Formulasi Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Kentang

56 informasi pasar, mengembangkan pola kemitraan dan penanganan pasca panen yang baik merupakan output yang diharapkan dari pengembangan agribisnis kentang di Kabupaten Banjarnegara. Kelima faktor output ini dipengaruhi oleh faktor kunci yang mempengaruhi pengembangan agribisnis yaitu faktor-faktor yang terdapat pada kuadran I dan II. Kuadran IV kiri bawah mempunyai pengaruh yang rendah terhadap kinerja sistem dan ketergantungan yang rendah terhadap keterkaitan antar faktor. Faktor yang terdapat pada kuadran ini yaitu kemampuan permodalan, dukungan lembaga keuangan, sarana transportasi, dan sistem tata niaga. Faktor tersebut dapat dikeluarkan dari sistem karena tidak mempunyai pengaruh dan tidak tergantung terhadap sistem unused. Faktor-faktor yang terdapat pada Kuadran I dan II merupakan faktor kunci yang sangat berpengaruh terhadap pengembangan agribisnis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat sepuluh faktor kunci yang mempengaruhi pengembangan agribisnis kentang di Kabupaten Banjarnegara, yaitu : 1 kebijakan pemerintah; 2 pendidikan dan pengetahuan petani; 3 potensi lahan; 4 pelatihan dan penyuluhan; 5 informasi hasil litbang mutakhir; 6 pengaturan waktu tanampanen; 7 sarana produksi pertanian; 8 pengaturan penggunaan sarana produksi; 9 keterlibatan pemerintah pusat dan daerah; dan 10 produktivitas. Berdasarkan faktor kunci tersebut, selanjutnya akan diformulasikan skenario pengembangan agribisnis kentang di Kabupaten Banjarnegara.

4.4 Formulasi Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Kentang

Skenario pengembangan agribisnis disusun berdasarkan faktor-faktor kunci yang berpengaruh terhadap pengembangan agribisnis kentang di Kabupaten Banjarnegara. Berdasarkan faktor-faktor tersebut selanjutnya dideskripsikan tentang berbagai keadaan state yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Dari kesepuluh faktor kunci yang berpengaruh terhadap pengembangan agribisnis, selanjutnya akan dipilih keadaan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Menurut Hardjomidjojo 2002, penyusunan skenario dimaksudkan untuk memprediksi kemungkinan yang dapat terjadi pada faktor tersebut, apakah akan berkembang ke arah yang lebih baik dari sekarang, tetap, atau akan semakin buruk 57 dari keadaan sekarang. Hasil ini dapat memberikan kewaspadaan bagi pengambil kebijakan untuk menjalankan strategi yang dipilih. Pemetaan keadaan faktor penentu pengembangan agribisnis kentang di Kabupaten Banjarnegara yang mungkin terjadi di masa yang akan datang dapat dilihat pada Tabel 15. Berdasarkan keadaan yang telah dibuat, maka dapat disusun skenario tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi untuk pengembangan agribisnis di masa yang akan datang. Skenario disusun dalam rangka menghasilkan rekomendasi operasional untuk pengembangan agribisnis di masa depan. Skenario pengembangan agribisnis kentang di Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Tabel 16. Skenario 1 adalah skenario optimis, oleh karena itu perlu didorong untuk terjadi. Skenario 2 adalah skenario moderat merupakan cerminan dari kebutuhan para pemangku kepentingan dengan mempertimbangkan kemampuan memperbaiki berbagai faktor penentu. Skenario 3 adalah skenario pesimis, maka pihak pengambil kebijakan hendaknya berusaha untuk menghindari terjadinya kemungkinan hal tersebut terjadi. Berdasarkan kemungkinan terjadinya di masa datang, skenario optimis skenario 1 merupakan skenario yang paling mungkin terjadi dibandingkan dengan skenario-skenario lainnya. Tabel 15 Pemetaan Keadaan Faktor Penentu Pengembangan Agribisnis Kentang di Kabupaten Banjarnegara Faktor Keadaan state Kebijakan Pemerintah 1A Semakin positif dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani 1B Tetap seperti sekarang, kurangnya keberpihakan pemerintah kepada petani Pendidikan dan Pengetahuan Petani 2A Semakin meningkat dengan adanya pelatihan dan penyuluhan dari instansi terkait 2B Tetap seperti sekarang, rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan petani Potensi Lahan 3A Semakin meningkat dengan adanya kesadaran dalam ikut menjaga kelestarian SDA 3B Tetap seperti sekarang, rendahnya pemahaman tentang keberlanjutan lingkungan 3C Semakin menurun, karena berkurangnya kesuburan lahan 58 Pelatihan dan Penyuluhan 4A Semakin meningkat dengan adanya pelatihan dan penyuluhan pertanian ramah lingkungan 4B Tetap seperti sekarang, terbatasnya tenaga penyuluh yang berkompeten untuk mendiseminasikan teknologi baru Informasi Hasil Litbang Mutakhir 5A Semakin meningkat sebagai dampak kemajuan teknologi informasi yang dengan mudah dapat diakses oleh petani 5B Tetap seperti sekarang, informasi hasil riset kurang dimanfaatkan oleh petani Pengaturan waktu tanampanen 6A Semakin baik dengan menerapkan rotasi tanaman yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan 6B Tetap seperti sekarang, pola tanam monokoltur yang menyebabkan berkembangnya OPT Sarana Produksi Pertanian 7A Semakin tercukupi dengan adanya kerjasama antara kelembagaan tani koperasi, dan asosiasi 7B Tetap seperti sekarang, keterbatasan sarana produksi, sulit didapatkan, dan harganya relatif mahal Pengaturan Penggunaan Sarana Produksi 8A Semakin baik dengan menerapkan pola tanam pertanian terpadu 8B Tetap seperti sekarang, petani belum melaksanakan pengaturan dalam penggunaan sarana produksi Keterlibatan Pemerintah Pusat dan Daerah 9A Semakin meningkat dengan adanya program- program yang dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan petani 9B Tetap seperti sekarang, kurangnya peran pendampingan terhadap program pemerintah Produktivitas 10A Semakin meningkat dengan mengadopsi teknologi baru dan menerapkan budidaya ramah lingkungan berbasis GAPSOP 10B Tetap seperti sekarang, rendahnya tingkat produktivitas karena rendahnya kualitas dan kuantitas benih bermutu 59 Keterangan : : Base Line Kondisi Sekarang : Skenario Optimis : Skenario Moderat : Skenario Pesimis Tabel 16 Skenario Pengembangan Agribisnis Kentang di Kabupaten Banjarnegara Kondisi sekarang Baseline 1B-2B-3B-4B-5B-6B-7B-8B-9B-10B No Skenario Keadaan 1 Optimis 1A-2A-3A-4A-5A-6A-7A-8A-9A-10A 2 Moderat 1A-2A-3A-4A-5B-6B-7B-8B-9B-10B 3 Pesimis 1B-2B-3C-4B-5B-6B-7B-8B-9B-10B Kondisi sekarang baseline pada agribisnis kentang di Kabupaten Banjarnegara, jika dilihat dari faktor kunci pengembangan agribisnis yaitu kebijakan pemerintah yang kurang berpihak kepada petani 1B, masih rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan petani 2B, potensi lahan berkurang karena rendahnya pemahaman tentang keberlanjutan lingkungan 3B, keterbatasan tenaga penyuluh yang berkompeten dalam pelatihan dan penyuluhan diseminasi teknologi baru 4B, informasi hasil litbang mutakhir kurang dimanfaatkan oleh petani 5B, pola tanam monokultur yang menyebabkan berkembangnya OPT 6B, sarana produksi terbatas, sulit diperoleh, dan harganya yang relatif mahal 7B, pengaturan penggunaan sarana produksi belum dilaksanakan oleh petani 8B, keterlibatan pemerintah pusat dan daerah kurang dalam hal peran pendampingan terhadap program pemerintah 9B, dan produktivitas yang rendah karena rendahnya kualitas dan kuantitas benih bermutu 10B. Skenario optimis merupakan cerminan kebutuhan para pemangku kepentingan untuk mencapai suatu kondisi agribisnis kentang yang ideal di masa depan. Pada skenario optimis, harus dilakukan upaya perbaikan yang maksimal terhadap semua faktor, sehingga sistem akan menuju ke arah yang lebih baik. Skenario optimis perlu didorong untuk terjadi. Skenario ini didasarkan kepada kondisi adanya sinergi berbagai kebijakan pemerintah dengan kemampuan internal agribisnis. Skenario optimis menjadi agribisnis kentang yang ideal akan terjadi jika pendidikan dan pengetahuan petani semakin meningkat dengan adanya pelatihan dan penyuluhan dari instansi terkait 2A, potensi lahan semakin meningkat dengan adanya kesadaran dalam ikut menjaga kelestarian SDA 3A, 60 pelatihan dan penyuluhan semakin meningkat dengan adanya pelatihan dan penyuluhan pertanian ramah lingkungan 4A, informasi hasil litbang mutakhir semakin meningkat sebagai dampak kemajuan teknologi informasi yang dengan mudah dapat diakses oleh petani 5A, pengaturan waktu tanampanen yang semakin baik dengan menerapkan pergiliran tanaman yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan 6A, sarana produksi pertanian semakin tercukupi dengan adanya kerjasama antara kelembagaan tani, koperasi, dan asosiasi 7A, pengaturan penggunaan sarana produksi semakin baik dengan menerapkan pola tanam pertanian terpadu 8A, keterlibatan pemerintah pusat dan daerah semakin meningkat dengan adanya program-program yang dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan petani 9A, dan produktivitas semakin meningkat dengan mengadopsi teknologi baru dan menerapkan budidaya ramah lingkungan berbasis GAPSOP 10A. Kemampuan internal agribisnis tersebut didukung oleh kebijakan pemerintah yang semakin positif dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani 1A. Skenario moderat dapat terjadi apabila kebijakan pemerintah semakin positif dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani 1A, pendidikan dan pengetahuan petani semakin meningkat dengan adanya pelatihan dan penyuluhan dari instansi terkait 2A, potensi lahan semakin meningkat dengan adanya kesadaran dalam ikut menjaga kelestarian SDA 3A, pelatihan dan penyuluhan semakin meningkat dengan adanya pelatihan dan penyuluhan pertanian ramah lingkungan 4A, informasi hasil litbang mutakhir kurang dimanfaatkan oleh petani 5B, pola tanam monokultur yang menyebabkan berkembangnya OPT 6B, sarana produksi terbatas, sulit diperoleh, dan harganya yang relatif mahal 7B, pengaturan penggunaan sarana produksi belum dilaksanakan oleh petani 8B, keterlibatan pemerintah pusat dan daerah kurang dalam hal peran pendampingan terhadap program pemerintah 9B, dan produktivitas yang rendah karena rendahnya kualitas dan kuantitas benih bermutu 10B. Skenario moderat ini merupakan cerminan dari kebutuhan para pemangku kepentingan dengan mempertimbangkan kemampuan memperbaiki berbagai faktor penentu. Skenario pesimis merupakan skenario yang tidak diharapkan terjadi. Pada skenario pesimis kebijakan pemerintah yang kurang berpihak kepada petani 1B, 61 masih rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan petani 2B, potensi lahan semakin menurun karena berkurangnya kesuburan lahan 3C, keterbatasan tenaga penyuluh yang berkompeten dalam pelatihan dan penyuluhan diseminasi teknologi baru 4B, informasi hasil litbang mutakhir kurang dimanfaatkan oleh petani 5B, pola tanam monokultur yang menyebabkan berkembangnya OPT 6B, sarana produksi terbatas, sulit diperoleh, dan harganya yang relatif mahal 7B, pengaturan penggunaan sarana produksi belum dilaksanakan oleh petani 8B, keterlibatan pemerintah pusat dan daerah kurang dalam hal peran pendampingan terhadap program pemerintah 9B, dan produktivitas yang rendah karena rendahnya kualitas dan kuantitas benih bermutu 10B. Kondisi optimis diharapkan terjadi dengan mendorong kondisi moderat. Tahapan yang dilakukan untuk mendorong terjadinya kondisi optimis dimulai dari kondisi saat ini baseline. Akan tetapi, jika kondisi saat ini tidak dapat ditingkatkan atau dipertahankan, maka kondisi pesimis dapat terjadi. Kondisi pesimis dapat terjadi jika potensi lahan dibiarkan semakin rusak. Adanya lahan- lahan kritis umumnya disebabkan oleh kegiatan yang secara langsung menyebabkan rusaknya daya dukung tanahlahan, antara lain pemanfaatan lereng bukit yang tidak sesuai dengan kemampuan peruntukannya, untuk lahan pertanian yang tidak menerapkan teknologi konservasi, bahkan tidak sedikit yang berubah fungsi menjadi areal permukiman. Tingginya lahan kritis yang beresiko pada terjadinya kerusakan lingkungan yang lebih kompleks, saat ini terjadi di kawasan Dieng. Penggunaan zat-zat kimia yang berlebihan pada tanah akan berakibat buruk pada kelestarian unsur-unsur kesuburan dan kelestarian tanah tersebut. Hal ini berdampak pada penurunan produktivitas kentang. Usaha-usaha memperbaiki dan mengembalikan kesuburan lahan harus ditingkatkan guna memulihkan ekosistem dan menjaga ketahanan pangan. Berdasarkan skenario-skenario yang telah disusun, skenario optimis merupakan skenario yang diharapkan terjadi. Demi mewujudkan skenario ini perlu dukungan dari berbagai pihak, seperti petani, stakeholders, lembaga litbang, lembaga keuangan, dan pihak swasta. 62 Gambar 7 Hirarki Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Kentang melalui Pendekatan Sumber Daya Manajemen di Kabupaten Banjarnegara. Fokus Faktor Aktor Tujuan Alternatif Strategi Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Kentang Melalui Pendekatan Sumber Daya Manajemen di Kabupaten Banjarnegara Kebijakan Pemerintah Pendidikan dan Pengetahuan Petani Informasi Hasil Litbang Mutakhir Pelatihan dan Penyuluhan Potensi Lahan Sarana Produksi Pertanian Pemerintah Pusat dan Daerah Lembaga Penelitian Petani Pengusaha Lembaga Keuangan Meningkatkan Teknik Budi Daya Meningkatkan Penelitian dan Pengembangan Pemberdayaan Petani KelompokTani Mengembangkan Jaringan Informasi dan Kemitraan Meningkatkan Dukungan Sarana dan Prasarana Membuka Lapangan Usaha Meningkatkan Pendapatan Petani Meningkatkan Produktivitas Peningkatan Nilai Tambah Pengaturan Penggunaan Sarana Produksi Keterlibatan Pemerintah Pusat dan Daerah Produktivitas Pengaturan Waktu TanamPanen 63 Keterangan : 1. Tingkat 1, Fokus : Goalfokus yang menjadi inti dari permasalahan yang ingin dipecahkan oleh metode AHP. 2. Tingkat 2, Faktor : Hal-hal yang menjadi faktor penyusunan strategi pengembangan agribisnis komoditas kentang melalui pendekatan sumber daya manajemen di Kabupaten Banjarnegara, diantaranya adalah kebijakan pemerintah, pendidikan dan pengetahuan petani, potensi lahan, pelatihan dan penyuluhan, informasi hasil litbang mutakhir, pengaturan waktu tanampanen, sarana produksi pertanian, pengaturan penggunaan sarana produksi, keterlibatan pemerintah pusat dan daerah, dan produktivitas. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor-faktor kunci yang berpengaruh terhadap strategi pengembangan agribisnis kentang. 3. Tingkat 3, Aktor : Aktor-Aktor yang berperan dalam pengambilan keputusan strategi pengembangan agribisnis kentang, yaitu : a. Pemerintah pusat dan daerah b. Lembaga penelitian c. Petani d. Pengusaha e. Lembaga keuangan 4. Tingkat 4, Tujuan : Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan agribisnis kentang di Kabupaten Banjarnegara : a. Membuka lapangan usaha b. Meningkatkan pendapatan petani c. Meningkatkan produktivitas d. Peningkatan nilai tambah 5. Tingkat 5, Strategi : Hal-hal yang dirumuskan sebagai pilihan keputusan yang dapat direkomendasikan kepada Pemkab Banjarnegara : a. Meningkatkan teknik budidaya b. Meningkatkan penelitian dan pengembangan c. Pemberdayaan petanikelompok tani d. Mengembangkan jaringan informasi dan kemitraan e. Meningkatkan dukungan sarana dan prasarana 64

4.5 Analisis Pemilihan Alternatif Strategi Pengembangan Agribisnis