6
2.2. BAHAN DAN METODE
2.2.1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah peta dasar hutan kota UI,
Srengseng dan PT JIEP yang berfungsi untuk mengetahui sebaran plot sesuai dengan strata tegakan. Alat yang digunakan adalah phi band untuk mengukur
diameter pohon, meteran panjang untuk mengukur plot sampling, klinometer untuk mengukuran tinggi pohon, GPS Global Positioning System untuk
menentukan posisi koordinat dan menyesuaikan ketepatan lokasi pengambilan sampel pohon sesuai dengan lokasi plot yang telah ditetapkan sebelumnya, tali
rapia untuk membatasi plot, patok untuk penanda plot, kamera untuk mengambil gambar-gambar yang terkait dengan penelitian dan tally sheet untuk mencatat dan
mengklasifikasi data yang telah diamati. 2.2.2. Metode
2.2.2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Provinsi DKI Jakarta Gambar 2.1. Hutan kota yang diamati terdiri dari tiga hutan kota yang telah dikukuhkan oleh Gubernur
DKI Jakarta, yaitu: hutan kota Universitas Indonesia UI yang berada di wilayah Jakarta Selatan dengan luas 52.40 ha, hutan kota Srengseng yang berada di
wilayah Jakarta Barat dengan luas 15.00 ha, dan hutan kota PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung PT JIEP yang berada di Jakarta Timur dengan luas 8.90 ha.
Penelitian ini dilakukan selama enam bulan, yaitu Februari 2012 - Agustus 2012.
Sumber: Samsoedin dan Waryono, 2010 Gambar 2.1. Peta lokasi hutan kota DKI Jakarta a, hutan kota PT JIEP b, hutan
kota Srengseng c dan hutan kota UI d a
d c
b
7
2.2.2.2. Penentuan Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu tiga hutan kota dipilih secara sengaja berdasarkan keterwakilan fungsi utama
jasa lanskap hutan kota yaitu: 1 hutan kota sebagai konservasi keanekaragaman hayati maka dipilih hutan kota UI sebagai perwakilannya, 2 hutan kota sebagai
estetika atau rekreasi maka dipilih hutan kota Srengseng sebagai perwakilannya, dan 3 hutan kota sebagai penyangga lingkungan industri maka dipilih hutan kota
PT JIEP sebagai perwakilannya. Pemusatan pada tiga hutan kota juga didasarkan atas pertimbangan kelayakan waktu penelitian.
2.2.2.3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode survey. Data diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan, wawancara dengan stakeholder hutan kota dan
pengumpulan data dari lembaga atau instansi yang terkait dengan penelitian. 2.2.2.4. Penentuan Sampling, Bentuk dan Jumlah Plot
Penentuan sampling plot menggunakan metode purposive sampling yang terlebih dahulu dilakukan pengamatan lapang ground cheek untuk melihat dan
memastikan kesesuaian penempatan plot Gambar 2.2. Intensitas sampling yang digunakan yaitu 1 dan bentuk plot yang digunakan adalah bujur sangkar
Gambar 2.3. Bentuk plot bujur sangkar merupakan bentuk plot yang relatif sering digunakan dalam analisa vegetasi hutan di Indonesia. Jumlah plot yang
dipergunakan sebanyak 43 plot dengan ukuran 20 m x 20 m SNI 2011.
Gambar 2.2. Metode penyebaran plot dengan purposive sampling
Gambar 2.3. Bentuk plot sampling petak kuadrat
20 m x 20 m 10 m x 10 m
5 m x 5 m 2 m x 2 m
Jalan Plot sampling
8
2.2.2.5. Pengukuran Biomassa Pohon
Tahapan pengukuran biomassa pohon dilakukan yaitu 1 identifikasi nama jenis, 2 mengukur diameter batang setinggi dada atau pada ketinggian 1.3
meter dari atas permukaan tanah Gambar 2.4, 3 mencatat data dbh dan nama jenis ke dalam tally sheet, dan 4 menghitung biomassa pohon SNI 2011.
Pohon normal: DBH diukur 1.3 meter dari permukaan
tanah Pohon miring: DBH diukur
1.3 meter dari permukaan tanah terdekat atau searah
kemiringan pohon Pohon normal pada tanah
miring: DBH diukur 1.3 meter dari permukaan
tanah tertinggi
Pohon cacat: jika 1.3 meter tepat berada pada batang
cacat gembung, DBH diukur pada batas bagian
yang mulai normal, diatas atau dibawah tergantung
yang terdekat Pohon cabang: jika 1.3 meter
tepat berada pada awal percabangan, DBH diukur
dibagian bawah cabang yang masih normal
Pohon cabang: jika 1.3 meter berada di atas
cabang, ukur DBH di kedua cabang dan
dianggap 2 batang
Gambar 2.4. Pengukuran diameter setinggi dada pada berbagai kondisi pohon
Pohon berakar penunjang: DBH diukur 1.3 meter dari batas atas akar penunjang
Pohon berbanir: DBH diukur 20 cm dari batas banir
9
2.2.2.5. Perhitungan Biomassa, Cadangan Karbon dan Serapan CO
2
Penentuan biomassa pohon hutan kota dilakukan dengan metode sampling tanpa pemanenan non-destruktive sampling, yaitu menggunakan persamaan
allometrik berdasarkan spesies tanaman yang sudah ada Kusmana et al. 1992. Persamaan allometrik merupakan suatu fungsi atau persamaan matematika, yang
menunjukkan hubungan antara bagian tertentu dari mahluk hidup dengan bagian lain atau fungsi tertentu dari makhluk hidup tersebut. Persamaan ini digunakan
untuk menduga parameter tertentu dengan menggunakan parameter lainnya yang lebih mudah diukur yaitu diameter dan tinggi Hairiah et al. 2011. Menggunakan
persamaan allometrik yang sudah ada memiliki kelebihan yaitu tidak melakukan pemanenan atau pengrusakan terhadap pohon, lebih efesien terhadap waktu dan
biaya. Selain itu, metode ini sesuai dengan acuan pasal 26 ayat 2 PP No. 63 Tahun 2003 tentang larangan melakukan pengrusakan terhadap pohon hutan kota.
Perhitungan cadangan karbon pohon hutan kota dilakukan dengan menggunakan rumus kandungan biomassa yang dikembangkan oleh IPCC 2006
yaitu C
b
= B x C organik. Nilai serapan CO
2
diketahui dengan menggunakan perbandingan masa molekul relatif O
2
44 dan masa atom relatif C 12 yaitu 3.67 x cadaangan karbon. Nilai berat jenis kayu, diakses melalui database wood
density of trees word agroforestry http:www.worldagroforestry.org, FAO http:www.fao.org dan situs dunia tumbuhan http:www.plantamor.com.
2.2.2.6. Analisis Data
a. Analisis Potensi Biomassa