dengan pihak swasta dan
masyarakat, dalam rangka memberdayakan dan meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan petani
Tahap kedua 2 yaitu peningkatan pendidikan dan pengetahuan petani dengan cara pemberian pelatihan dan penyuluhan 2B-2A. Kualitas sumber daya
manusia petani juga perlu ditingkatkan, baik pengetahuan dan keterampilannya dalam melaksanakan kegiatan budidaya kentang agar produktif dan berkelanjutan;
pengolahan hasil segar menjadi produk olahan yang lebih menguntungkan baik untuk memperpanjang umur simpan, keamanan produk kentang, maupun untuk
93
meningkatkan nilai tambah ekonominya; kemampuan pengelolaan dan pemasaran komoditas kentang yang dihasilkan; aspek legal formal terkait kegiatan produksi
kentang yang perlu diketahui untuk menghindari dari permasalahan hukum yang mungkin timbul; dan kebijakan pemerintah yang relevan.
Tahap ketiga 3 adalah peningkatan potensi lahan 3B-3A. Kesadaran menjaga kelestarian SDA dan pemahaman mengenai budidaya dengan pendekatan
konservasi lahan sangat penting untuk keberlanjutan potensi lahan. Peningkatan potensi lahan perlu diikuti dengan penyediaan atau perbaikan infrastruktur
pendukungnya, infrastruktur transportasi dan ketersediaan pengairan untuk mendukung kegiatan budidaya komoditas kentang.
Tahap keempat 4 yaitu peningkatan pelatihan dan penyuluhan 4B-4A. Pelatihan dan penyuluhan kepada petani diperlukan dalam pengenalan praktek
pertanian ramah lingkungan dan adopsi teknologi. Pelatihan dan penyuluhan baik secara formal maupun non formal agar kualitas sumber daya manusia dalam
kegiatan budidaya komoditas kentang dapat ditingkatkan sehingga transfer pengetahuan dapat mengalir dan keterampilan petani dapat ditingkatkan.
Tahap kelima 5 adalah peningkatan informasi hasil litbang mutakhir 5B-
5A. Informasi merupakan bagian yang sangat penting dalam pengembangan agribisnis, khususnya informasi teknologi mutakhir. Teknologi informasi untuk
mengkomunikasikan kebutuhan teknologi dalam kegiatan budidaya perlu dikembangkan. Paket teknologi ini perlu dikemas dengan sistem aplikasi yang
mudah dipahami dan digunakan oleh petani. Tahap keenam 6 yaitu pengaturan waktu tanampanen dengan
menerapkan pola rotasi tanaman yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Kemahiran dalam mengelola sistem budidaya komoditas kentang akan sangat
dibutuhkan. Paket pengelolaan sistem budidaya yang baik, termasuk kecermatan dalam memilih jenis komoditas yang sesuai untuk kondisi agroekosistem tertentu,
pengintegrasian yang efektif dan efisien untuk kombinasi yang dibudidayakan pada satu hamparan lahan pada musin tanam yang sama untuk tujuan optimalisasi
produktivitas lahan, serta kecermatan dalam mengantisipasi ketidakpastian iklim akan sangat dibutuhkan.
94
Tahap ketujuh 7 yaitu sarana produksi pertanian semakin tercukupi dengan adanya kerjasama antara kelembagaan tani, koperasi, dan asosiasi 7B-
7A. Peningkatan efektivitas dan efisiensi koordinasi antar instansi terkait dalam melakukan pengembangan sarana produksi pertanian. Peningkatan ketersediaan
dan keterjangkauan sarana produksi yang dibutuhkan petani. Dalam hal ini, ketersediaan sarana produksi yang sesuai jenis dan jumlah, pada waktu yang tepat,
dan dengan harga yang terjangkau akan sangat menentukan keberhasilan kegiatan produksi kentang yang dilakukan oleh petani. Keterjangkauan harga perlu
diartikan sebagai harga sarana produksi yang tidak membebani ongkos produksi secara berlebihan, sehingga tetap memberikan prospek keuntungan yang pantas
bagi petani. Tahap ketujuh 8 yaitu pengaturan penggunaan sarana produksi semakin
baik dengan menerapkan pola tanam pertanian terpadu 8B-8A. Sistem Pertanian Terpadu integrated farming system adalah satu sistem yang menggunakan ulang
dan mendaurulang, menggunakan tanaman dan hewan sebagai mitra. Satu praktek budidaya aneka tanamananeka kultur yang beragam dimana micro output dari
satu budidaya menjadi input kultur lainnya, sehingga meningkatkan kesuburan tanah dengan tindakan alami menyeimbangkan semua unsur hara organik yang
pada akhirnya membuka jalan untuk pertanian organik ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Tahap kesembilan 9 adalah peningkatan keterlibatan pemerintah pusatdaerah dengan adanya program-program yang dilaksanakan untuk
meningkatkan kesejahteraan petani 9B-9A. Keterlibatan pemeritah dalam bentuk penyuluhan, sosialisasi dan pendampingan mengenai penggunaan pupuk organik
dilakukan untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan pestisida yang berlebihan. Peran pendampingan sangat penting agar program-program
pemerintah dapat terlaksana dengan baik, sehingga tujuan dari program tersebut dapat tercapai. Kelembagaan pertanian perlu pula disiapkan dan diberdayakan,
terutama kelembagaan yang berperan dalam memberikan penyuluhan dan pendampingan bagi petani kentang agar kegiatan produksi dapat efektif dan
efisien dalam upaya meningkatkan produksi, memberikan keuntungan yang lebih
95
baik bagi petani, serta meminimalkan dampak negatifnya terhadap lingkungan sehingga proses produksi dapat dijamin keberlanjutannya.
Tahap kesepuluh 10 yaitu peningkatan produktivitas dengan mengadopsi teknologi baru dan menerapkan budidaya ramah lingkungan berbasis GAPSOP
10B-10A. Peningkatan produktivitas dilakukan dengan meningkatkan mutu intensifikasi yang dijalankan secara berkelanjutan dan efisien guna meningkatkan
daya saing, dengan tetap mengacu kepada kelestarian lingkungan. Kelestarian kesuburan lahan memegang peranan penting dalam meningkatkan produktivitas
kentang. Kegiatan produksi kentang masih sangat tergantung pada ketersediaan, kesesuaian lahan, dan teknik budidaya. Dalam rangka peningkatan produksi,
produktivitas, mutu dan daya saing produk pertanian secara optimal perlu diterapkan norma budidaya pertanian yang baik Good Agriculture Practise GAP
dan Standard Operating Procedure SOP. Jika kondisi saat ini tidak dapat ditingkatkan atau dipertahankan, maka
kondisi pesimis dapat terjadi. Kondisi pesimis dapat terjadi jika potensi lahan dibiarkan semakin rusak. Adanya lahan-lahan kritis umumnya disebabkan oleh
kegiatan yang secara langsung menyebabkan rusaknya daya dukung tanahlahan, antara lain pemanfaatan lereng bukit yang tidak sesuai dengan kemampuan
peruntukannya, untuk lahan pertanian yang tidak menerapkan teknologi konservasi, bahkan tidak sedikit yang berubah fungsi menjadi areal permukiman.
Tingginya lahan kritis yang beresiko pada terjadinya kerusakan lingkungan yang lebih kompleks, saat ini terjadi di kawasan Dieng. Penggunaan zat-zat kimia yang
berlebihan pada tanah akan berakibat buruk pada kelestarian unsur-unsur kesuburan dan kelestarian tanah tersebut. Hal ini berdampak pada penurunan
produktivitas kentang. Kondisi pesimis dapat ditingkatkan kembali menjadi keadaan sekarang
dengan melakukan usaha-usaha untuk memperbaiki dan mengembalikan kesuburan lahan guna memulihkan ekosistem dan menjaga ketahanan pangan.
Tahap kesebelas 11 yaitu meningkatkan pemahaman petani tentang keberlanjutan lingkungan untuk mengembalikan potensi lahan pada kondisi saat
ini 3C-3B. Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan kurangnya pemahaman terhadap kelestarian lingkungan. Jika sistem pengelolaan lahan tidak disesuaikan
96
dengan karakteristik lahan akan dapat menyebakan degradasi lahan yang berdampak pada penurunan produktivitas lahan. Upaya yang perlu dilakukan
untuk mengembalikan potensi lahan pada keadaan sekarang yaitu dengan sistem pengelolaan lahan berkelanjutan. Sistem pengelolaan lahan berkelanjutan adalah
suatu teknik atau cara yang dilakukan untuk oleh petani dalam hal pengolahan tanah agar kesuburan lahan, produktivitas lahan, konservasi tanah dan air dapat
terjamin sehingga memungkinkan terlaksananya usaha tani dalam jangka waktu yang panjang dengan hasil yang semakin meningkat dan pemanfaatan lahan yang
berkelanjutan. Pentingnya sistem pengelolaan lahan berkelanjutan ini yaitu untuk menjaga kelestarian suatu lahan sehingga dalam pemanfaatannya lahan masih
mampu memberikan daya dukung yang optimal. Selain dapat ditingkatkan menjadi kondisi saat ini, kondisi pesimis juga
bisa meningkat menjadi kondisi moderat. Tahapan-tahapan yang perlu dilakukan yaitu, tahap kedua belas 12 adalah terlaksananya regulasi dan kebijakan yang
kondusif bagi petani kentang untuk berproduksi dan meningkatnya kesejahteraan petani 1B-1A. Kebijakan-kebijakan tersebut perlu mempertimbangkan
keberadaan petani yang merupakan pelaku usahatani. Perlu diupayakan peningkatan akses lima sumber daya pertanian utama yaitu sumber daya lahanair,
infrastrukturinformasi pasar, akses kredit dan sarana produksi pertanian, dan teknologi pertanian.
Tahap ketiga belas 13 adalah peningkatan pendidikan dan pengetahuan petani dengan cara pemberian pelatihan dan penyuluhan 2B-2A. Pengembangan
model penyuluhan teknologi untuk petani dengan terselenggaranya kegiatan penyuluhan yang interaktif untuk memacu proses difusi teknologi secara
terprogram. Tahap keempat belas 14 yaitu peningkatan kesadaran dalam menjaga
kelestarian SDA dan pemahaman mengenai keberlanjutan potensi lahan 3C-3A. Pemahaman akan pentingnya kelestarian lingkungan dengan bercocok tanam tidak
hanya berorientasi pada hasil, tetapi juga harus menjaga kelestarian lingkungan. Prioritas rehabilitasi lahan di kawasan Dieng diarahkan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lahan.
97
Tahap kelima belas 15 yaitu peningkatan pelatihan dan penyuluhan pertanian ramah lingkungan 4B-4A. Pelatihan dan penyuluhan bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman dan keterampilan petani dalam aplikasi teknologi budidaya dan pasca panen ramah lingkungan. Pemahaman pelaku agribisnis
tentang pentingnya aplikasi teknologi secara bijak dalam peningkatan volume, mutu, dan keamanan komoditas kentang.
98
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Terdapat dua puluh satu faktor yang mempengaruhi pengembangan agribisnis komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara. Dari dua puluh satu faktor
tersebut diperoleh sepuluh faktor kunci yang mempengaruhi pengembangan agribisnis komoditas kentang melalui pendekatan sumber daya manajemen di
Kabupaten Banjarnegara yaitu : 1 kebijakan pemerintah; 2 pendidikan dan pengetahuan petani; 3 potensi lahan; 4 pelatihan dan penyuluhan; 5
informasi hasil litbang mutakhir; 6 pengaturan waktu tanampanen; 7 sarana produksi pertanian; 8 pengaturan penggunaan sarana produksi; 9
keterlibatan pemerintah pusat dan daerah; dan 10 produktivitas 2. Strategi pengembangan agribisnis komoditas kentang di Kabupaten
Banjarnegara disusun berdasarkan skenario-skenario yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Skenario disusun berdasarkan faktor kunci yang
sangat menentukan pengembangan agribisnis di Kabupaten Banjarnegara. Skenario terpilih untuk pengembangan agribisnis adalah skenario optimis
menjadi kentang yang ideal di masa depan. 3. Faktor yang paling berpengaruh dalam penyusunan strategi pengembangan
agribisnis komoditas kentang di Kabupaten Bajarnegara adalah produktivitas. Sedangkan aktor yang memiliki peranan paling penting terhadap strategi
pengembangan agribisnis komoditas kentang adalah pemerintah pusat dan daerah. Untuk tujuan yang ingin dicapai, yang paling utama adalah
meningkatkan pendapatan petani. Selanjutnya alternatif strategi yang penting untuk dilakukan dalam pengembangan agribisnis komoditas kentang di
Kabupaten Banjarnegara adalah pemberdayaan petanikelompok tani.
5.2 Saran
1. Pemerintah pusat dan daerah Kementerian Pertanian di Tingkat Pusat serta Dinas Pertanian di Tingkat Provinsi dan Kabupaten perlu memberdayakan
kelembagaan kelompok tani dan meningkatkan sumber daya manusia petani