Hasil Pengolahan pada Level Aktor

64

4.5 Analisis Pemilihan Alternatif Strategi Pengembangan Agribisnis

Komoditas Kentang di Kabupaten Banjarnegara Dalam pemilihan alternatif strategi digunakan metode AHP. Dari hasil analisis prospektif diperoleh sepuluh faktor kunci yang kemudian akan menjadi faktor yang berpengaruh dalam metode AHP. Terdapat sepuluh faktor kunci yang mempengaruhi pengembangan agribisnis kentang di Kabupaten Banjarnegara, yaitu : 1 kebijakan pemerintah; 2 pendidikan dan pengetahuan petani; 3 potensi lahan; 4 pelatihan dan penyuluhan; 5 informasi hasil litbang mutakhir; 6 pengaturan waktu tanampanen; 7 sarana produksi pertanian; 8 pengaturan penggunaan sarana produksi; 9 keterlibatan pemerintah pusat dan daerah; dan 10 produktivitas. Hirarki strategi pengembangan agribisnis komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Gambar 7.

4.5.1 Hasil Pengolahan Data dengan AHP Secara Horizontal

Pengolahan horizontal dengan menggunakan metode AHP dimaksudkan untuk menyusun prioritas elemen keputusan setiap tingkat hirarki keputusan. Pengolahan horizontal dibagi atas tiga bagian, yaitu pengolahan horizontal tingkat tiga mengenai aktor yang berpengaruh dalam penyusunan strategi pengembangan agribisnis, pengolahan horizontal tingkat empat mengenai tujuan yang ingin dicapai, dan pengolahan horizontal tingkat lima mengenai alternatif strategi pengembangan yang dapat dilakukan oleh Kabupaten Banjarnegara.

a. Hasil Pengolahan pada Level Aktor

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan metode AHP diketahui bahwa pemerintah pusat dan daerah dengan bobot 0,415 merupakan aktor yang paling berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah. Pemerintah pusat dan daerah berperan dalam melakukan sosialisasi, koordinasi, pengawasan berbagai kebijakan pemerintah yang dilaksanakan sebagai upaya untuk mencapai pengembangan agribisnis kentang di Kabupaten Banjarnegara. Selanjutnya aktor kedua yang berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah adalah lembaga penelitian dengan bobot sebesar 0,245. Peran lembaga penelitian dalam mendukung pelaksanaan kebijakan pemerintah dalam hal penelitian dan pengembangan produk agribisnis yang memiliki keunggulan bersaing bagi 65 produk-produk agribisnis dalam memasuki era pasar bebas. Petani dengan bobot 0,125 adalah aktor ketiga yang berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah yang diharapkan petani sebagai pelaku utama dalam usahatani merupakan kebijakan yang mendukung dalam meningkatkan kesejahteraan petani. Lembaga keuangan dengan bobot 0,115 dan pengusaha dengan bobot sebesar 0,098, masing-masing adalah aktor keempat dan kelima yang berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah. Lembaga keuangan memiliki peran yang sangat penting dalam hal permodalan usahatani, sedangkan pengusaha berperan memasarkan produk hasil pertanian. Pada Tabel 17 dapat dilihat secara lengkap bobot setiap aktor yang berpengaruh dalam penyusunan strategi pengembangan agribisnis komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara. Tabel 17 Bobot Elemen Aktor yang Berpengaruh dalam Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Kentang Melalui Pendekatan Sumber Daya Manajemen di Kabupaten Banjarnegara Elemen Faktor Elemen Aktor Pemerintah Pusat dan Daerah Lembaga Penelitian Petani Pengusaha Lembaga Keuangan Kebijakan Pemerintah 0,415 0,245 0,125 0,098 0,115 Pendidikan dan Pengetahuan Petani 0,424 0,247 0,099 0,098 0,132 Potensi Lahan 0,383 0,182 0,133 0,157 0,145 Pelatihan dan Penyuluhan 0,392 0,201 0,145 0,121 0,142 Informasi Hasil Litbang Mutakhir 0,267 0,466 0,092 0,094 0,081 Pengaturan Waktu TanamPanen 0,224 0,140 0,411 0,125 0,101 Sarana Produksi Pertanian 0,459 0,080 0,113 0,191 0,158 Pengaturan Penggunaan Sarana Produksi 0,484 0,133 0,208 0,097 0,078 Keterlibatan Pemerintah Pusat dan Daerah 0,538 0,229 0,083 0,070 0,080 Produktivitas 0,141 0,360 0,286 0,096 0,117 66 Pada faktor pendidikan dan pengetahuan petani, pemerintah pusat dan daerah menjadi aktor yang paling berpengaruh dengan bobot 0,424. Pemerintah pusat dan daerah berperan memberikan penyuluhan dan bimbingan dalam upaya meningkatkan pendidikan dan pengetahuan petani. Aktor kedua yang berpengaruh terhadap pendidikan dan pengetahuan petani adalah lembaga penelitian dengan bobot 0,247. Lembaga penelitian berperan dalam mensosialisasikan dan memberikan pendampingan terhadap hasil penelitiannya. Kemudian aktor ketiga yang berpengaruh adalah lembaga keuangan dengan bobot sebesar 0,132. Lembaga keuangan berperan membuka akses seluas-luasnya bagi petani kecil dan menengah yang umumnya berpendidikan rendah sehingga tidak memiliki aset yang cukup untuk diagunkan guna memperoleh permodalan usahatani. Aktor lainnya yang memiliki pengaruh keempat terhadap pendidikan dan pengetahuan petani adalah petani dengan bobot 0,099. Pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki petani akan menentukan keberhasilan usahatani. Pengusaha sebagai aktor kelima dengan bobot sebesar 0,098 peranannya belum terlihat secara nyata dalam meningkatkan pendidikan dan pengetahuan petani. Pemerintah pusat dan daerah merupakan aktor yang sangat berpengaruh terhadap potensi lahan dengan bobot sebesar 0,383. Pemerintah pusat dan daerah memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga potensi lahan. Pemerintah pusat dan daerah merupakan aktor yang berkepentingan memberikan penyuluhan kepada petani mengenai budidaya dengan memperhatikan konservasi lahan. Aktor kedua yang berpengaruh terhadap potensi lahan yaitu lembaga penelitian dengan bobot 0,182. Lembaga penelitian berperan dalam menghasilkan penemuan-penemuan mutakhir dalam budidaya kentang yang dapat meningkatkan potensi lahan. Selanjutnya pengusaha sebagai aktor ketiga dan lembaga keuangan sebagai aktor keempat dengan bobot masing-masing 0,157 dan 0,145 peranannya belum optimal terhadap faktor potensi lahan. Petani merupakan aktor kelima memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga potensi lahan dalam hal teknik budidaya dengan bobot sebesar 0,133. Pelatihan dan penyuluhan merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan strategi pengembangan agribisnis kentang. Pemerintah pusat dan daerah merupakan aktor yang paling berpengaruh terhadap pelatihan dan 67 penyuluhan dengan bobot sebesar 0,392. Pelatihan dan penyuluhan mengenai budidaya ramah lingkungan sangat diperlukan untuk menjaga kesuburan lahan. Aktor kedua yang berpengaruh terhadap pelatihan dan penyuluhan adalah lembaga penelitian dengan bobot 0,201. Peran pendampingan dari lembaga penelitian sangat penting dalam pengenalan inovasi teknologi maupun praktek pertanian terpadu. Kemudian aktor ketiga dengan bobot sebesar 0,145 adalah petani sebagai pelaku utama dalam usahatani yang berpengaruh terhadap pelatihan dan penyuluhan. Dengan adanya pelatihan dan penyuluhan diharapkan pengetahuan petani semakin meningkat. Aktor keempat dan kelima yang berpengaruh terhadap pelatihan dan penyuluhan yaitu lembaga keuangan dan pengusaha dengan bobot masing-masing 0,142 dan 0,121. Informasi hasil litbang mutakhir merupakan tanggung jawab utama dari lembaga penelitian sebagai lembaga yang menghasilkan inovasi-inovasi teknologi baru dengan bobot sebesar 0,466. Pemerintah pusat dan daerah sebagai aktor kedua dengan bobot 0,267 juga berperan dalam penyebarluasan informasi mengenai hasil-hasil penelitian lembaga riset. Aktor ketiga yang berpengaruh terhadap informasi hasil litbang mutakhir adalah pengusaha dengan bobot sebesar 0,094. Selanjutnya aktor keempat yang berpengaruh terhadap informasi hasil litbang mutakhir adalah petani dengan bobot 0,092 dan aktor kelima yang berpengaruh terhadap informasi hasil litbang mutakhir yaitu lembaga keuangan dengan bobot 0,081. Baik pengusaha, petani maupun lembaga keuangan peranannya terhadap informasi hasil litbang mutakhir belum optimal, diantaranya disebabkan keterbatasan kemampuan dan pendidikan yang dimiliki petani untuk mengakses berbagai informasi hasil litbang. Petani sebagai pelaku utama dalam usahatani memegang peranan penting dalam pengaturan waktu tanampanen dengan bobot sebesar 0,411. Aktor kedua yang berpengaruh terhadap pengaturan waktu tanampanen adalah pemerintah pusat dan daerah dengan bobot 0,224. Pemerintah pusat dan daerah berperan dalam hal penyampaian informasi mengenai permintaan dan harga dari komoditas yang ditanam. Kemudian lembaga penelitian merupakan aktor ketiga yang berpengaruh terhadap pengaturan waktu tanampanen dengan bobot 0,140. Lembaga penelitian berkaitan dengan penyediaan informasi mengenai waktu 68 pelaksanaan yang tepat dari hasil penelitiannya sehingga dapat menghasilkan produksi yang tinggi. Aktor keempat yang berpengaruh terhadap pengaturan waktu tanampanen yaitu pengusaha dengan bobot 0,125 dan aktor kelima adalah lembaga keuangan dengan bobot 0,101. Pemerintah pusat dan daerah dengan bobot sebesar 0,459 dan pengusaha dengan bobot 0,191 merupakan aktor yang sangat berpengaruh dalam hal ketersediaan sarana produksi pertanian. Pemerintah pusat dan daerah serta pengusaha berperan menyediakan terpenuhinya kebutuhan petani akan sarana produksi pertanian yang bermutu dengan harga yang terjangkau. Aktor ketiga yang berpangaruh terhadap sarana produksi pertanian adalah lembaga keuangan dengan bobot 0,158. Kemudahan petani dalam mendapatkan modal usaha tani dari lembaga keuangan dapat membantu petani untuk membeli kebutuhan sarana produksi pertanian. Petani dengan bobot sebesar 0,113 merupakan aktor keempat yang berpengaruh terhadap sarana produksi pertanian. Petani dalam melakukan usahataninya membutuhkan sarana produksi pertanian. Aktor kelima yang berpengaruh terhadap sarana produksi pertanian adalah lembaga penelitian dengan bobot 0,080. Lembaga penelitian melakukan inovasi teknologi sarana produksi dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas. Dalam hal pengaturan penggunaan sarana produksi, aktor yang paling berpengaruh adalah pemerintah pusat dan daerah dengan bobot 0,484. Pemerintah pusat dan daerah berperan melakukan penyuluhan dan pelatihan kepada petani mengenai pengaturan penggunaan sarana produksi yang tepat. Peran petani dengan bobot 0,208 yang merupakan aktor kedua yang berpengaruh terhadap pengaturan penggunaan sarana produksi pertanian. Petani sangat berperan penting dalam pengaturan penggunaan sarana produksi pertanian dalam upaya menjaga kelestarian SDA. Aktor ketiga yang berpengaruh terhadap pengaturan penggunaan sarana produksi pertanian adalah lembaga penelitian dengan bobot 0,133. Pengusaha merupakan aktor keempat dengan bobot sebesar 0,097 yang berpengaruh terhadap pengaturan penggunaan sarana produksi pertanian. Aktor kelima adalah lembaga keuangan yang berpengaruh terhadap pengaturan penggunaan sarana produksi pertanian dengan bobot 0,078. 69 Aktor yang paling berpengaruh terhadap keterlibatan pemerintah pusat dan daerah adalah kebijakan pemerintah dengan bobot sebesar 0,538. Pelaksanaan berbagai program pemerintah memerlukan keterlibatan dan dukungan dari pemerintah pusat dan daerah sehingga program yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik. Kemudian aktor kedua yang berpengaruh terhadap keterlibatan pemerintah pusat dan daerah yaitu lembaga penelitian dengan bobot 0,229. Lembaga penelitian sebagai lembaga yang berperan dalam penelitian dan pengembangan memerlukan dukungan keterlibatan pemerintah pusat dan daerah untuk mendorong terciptanya penelitian-penelitian baru. Aktor ketiga yang berpengaruh terhadap keterlibatan pemerintah pusat dan daerah adalah petani dengan bobot sebesar 0,083. Petani memerlukan peran pendamping dari pemerintah pusat dan daerah dalam mengembangkan usahataninya melalui penyuluhan maupun pendampingan terhadap program-program pemerintah. Lembaga keuangan dengan bobot 0,080 dan pengusaha dengan bobot 0,070 merupakan aktor keempat dan kelima yang berpengaruh terhadap keterlibatan pemerintah pusat dan daerah. Lembaga keuangan dan pengusaha bekerjasama dengan pemerintah pusat dan daerah dalam upaya pengembangan agribinis kentang di Kabupaten Banjarnegara. Pada faktor produktivitas, lembaga penelitian menjadi aktor yang paling berpengaruh dengan bobot 0,360. Lembaga penelitian berperan penting dalam meningkatkan produktivitas kentang dengan membuat atau menciptakan benih kentang yang bermutu maupun inovasi-inovasi teknologi baru. Aktor kedua yang berpengaruh terhadap produktivitas adalah petani dengan bobot 0,286. Pemerintah pusat dan daerah dengan bobot sebesar 0,141 merupakan aktor ketiga yang berpengaruh terhadap produktivitas. Petani serta pemerintah pusat dan daerah mempunyai peran penting untuk meningkatkan produktivitas dalam upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Aktor keempat yang berpengaruh terhadap produktivitas adalah lembaga keuangan dengan bobot 0,117. Peran lembaga keuangan sebagai lembaga pembiayaan usahatani membantu petani dalam pemenuhan kebutuhan sarana produksi pertanian yang bermutu yang berdampak pada peningkatan produktivitas. Aktor kelima yang berpengaruh terhadap produktivitas yaitu pengusaha dengan bobot 0,096. 70

b. Hasil Pengolahan pada Level Tujuan