1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Provinsi DKI Jakarta secara geografis dan administratif terbagi menjadi enam wilayah yang meliputi: Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta
Selatan, Jakarta Timur dan Kepulauan Seribu. Luas daratan DKI Jakarta yaitu 661.52 km
2
dan lautan seluas 6.977.50 km
2
. Pada tahun 2010 penduduk DKI Jakarta mencapai 9.607.787 jiwa dan merupakan kota terpadat di Indonesia Dinas
Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta 2011. Provinsi DKI Jakarta sebagai kota terpadat, metropolitan dan sekaligus
kota jasa memiliki arah kebijakan pembangunan yang lebih cenderung kepada peningkatan kapasitas pelayanan infrastruktur, transportasi, pengembangan good
governance , dan penguatan sektor industri serta perbankan Dinas Kelautan dan
Pertanian Provinsi DKI Jakarta 2011. Sementara dalam hal perbaikan kualitas lingkungan hidup, masih jauh dari yang diharapkan sehingga menyebabkan
persoalan pada lingkungan perkotaan, seperti peningkatan polusi, peningkatan suhu udara, permasalahan kesehatan, kenyamanan dan estetika.
Meningkatnya permasalahan lingkungan hidup, menyebabkan keberadaan hutan kota di DKI Jakarta sangat penting. Hal ini dikarenakan fungsi dan jasa
biologis pohon yang mampu melerai dan mengendalikan berbagai bentuk pencemaran lingkungan. Pohon berperan sangat penting tidak hanya sebagai
penyimpan karbon C-stock, tetapi secara alami juga berfungsi sebagai penyerap karbon C-sequestration yang paling efesien. Keberadaan pohon menjadi
semakin penting ketika dunia dihadapkan pada persoalan perubahan iklim global global climate change
, yang menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan hidup enviromental degradation. Degradasi lingkungan kemudian diperburuk
dengan meningkatnya populasi manusia akibat proses urbanisasi, dan industrialisasi serta tanah komersial yang menyebabkan menurunnya daya dukung
lingkungan dan peningkatan pencemaran Arifin and Nakagoshi 2011.
Menurunnya daya dukung lingkungan dan peningkatan pencemaran perkotaan, ternyata mendapat perhatian oleh masyarakat dan pemerintah,
khususnya DKI Jakarta. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi permasalahan lingkungan ini seperti yang tertuang pada Agenda-21 dan
Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW DKI Jakarta 2010, yaitu melakukan pengembangan RTH dalam bentuk hutan kota Samsoedin dan Waryono 2010.
Kesadaran pemerintah DKI Jakarta untuk melakukan pengembangan hutan kota didasari oleh pertimbangan hasil kajian fungsi dan jasa biologis pepohonan
yaitu: a pohon dapat memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika, b meresapkan air, c menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan
fisik kota, d mendukung pelestarian keanekaragaman hayati dan e penelitian dan pendidikan Samsoedin dan Waryono 2010. Selain pertimbangan tersebut,
keberadaan hutan kota secara ideologi juga diamanahkan secara nasional dalam Undang - Undang Dasar 1945 dengan landasan konseptualnya termuat pada
peraturan pemerintah No. 63 Tahun 2002 tentang hutan kota.
Dasar legalitas yang mendukung pembangunan hutan kota antara lain: UU No. 05 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria, UU No. 05
2 Tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, UU
No. 04 Tahun 1992 tentang perumahan dan pemukiman, UU No. 24 Tahun 1992 tentang penataan ruang, UU No. 06 Tahun 1994 tentang konvensi kerangka kerja
PBB mengenai perubahan iklim, PP No. 69 Tahun 1996 tentang pelaksanaan hak, kewajiban, bentuk dan tata cara masyarakat dalam penataan ruang, PP No. 47
Tahun 1997 tentang rencana tata ruang wilayah nasional, UU No. 23 Tahun 1997 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, UU No. 22 Tahun 1999
tentang pemerintahan daerah, UU No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan, PP No. 20 Tahun 2001 tentang pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan
pemerintah daerah, PP No. 34 Tahun 2002 tentang penyusunan rencana pengelolaan, pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, PP No. 35 Tahun 2002
tentang dana reboisasi dan PP 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
1.2. Rumusan Masalah