Long Line An Analysis of Resource Optimization in the Development of Aquaculture in Levun Bay Area, Southeast Maluku Regency.

b. Long Line

Pengembangan budidaya rumput laut di Teluk Levun dilakukan dalam unit- unit budidaya yang membutuhkan ketersediaan alat dan bahan. Metode tali panjang long line yang dominan digunakan oleh nelayan budidaya rumput laut adalah 25 m x 25 m 2 . Pada satu unit terdapat 50 bentangan, bibit yang telah disiapkan diikat dengan tali rafia dengan berat kurang lebih 10 - 25 gram per ikat kemudian diikat pada tali ris dengan jarak 25 cm. Pada lokasi penelitian terdapat 37 unit budidaya rumput laut dengan metode long line . Jangkar yang digunakan oleh pembudidaya sebagai pemberat adalah karung berisi pasir dan batu. Sistem ini membentangkan rumput laut yang terikat pada tali, di taruh di badan air sekitar 30 cm dari permukaan air laut. Untuk mempertahankan posisi mengapung, digunakan pelampung berupa botol aqua plastik bekas dan jerigen plastik. Pelaksanaan budidaya rumput laut dilakukan 6 kali dalam setahun dengan periode pemeliharaan adalah 60 hari. Adapun rincian kegiatan dari budidaya rumput laut terdiri atas persiapan awal, pengikatan bibit, pemeliharaan dan panen. Untuk mendapatkan rumput laut kering maka dilakukan pengeringan terhadap rumput laut basah dengan cara penjemuran selama 3 - 4 hari. Penjemuran dilakukan dengan pengeringan matahari seperti yang dilakukan oleh nelayan setempat, yang bertujuan mengurangi kadar air dalam rumput laut basah.

5.1.5. Tenaga Kerja

Pelaksanaan budidaya ikan kerapu memerlukan waktu 1 tahun. Kegiatan budidaya ini meliputi persiapan, penebaran benih, pemeliharaan dan panen. Persiapan awal dari kegiatan budidaya kerapu sampai pada penebaran benih membutuhkan waktu sekitar 2 – 5 hari. Ukuran unit keramba tidak begitu luas, sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan tidak banyak yaitu 2 orang. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengelola usaha budidaya kerapu harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai teknik budidaya yang baik karena budidaya tersebut memerlukan penanganan dan keahlian yang khusus. Kegiatan pemeliharaan kerapu dimulai sejak benih ditebar meliputi pemberian pakan, perawatan fasilitas budidaya dan pemantauan pertumbuhan kerapu. Pakan yang diberi berupa ikan rucah segar, dengan frekwensi pemberian pakan 2 – 3 kali sehari. Selama pemeliharaan pemantauan selalu dilakukan untuk mengetahui ikan kerapu yang terkena serangan hama penyakit agar segera dilakukan penanganan dengan cepat. Bagi tenaga kerja biasa yang belum profesional masih diperlukan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan ketrampilan dalam kegiatan budidaya. Tenaga kerja ahli akan disediakan oleh pemilik usaha sesuai kebutuhan dengan cara bekerja sama dengan pemerintah daerah yang disebut sebagai tenaga pendamping. Tahapan proses budidaya rumput laut sampai dengan panen dan pasca panen membutuhkan tenaga kerja minimal 6 orang. Pekerjaan yang dilakukan meliputi ; membersihkan bibit, mengikat bibit pada tali bentangan dan memotong bibit. Proses ini harus dilakukan dengan baik dan cepat, agar kualitas dari bibit tetap terjaga karena ada kekhawatiran bahwa bibit yang berada di darat dalam waktu yang lama akan cepat menjadi rusak kualitasnya akan berkurang. Persiapan awal dari kegiatan budidaya rumput laut membutuhkan waktu kurang lebih 2 – 5 hari. Kegiatan pemeliharaan rata-rata dilakukan 2 – 3 kali dalam seminggu, umumnya dapat dikerjakan oleh seluruh anggota keluarga secara bergantian. Masa pemeliharaan rumput laut dari awal tanam sampai panen selama 2 bulan. Selanjutnya kegiatan pemanenan biasanya diselesaikan dalam waktu sehari. Kegiatan yang dilakukan antara lain; pembersihan tali, pencucian dan penjemuran. Tenaga kerja yang dipekerjakan hanya berasal dari anggota keluarga pembudidaya sendiri. Penggunaan tenaga kerja dari luar keluarga biasanya dilakukan apabila pembudidaya tidak memiliki anggota keluarga yang cukup.

5.1.6. Keterjangkauan Pasar

Permintaan pasar merupakan pertimbangan utama dalam pemilihan komoditi baik ikan kerapu maupun rumput laut. Tujuan akhir budidaya adalah menjual produk hasil budidaya untuk mendapatkan keuntungan.Sistem pemasaran di lokasi penelitian yaitu pembudidaya langsung menjual hasil produksinya ke pedagang pengumpul. Ukuran bobot ikan kerapu yang dipanen oleh pembudidaya KJA di lokasi penelitian mencapai ukuran permintaan pasar yaitu 500 gr per ekor. Bobot ini adalah ukuran komersial yang disenangi konsumen, pengusaha, pedagang pengumpul, rumah makan serta restoran. Adapun persiapan untuk pemanenan ikan kerapu meliputi penyediaan sarana dan alat panen seperti serok, bak air laut dan timbangan di atas rakit dipindahkan ke perahukapal motor dan dapat segera dibawa kedaerah pemasaran. Tujuan pemasaran yang utama adalah ekspor ke Singapura, Thailand dan Hongkong. Biaya yang timbul dari transportasi, upah buruh diwaktu panen, konsumsi, peralatan aerasi aerator DC + Aki, blower serta pakan ikan selama perjalanan menuju kapal ekspor seluruhnya ditanggung tauke. Penjualan rumput laut dilakukan dengan kondisi rumput laut sudah kering susut 70. Penjualan dilakukan di Kota Kecamatan Kei Kecil kepada pengusaha pengumpul rumput laut dengan harga jual yang sering berfluktuasi antara Rp.6.000,00 sampai dengan Rp.8.000,00 per kilogram, dengan tujuan pasar yaitu Makasar dan Surabaya. Struktur pasar yang ada adalah oligopsoni yang mengarah ke monopsoni dimana jumlah pembeli sedikit dan penjual banyak untuk jenis barang yang homogen Boediono 1982. Dalam proses penjualan tersebut kesepakatan harga didasarkan pada jenis dan ukuran komoditas.

5.2. Karakteristik Perairan Teluk Levun