Analisis Kebijakan Prioritas Pengembangan Komoditas Budidaya Perikanan di Teluk Levun

yang diperlihatkan, merupakan suatu ukuran nilai keuntungan bagi pembudidaya di Teluk Levun. Nilai NPV yang diperoleh dari modal sendiri lebih besar dari nilai NPV yang dihasilkan oleh modal pinjaman. Namun Nilai Net BC dan IRR yang dihasilkan oleh modal pinjaman Bank lebih besar dari yang dihasilkan oleh modal sendiri. Masing-masing menunjukan keuntungan bersih yang akan diperoleh selama 5 tahun yang dihitung berdasarkan nilai uang saat ini. Hasil analisis biaya manfaat yang dilakukan dengan menghitung nilai NPV, Net BC dan IRR. Nilai NPV yang biasanya digunakan sebagai patokan penilaian kelayakan pengembangan suatu usaha, bila dibandingkan dengan analisis Net BC dan IRR, karena NPV lebih dapat menggambarkan besaran manfaat proyek.

5.6. Analisis Kebijakan Prioritas Pengembangan Komoditas Budidaya Perikanan di Teluk Levun

Analisis kebijakan bertujuan untuk mengkaji prioritas pengembangan komoditas budidaya di Teluk Levun dengan menggunakan pendekatan Proses Hirarki Analitik AHP dengan bantuan perangkat lunak Criterium Decisioun Plus. Analisis ekologi, ekonomi dan sosial terhadap kegiatan budidaya ikan kerapu dan rumput laut di Teluk Levun menunjukan suatu hasil yang layak untuk dilakukan pengembangan terhadap kedua jenis komoditi tersebut. Selanjutnya dilakukan analisis kebijakan pengembangan budidaya ikan kerapu dan rumput laut terhadap aspek ekologi, ekonomi, sosial dan teknologi guna menentukan prioritas alokasi sumberdaya di Teluk Levun. Analisis dengan menggunakan AHP bertujuan untuk memecahkan masalah- masalah secara terukur kuantitatif maupun masalah-masalah yang memerlukan pendapat para pakar. Ukuran penilaian tersebut kemudian disintesis melalui penggunanaan vektor guna menentukan prioritas dari semua faktor sampai dengan penentuan kebijakan pengembangan yang dilakukan oleh stakcholder yang terkait agar dapat memperoleh hasil yang baik pula. Analisis data dilakukan dengan menggunakan alat bantu paket program Criterium Decisioun Plus Saaty 1993. Langkah-langkah yang dilakukan dengan menggunakan program decision plus disajikan pada Lampiran 14. Persoalan yang hendak dipecahkan yaitu: presepsi stakeholder atau pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan dan penentu kebijakan di daerah untuk pengembangan budidaya perikanan. Dari keempat aspek tersebut ekologi, ekonomi, sosial dan teknologi terdapat beberapa faktor yang sangat mempengaruhi keputusan pada pemilihanpenentuan prioritas penggunaan lahan dalam pemanfaatan kawasan Teluk Levun yang akan dikembangkan. Hasil analisis optimasi untuk kesesuaian lahan masing-masing penggunaan lahan, diperoleh luas area bagi budidaya ikan kerapu sebesar 150,42 ha dan budidaya rumput laut sebesar 254 ha. Hasil wawancara dari kriteria yang dibangun berdasarkan keterkaitan dan tingkat kepentingan terhadap pengembangan budidaya perikanan, meliputi aspek ekologi, ekonomi sosial dan teknologi. Penggunaan lahan untuk kegiatan budidaya ikan kerapu, responden menyatakan bahwa aspek ekonomi dengan nilai 0,311 paling berperan, dan faktor yang sangat mempengaruhi adalah peningkatan pendapatan dengan bobot 0,303 Tabel 32 dan 33. Hal ini dimungkinkan karena ikan kerapu memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga memperluas area usaha akan mempengaruhi tingkat penjualan yang berpengaruh terhadap meningkatnya pendapatan masyarakat pesisir dan PAD. Alasan lain yang dikemukakan oleh responden bahwa aspek ekonomi menjadi prioritas karena berhubungan erat dengan pemanfaatan sumberdaya dalam meningkatkan pendapatan pembudidaya ikan yang nantinya mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat. Hasil analisis pendapat terhadap pertimbangan aspek penentuan prioritas penggunaan lahan kawasan Teluk Levun Kabupaten Maluku Tenggara disajikan pada Tabel 32 dan Hasil analisis pendapat terhadap faktor-faktor yang berpengaruh dalam menentukan prioritas penggunaan kawasan Teluk Levun Kabupaten Maluku Tenggara disajikan pada Tabel 33. Tabel 32. Hasil Analisis Pendapat terhadap Pertimbangan Aspek Penentuan Prioritas Penggunaan Lahan Kawasan Teluk Levun di Kabupaten Maluku Tenggara Penggunaan Lahan Aspek Ekologi Ekonomi Sosial Teknologi Bobot Prioritas Bobot Prioritas Bobot Prioritas Bobot Prioritas Budidaya Ikan Kerapu 0,102 4 0,311 1 0,209 2 0,177 3 Budidaya Rumput Laut 0,127 3 0,511 1 0,507 2 0,055 4 Tabel 33. Hasil Analisis Pendapat terhadap Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Penentuan Prioritas Penggunaan Lahan Kawasan Teluk Levun di Kabupaten Maluku Tenggara Faktor Budidaya Ikan Kerapu Budidaya Rumput Laut Bobot Prioritas Bobot Prioritas Pendapatan 0,303 1 0,178 2 Pasar 0,228 2 0,137 4 Produksi 0,129 3 0,057 7 Kualitas Air 0,111 4 0,058 6 Ketersediaan Lahan 0,072 5 0,136 5 Tenaga Kerja 0,075 6 0,157 3 Adat dan Kebiasaan 0,049 7 0,197 1 Tansfer Teknologi 0,042 8 0,055 8 Penggunaan perairan untuk kegiatan budidaya rumput laut menunjukkan bahwa pertimbangan aspek ekonomi merupakan prioritas pertama dengan bobot sebesar 0,511 dan faktor yang sangat berpengaruh pada aspek tersebut adalah faktor adat dan kebiasaan yang turun temurun dengan bobot 0,197. Prioritas kedua adalah pendapatan dengan bobot 0,178 sedangkan prioritas ketiga adalah penyerapan tenaga kerja dengan bobot sebesar 0,157. Tabel 32 dan 33. Berdasarkan hasil analisis pendapat gabungan pada penentuan prioritas penggunaan kawasan Teluk menunjukan bahwa penggunaan kawasan Teluk Levun lebih diutamakan untuk pengembangan budidaya rumput laut dengan bobot nilai sebesar 0,598 yang didasari pada pertimbangan aspek ekonomi dengan bobot nilai 0,426, dan sosial budaya dengan bobot nilai sebesar 0,282. Tabel 34 menampilkan hasil analisis hierarki pendapat gabungan pada penentuan prioritas penggunaan kawasan Teluk Levun. Tabel 34. Hasil Analisis Pendapat Gabungan pada Penentuan Prioritas Penggunaan Lahan Kawasan Teluk Levun di Kabupaten Maluku Tenggara Penggunaan Lahan Budidaya FAKTOR Ea1 0,179 Ea2 0,084 Eb1 0,258 Eb2 0,112 Eb3 0,56 S1 0,170 S2 0,112 T 0,028 Bobot Prioritas Ikan Kerapu 0,200 0,250 0,333 0,750 0,750 0,333 0,500 0,333 0,402 2 Rumput Laut 0,800 0,750 0,667 0,250 0,250 0,667 0,500 0,667 0,598 1 Keterangan: Ea1: Kualitas Air Eb1: Pendapatan S1: Tenaga Kerja T: Teknologi Ea2: Ketersediaan Lahan Eb2: Produksi S2: Adat dan Kebiasaan Eb3: Pasar Hasil analisis hierarki kegiatan budidaya ikan kerapu, rumput laut dalam penggunaan kawasan Teluk Levun disajikan pada Gambar 18 Sasaran Aspek Kriteria Prioritas Kebijakan Gambar 18. Hasil Analisis Hierarki Kegiatan Budidaya Ikan Kerapu, Rumput Laut dalam Penggunaan kawasan Teluk Levun Gambar 18 memperlihatkan perbandingan menyeluruh antara aspek dan masing-masing kriteria untuk memperoleh kebijakan pengembangan komoditi budidaya perikanan di Teluk Levun. Hasil pembobotan tersebut, kemudian digunakan sebagai dasar dalam mengkaji kebijakan prioritas pengembangan budidaya perikanan. Prioritas Pengembangan Budidaya Ekologi 0,264 Ekonomi 0,426 Sosial Budaya 0,282 Tenaga Kerja 0,0112 Pasar 0,112 Budidaya Rumput Laut 0,598 Budidaya Ikan Kerapu 0,402 Kualitas Air 0,179 Keterse- diaan Lahan 0,084 Penda Patan 0,258 Produk si 0,56 Teknologi 0,028 Adat Kebias aan 0,170 Tasfer Tekno Logi 0,028 Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa budidaya rumput laut mempunyai total bobot prioritas lebih tinggi yakni sebesar 0,598 bila dibandingkan dengan budidaya ikan kerapu yang memiliki nilai 0,402. Dari bobot penilaian prioritas terlihat bahwa rumput laut merupakan prioritas komoditas budidaya di Teluk Levun, dikarenakan rumput laut mempunyai nilai prioritas relatif yang cukup tinggi pada hampir semua kriteria Gambar 19. Gambar 19. Prioritas Pengembangan Komoditi Budidaya Perikanan di Teluk Levun. Berdasarkan Gambar 19, kebijakan Prioritas Pengembangan Komoditi Budidaya Perikanan di Teluk Levun yang dilakukan terlihat bahwa nilai prioritas kebijakan pengembangan komoditi yang diperoleh dari budidaya ikan kerapu sebesar 0,402 lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai prioritas kebijakan pengembangan komoditi yang diperoleh dari rumput laut yaitu sebesar 0,598. Artinya pendapat gabungan pada prioritas penggunaan lahan menunjukan bahwa penggunaan lahan di Teluk Levun lebih diprioritaskan untuk budidaya rumput laut. Berdasarkan Lampiran 14; Gambar 3 yang merupakan salah satu tampilan contoh dari pengisian nilai kriteria, terlihat bahwa nilai Consistency Ratio CR yang dihasilkan oleh budidaya ikan kerapu dan budidaya rumput laut sebesar 0,084 mengindikasikan bahwa para stakeholder konsisten dalam pemberian nilai pembobotan dengan tingkat penyimpangan kecil. Menurut Saaty 1993 nilai CR lebih kecil atau sama dengan 0,10 maka pendapat atau presepsi dari pakar key information dikatakan konsisten dan dapat dipercaya. Dari hasil wawancara, pendapat atau aspirasi yang diberikan responden menunjukan interes mengenai kebijakan pemanfaatan kawasan Teluk Levun Budidaya Ikan Kerapu Budidaya Rumput Laut dalam meningkatkan pendapatan pembudidaya. Aspirasi yang dikemukakan diharapkan memberikan masukan dan keinginan mereka mengenai kebijakan pemanfaatan dan pengembangan kawasan Teluk Levun. Berdasarkan wawancara pertimbangan pemilihan prioritas komoditas rumput laut meliputi aspek ekologis, komoditas rumput laut memberikan banyak manfaat terhadap lingkungan sekitarnya antara lain adalah dapat mengkonservasi lahan pesisir terhadap berbagai aktivitas penangkapan yang tidak berwawasan lingkungan. Memiliki fungsi ekologis yang sama dengan ekosistem pesisir lainnya seperti; mangrove, lamun dan karang. Selama masa pemeliharaan sampai dengan masa panen, rumput laut tidak diberikan pakan, akan tetapi rumput laut mendapatkan makanan dan nutrisi dari yang tersedia di perairan laut. Dengan demikian budidaya rumput laut ini tidak mencemari dan merusak lingkungan disekitar. Aspek Sosial, perkembangan usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara memberikan keuntungan bagi kehidupan masyarakat disekitar lokasi budidaya. Memberikan peluang kesempatan kerja yang tersedia, karena menyerap tenaga kerja yang lebih banyak. Aspek Teknologi, budidaya rumput laut sangat menguntungkan karena dalam proses budidayanya tidak banyak memerlukan tingkat keterampilan tinggi sehingga dapat dilakukan oleh semua anggota keluarga pembudidaya termasuk ibu rumah tangga dan anak-anak. Masa panen atau produksinya relatif singkat jika dibandingkan dengan budidaya kerapu. Selain hal tersebut, usaha budidaya rumput laut tidak banyak kendala dan risiko usahanya relatif lebih kecil dibanding budidaya kerapu. Dari sisi penerapan teknologi, budidaya rumput laut juga jauh lebih mudah, efisien serta ekonomis dan tidak ada biaya pakan, walaupun secara ekonomi nilai jual rendah bila dibandingkan dengan nilai penjualan ikan kerapu. Sedangkan dalam budidaya ikan kerapu, beberapa faktor yang dipertimbangkan adalah selama masa pemeliharaan sampai dengan masa panen, ikan kerapu diberikan pakan, Pemberian pakan yang berlebihan secara tidak langsung akan mencemari perairan di sekitar lokasi budidaya. Aspek Teknologi budidaya ikan kerapu membutuhkan tingkat keterampilan tinggi dan modal yang besar, sehingga tidak semua orang dapat melakukan kegiatan budidaya ikan kerapu, masa panen atau produksinya relatif lama. Usaha budidaya ikan kerapu banyak kendala dengan risiko yang lebih tinggi bila dibanding rumput laut. Dari sisi penerapan teknologi, budidaya ikan kerapu jauh lebih sukar. Biaya pakan merupakan pengeluaran terbesar bagi pembudidaya dalam melakukan kegiatan budidaya ikan kerapu hampir 70 dari biaya produksi. Ditinjau dari aspek ekologi, komoditas budidaya ikan kerapu memberikan banyak manfaat terhadap lingkungan sekitarnya antara lain adalah dapat mengkonservasi lahan pesisir terhadap berbagai aktivitas penangkapan yang tidak berwawasan lingkungan. Secara ekonomi nilai jual di pasaran cukup tinggi bila dibandingkan dengan hasil penjualan rumput laut. Perkembangan kedua usaha budidaya tersebut di Kabupaten Maluku Tenggara memberikan keuntungan bagi kehidupan masyarakat disekitar lokasi budidaya serta memberikan peluang kesempatan kerja untuk masyarakat pesisir.

5.7. Arahan Strategi Pengembangan Budidaya Perikanan di Teluk Levun Secara Berkelanjutan