Rumusan Masalah Perbandingan Alternatif Strategi terhadap Tujuan

2 Tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, UU No. 04 Tahun 1992 tentang perumahan dan pemukiman, UU No. 24 Tahun 1992 tentang penataan ruang, UU No. 06 Tahun 1994 tentang konvensi kerangka kerja PBB mengenai perubahan iklim, PP No. 69 Tahun 1996 tentang pelaksanaan hak, kewajiban, bentuk dan tata cara masyarakat dalam penataan ruang, PP No. 47 Tahun 1997 tentang rencana tata ruang wilayah nasional, UU No. 23 Tahun 1997 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, UU No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, UU No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan, PP No. 20 Tahun 2001 tentang pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah, PP No. 34 Tahun 2002 tentang penyusunan rencana pengelolaan, pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, PP No. 35 Tahun 2002 tentang dana reboisasi dan PP 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

1.2. Rumusan Masalah

Meningkatnya pencemaran lingkungan perkotaan, seperti perubahan suhu merupakan fakta yang sedang terjadi di DKI Jakarta. Tahun 1970-an rata - rata suhu udara DKI Jakarta tercatat berkisar antara 26 o C - 28 o C dan telah berubah menjadi 29.12 o C – 31.26 o C di tahun 2007 Samsoedin dan Waryono 2010. Persoalan lingkungan kota DKI Jakarta diperburuk dengan meningkatnya populasi manusia akibat proses urbanisasi dan industrialisasi yang menyebabkan peningkatan polusi udara dan menurunnya daya dukung lingkungan. Samsoedin dan Waryono 2010 mengatakan bahwa tahun 2002 - 2007 pencemaran udara CO 2 di DKI Jakarta meningkat dari 187.4 mgm 2 menjadi 300.0 mgm 2 . Salah satu upaya untuk meredam persoalan lingkungan tersebut adalah melalui keberadaan dan pengembangan hutan kota. Hutan kota menjadi salah satu alternatif penting dalam mengatasi pencemaran lingkungan kota, karena pepohonan secara alami dapat menyerap gas CO 2 yang disimpan dalam bentuk karbon C dan dikeluarkan dalam bentuk oksigen O 2 . Selain itu, hutan kota juga berfungsi sebagai wahana kenservasi flora dana fauna. Pengembangan hutan kota menjadi isu penting seiring dikeluarkannya Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yaitu pada pasal 29 ayat 2 dijelaskan bahwa proporsi Ruang Terbuka Hijau RTH paling sedikit 30 persen dari luas wilayah kota 20 persen publik dan 10 persen privat dengan persentase luas hutan kota minimal 10 persen dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat, seperti jumlah penduduk, tingkat pencemaran dan kondisi fisik kota PP No. 63 Tahun 2002. Namun demikian, permasalahan utama dalam pengembangan hutan kota DKI Jakarta, diantaranya yaitu: a aspek teknis, seperti konsepsi dasar pemilihan jenis pohon hutan kota yang sesuai dengan peruntukannya, dan b aspek kebijakan hutan kota, seperti dukungan peraturan, peningkatan kuantitas dan kualitas hutan kota, evaluasi dan monitoring, dan pemahaman tentang keberadaan hutan kota. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mencari solusi dan menyusun rekomendasi kebijakan pengembangan hutan kota dalam upaya mewujudkan cadangan karbon potensial sehingga diperoleh pengembangan hutan kota yang berkelanjutan. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi fokus pertanyaan dalam penelitian ini yaitu: 3 1. Berapakah jumlah cadangan karbon pohon, nilai serapan CO 2 dan jenis pohon hutan kota yang memiliki cadangan karbon potensial. 2. Faktor kebijakan apakah yang mendukung pengembangan hutan kota sehingga diperoleh cadangan karbon pohon potensial.

1.3. Tujuan Penelitian