melakukan  kegiatan  budidaya  ikan  kerapu,  masa  panen  atau  produksinya  relatif lama.  Usaha  budidaya  ikan  kerapu    banyak  kendala  dengan  risiko  yang  lebih
tinggi  bila  dibanding  rumput  laut.  Dari  sisi  penerapan  teknologi,  budidaya  ikan kerapu  jauh  lebih  sukar.  Biaya  pakan  merupakan  pengeluaran  terbesar  bagi
pembudidaya dalam   melakukan kegiatan budidaya ikan kerapu hampir 70 dari biaya produksi.
Ditinjau dari aspek ekologi, komoditas budidaya ikan kerapu memberikan banyak  manfaat  terhadap  lingkungan  sekitarnya  antara  lain  adalah  dapat
mengkonservasi lahan pesisir terhadap berbagai aktivitas penangkapan yang tidak berwawasan  lingkungan.  Secara  ekonomi  nilai  jual  di  pasaran  cukup  tinggi  bila
dibandingkan  dengan  hasil  penjualan  rumput  laut.    Perkembangan  kedua  usaha budidaya  tersebut  di  Kabupaten  Maluku  Tenggara  memberikan  keuntungan  bagi
kehidupan  masyarakat  disekitar  lokasi  budidaya  serta  memberikan  peluang kesempatan kerja untuk masyarakat pesisir.
5.7.  Arahan Strategi Pengembangan Budidaya Perikanan di Teluk Levun Secara Berkelanjutan
Pengembangan  budidaya  secara  terpadu  dan  berkelanjutan  pada  dasarnya merupakan suatu strategi pembangunan yang memberikan semacam ambang batas
limit pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah serta sumberdaya alam yang ada di  dalamnya.  Ambang  batas  ini  tidak  bersifat  mutlak  absolute,  melainkan
merupakan  batas  yang  luwes  flexible  yang  bergantung  pada  kondisi  teknologi dan  sosial  ekonomi  tentang  pemanfaatan  sumberdaya  alam,  serta  kemampuan
biosfir untuk  menerima  dampak  kegiatan  manusia  guna  mencapai  pembangunan
yang optimal dan berkelanjutan.
Sumberdaya  budidaya  perikanan  kawasan  Teluk  Levun  diharapkan memberikan  manfaat  yang  optimal  bagi  masyarakat  dan  pengembangan
perekonomian wilayah, namun pada sisi  lain  pemanfaatan harus  memperhatikan aspek  lingkungan  agar  dapat  berkelanjutan.  Dahuri  et  al  2001  diacu  dalam
Riswandi  2006,  menyebutkan  bahwa  pembangunan  berkelanjutan  yaitu pembangunan  untuk  memenuhi  kebutuhan  umat  manusia  saat  ini,  tanpa
menurunkan  atau  menghancurkan  kemampuan  generasi  mendatang  dalam memenuhi kebutuhannya. Sektor perikanan merupakan sektor yang menghasilkan
produk  yang  memiliki  dampak  terbentuknya  usaha  sektor  hulu  dan  hilir  yang cukup  banyak  seperti  industri  pembuatan  kapal,  alat  tangkap,  pengolahan  hasil,
pembibitan  ikan,  pabrik  es,  usaha  pakan  dan  tepung  ikan,  transportasi, perdagangan dan lain-lainnya.
Dari  hasil  analisis  Gambar  18,  bahwa  prioritas  kebijakan  dengan mempertimbangkan  aspek  ekologi,  ekonomi,  sosial  dan  teknologi,  maka  aspek
ekonomi mempunyai nilai tertinggi sebesar 0,426 diikuti aspek sosial dengan nilai 0,282  ketiga  adalah  aspek  ekologi  dengan  nilai  sebesar  0,264  dan  terakhir
teknologi  dengan  nilai  sebesar  0,028.  Pada  aspek  ekonomi  faktor  yang  sangat mempengaruhi    pengembangan  budidaya  perikanan  di  kawasan  Teluk  Levun
adalah peningkatan pendapatan dengan nilai 0,258. Aspek  sosial  merupakan  aspek  urutan  kedua  yang  ingin  dicapai  dalam
pengembangan  budidaya  perikanan.  Faktor  yang  menjadi  prioritas  pada  aspek sosial  adalah  adat  dan  tradisi  masyarakat  setempat.  Artinya  keterlibatan
pemerintah secara penuh  atau parsial dalam pengembangan kawasan Teluk  yang betujuan    mengedepankan  kepentingan  kesejahteraan  masyarakat  dan
perlindungan  terhadap  sumberdaya  perikanan,  harus  mempertimbangkan  pula tradisi-tradisi  yang  sudah  ada  dan  berkembang  di  masyarakat.  Masyarakat
mengharapkan  adanya  interaksi  sosial  yang  baik  dan  keterkaitan  peran  berbagai pihak  stakeholders.  Bagi  masyarakat  interaksi  antara  mereka  akan  terjalin  dan
tetap  terjaga  dengan  slogan  budaya  “vuut  ain  mehe  ngifun,  manut  ain  mehe  ni telur
“ maka adanya istilah  “ain ni ain” artinya : “kita semua dari satu turunan yaitu  dari  satu  ayam  punya  telur  atau  dari  satu  ikan  punya  telur”    maka    “kita
semua adalah satu”
Fakor  tenaga  kerja  pada  aspek  sosial  diindikasikan  bahwa  dengan mengembangkan  budidaya  perikanan  diharapkan  dapat  menyerap  tenaga  kerja
masyarakat  setempat.  Hal  ini  sudah  berlaku  umum  karena  pekerjaan  merupakan kebutuhan  manusia  dewasa  dan  merupakan  status  sosial  seseorang  di  tengah
masyarakat. Sesuai dengan potensi dan kondisi daerah yang memiliki wilayah laut yang cukup besar maka  sektor perikanan diharapkan mempunyai kontribusi bagi
penyerapan tenaga kerja.
Aspek  ekologi  merupakan  urutan  ketiga  yang  ingin  dicapai  dengan  faktor prioritas  adalah  kualitas  air.  Ini  mengindikasikan  bahwa  air  merupakan  media
utama  kegiatan  budidaya    sehingga  perlu  kesadaran  masyarakat  untuk  menjaga daya  dukungnya.  Cara  yang  selama  ini  dilakukan  oleh  masyarakat  adalah
mempertahankan    keberadaan  hutan  mangrove  bakau  bahkan  penanaman kembali  replanting.  Supriharyono  2000  diacu  dalam  Riswandi  2006,
menyebutkan  bahwa  hutan  mangrove  mempunyai  arti  yang  penting  bagi perikanan  karena  suburnya  perairan  disekitar  mangrove  memungkinkan  sebagai
tempat  pemijahan,  pengasuhan  dan  mencari  makan  bebagai  hewan  air  termasuk ikan,  udang  dan  kepiting.  Faktor  ketersediaan  luasan  lahan  Teluk  Levun  bagi
pengembangan budidaya
perikanan berdasarkan
analisis optimasi
merekomendasikan bahwa luasan yang sesuai untuk budidaya ikan kerapu sebesar 75,21 ha dan 127 ha  bagi pengembangan budidaya rumput laut.
Ditinjau dari analisis kelayakan kedua usaha tersebut layak dikembangkan, namun  demikian  keberhasilan  budidaya  ikan  kerapu  sangat  tergantung  dari  nilai
SR  survival  rate.  Nilai  SR  dari  budidaya  ikan  kerapu  rata-rata  dibawah  90 berkisar  antara  82  -  87  kondisi  ini  dapat  dikatakan  bahwa,    kelangsungan
hidup  dari  kerapu  sangat  berisiko  sehingga  kualitas  benih  harus  prima.  Menurut pendapat  pembudidaya  di  lokasi  penelitian,  bibit  kerapu  yang  berasal  dari  balai
bantuan  pemerintah  rentan  terhadap  lingkungan  baru,  sehingga  langkah  awal, dilakukan  penyesuaian  lingkungan  yang  membutuhkan  adaptasi  secara  perlahan-
lahan.  Tabel  35,  menyajikan  jumlah  kerapu  awal  dan  akhir  dan  presentase kematian kerapu  pada masing-masing keramba di Teluk Levun.
Tabel 35. Jumlah Budidaya Kerapu Awal dan Akhir dan Survival Rate di Teluk Levun
Nelayan Awal
Akhir Jumlah Kerapu
Mati Survival Rate
1 1000
850 150
85 2
1000 840
160 84
3 1000
850 150
85 4
1000 840
160 84
5 1000
830 170
83 6
1000 840
160 84
7 1000
850 150
85 8
1000 850
150 85
9 1000
850 150
85 10
1000 840
160 84
11 1000
850 150
85 12
1000 820
180 82
13 1000
850 150
85 14
1000 870
130 87
Jumlah 11.830
2.170 84.5
Sumber : Data Primer, diolah. 2010
Faktor  lain  yang  turut  mempengaruhi  kematian  ikan  kerapu  yaitu pembudidaya  kurang  menguasai  teknologi  dan  manajemen  pembudidaya  dengan
baik,  terutama  faktor  pemilihan  benih  yang  bermutu,  pengendalian  hama  dan penyakit, pakan ikan serta penempatan keramba pada lokasi yang benar, sehingga
diperlukan pelatihan dan pendampingan. Diharapkan perumusan berbagai strategi yang akan dilakukan di masa mendatang perlu mempertimbangkan faktor ini, agar
strategi dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Analisis  prioritas  yang  dilakukan  terhadap  kedua  komoditi  baik  kerapu
maupun rumput laut menghasilkan nilai prioritas dari rumput laut  sebesar 0,598 lebih besar dari nilai yang diperoleh kerapu 0,402. Responden memberikan alasan
bahwa,  pembudidaya  ikan  kerapu  sering  mengalami  masalah  pakan,  yang bergantung  pada  pakan  segar  ikan  rucah.  Ketersediaan  pakan  tersebut  bersifat
musiman,  tidak  tepat  waktu,  mutu  dan  jumlah  sehingga  usaha  budidaya  ikan kerapu yang mengandalkan pakan segar tidak bisa dikembangkan skala usahanya.
Pengamatan yang dilakukan pada tingkat pasar, memperlihatkan bahwa kebutuhan ikan  untuk  keperluan  konsumsi  manusia  saja  tidak  mencukupi,  apalagi  untuk
keperluan pakan budidaya. Selain masalah pakan, pembudidaya ikan kerapu rata- rata  memiliki  pengetahuan  yang  rendah  di  bidang  teknologi  budidaya,  terutama
dalam  menangani  hama  dan  penyakit.  Hal  ini  secara  tidak  langsung mempengaruhi  tingkat  produksi  ikan  kerapu.  Diharapkan  kedepannya  perlu
dilakukan  pelatihan  dan  pendampingan  bagi  pembudidaya,  monitoring  dan evaluasi bagi penanganan hama dan penyakit ikan sehingga usaha budidaya ikan
kerapu  tetap  merupakan  usaha  yang  memberikan  keuntungan  dan  menambah pendapatan bagi pembudidaya ikan kerapu.
Pengamatan yang dilakukan bagi budidaya rumput laut, terlihat bahwa unit yang kosong terjadi karena pembudidaya kesulitan memperoleh benih rumput laut
yang  unggul.  Kurangnya  informasi  teknologi  dapat  menyebabkan  masyarakat khususnya pembudidaya kurang memahami pentingnya memilih bibitbenih yang
baik,  guna  menjaga  keberlanjutan  usaha  budidaya  perikanan.  Diharapkan kedepannya  pemerintah  dapat  membantu  tersedia  bibit  rumput  laut  yang  cukup
memadai sehingga pengembangan budidaya perikanan lebih optimal karena bibit merupakan  salah  satu  sarana  input  yang  sangat  mempengaruhi  kelangsungan
kegiatan  budidaya.  Rendahnya  penguasaan  teknologi  budidaya  dapat mengakibatkan  kegagalan  panen  akibat  serangan  penyakit  “ice-ice”  yang  tidak
dipahami  oleh  pembudidaya.  Penyakit  ini  menyerang  batang  rumput  laut  yang ditandai dengan memutih dan membusuknya batang sehingga mudah patah diterpa
ombak yang menyebabkan tanaman rusak sebelum mencapai umur panen. Mengacu pada semua hasil analisis yang dilakukan untuk mencapai kondisi
optimum  dalam  pengelolaan  budidaya  perikanan,  maka  strategi  pengelolaan  dan pengembangan budidaya perikanan di Teluk Levun Kabupaten Maluku Tenggara
adalah sebagai berikut: 1.  Karakteristik perairan kawasan Teluk Levun secara umum masih layak untuk
dikembangkan  bagi  kegiatan  budidaya  perikanan.  Namun  mengingat  sifat perairan  laut  yang  open  access,  maka  pengelolaan  lingkungan  perairan  di
Teluk  Levun  harus  dinamis.  Hal  ini  sangat  penting  mengingat  selalu  terjadi pembaharuan  informasi  dan  data  ekologi  yang  selalu  berkembang.  Peluang
dilaksanakannya  kajian  dan  evaluasi  secara  rutin  justru  akan  mendukung keberhasilan  pengelolaan.  Prinsip-prinsip  yang  digunakan  dalam  sistem
pengelolaan  dan  pengembangan  melalui  partisipasi  dan  keterpaduan  multi stakeholder  yang  terfokus  pada  pengelolaan  sumberdaya  laut  secara
berkelanjutan.  Kegagalan  sebagian  pelaku  usaha  perikanan,  khususnya pembudidaya ikan kerapu dan rumput laut di daerah ini karena belum adanya
data  dan  informasi  teknis  yang  detail  tentang  tentang  potensi  sumberdaya budidaya  perikanan.  Tersedianya  profil  detail  potensi  penting  untuk
mempromosikan  dan  meyakinkan  investor  tentang  potensi  sumberdaya  yang dimiliki di Teluk Levun.
2.    Pengembangan  teknologi  budidaya  laut  ditujukan  untuk  menyelesaikan masalah budidaya perikanan yang sering menjadi faktor penghambat kegiatan
produksi  selama  ini.  Secara  umum  terdapat  permasalahan  teknologi  pada budidaya  ikan  kerapu  metode  KJA  dan  budidaya  rumput  laut  metode  long
line. Pada  budidaya  ikan  kerapu,  masalah  benih  yang  memiliki  tingkat
survival  rate yang  rendah,  ketersediaan  pakan  segar  yang  bergantung  pada
musim  dan  penyakit  yang  menyerang  ikan  kerapu.  Pada  budidaya  rumput laut, penyakit “ice-ice” menyebabkan gagal panen. Diharapkan kedepan, baik
ikan  kerapu  maupun  rumput  laut  dalam  penyediaan  bibitbenih  yang berkualitas sehingga dapat menghasilkan panen yang baik dan meningkatkan
produksi. 3.  Peningkatan  sumberdaya  manusia  merupakan  faktor  penting  dalam
menggerakan  roda  pembangunan.  Peningkatan  SDM  memiliki  multiplier effect
yang besar terhadap berbagai bidang kehidupan manusia berupa sikap, mental,  manajerial,  pengetahuan  dan  ketrampilan.  Pelatihan  atau  kursus
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan SDM para pembudidaya dan pelaku  usaha  terkait  dan  diikuti  dengan  pendampingan  dari  para  ahli  dan
praktisi  yang  baik  sehingga  dapat  dimonitor  praktek  budidaya  yang dilaksanakan sudah benar.
4.    Pengembangan  pangsa  pasar  hasil  panen.  Pasar  yang  akan  dikembangkan dapat berupa pasar lokal, regional maupun ekspor ke luar negeri, mengingat
Kabupaten  Maluku  Tenggara  memiliki  pelabuhan  dan  transportasi  yang lancar  dan  sebagai  sentra  yang  menghubungkan  beberapa  pulau  di  kawasan
Maluku.  Kedepannya  diharapkan  terciptanya  suatu  proses  jual  beli  antar sistem  pada  pasar  skala    lokal,  regional  maupun  ekspor  dengan  intensitas
yang  lebih  tinggi  dan  saling  mendukung.  Melalui  strategi  yang  baik, diharapkan  akan  tumbuh  pelaku-pelaku  bisnis  di  kelompok  budidaya  laut
Kabupaten  Maluku  Tenggara,  yang  akan  memperkuat  bisnis  budidaya
perikanan  sehingga  struktur  pasar  lebih  kompetitif  dan  harga  komoditi  ikan kerapu dan rumput laut menjadi lebih baik.
5.  Adanya penguatan kelembagaan  yang melibatkan seluruh masyarakat, mulai dari  tahap  perencanaan,  evaluasi  dan  pemantauan  usaha  yang  berlangsung
agar usaha dapat berjalan dengan efektif namun tidak birokratis. Diharapkan adanya peran pemerintah bagi pembudidaya dalam melakukan program  atau
kegiatan  pengembangan  budidaya    agar  dapat    memanfaatkan  kredit  dan bantuan  modal  secara  optimal  untuk  pengembangan  budidaya  perikanan  di
Kabupaten Maluku Tenggara.
VI.  KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.  Kesimpulan