Pakan yang diberikan dapat berupa ikan rucah atau pelet. Usaha pembesaran ikan kerapu di lapangan yang dilakukan masyarakat cukup
bervariasi. Ada yang membesarkan dari fingerling sampai dengan menjadi ukuran konsumsi, ada pula yang membesarkan dari fingerling sampai dengan ukuran 100
g per ekor ikan kerapu muda dan dari ikan kerapu muda sampai ukuran konsumsi sekitar 500-1.200 g per ekor. Pemeliharaan dari ukuran 100 g per
ekor sampai dengan lebih besar dari 500 g per ekor memerlukan waktu 3 - 5 bulan untuk ikan kerapu macan dan 8-10 bulan untuk ikan kerapu tikus Nainggolan et
al. 2003.
2. 3. Rumput Laut
Rumput laut seaweed merupakan nama dalam perdagangan nasional untuk jenis alga yang dipanen dari laut. Dari segi morfologisnya, rumput laut tidak
memperlihatkan adanya perbedaan antara akar, batang dan daun. Secara keseluruhan, tumbuhan ini mempunyai bentuk yang mirip, walaupun sebenarnya
berbeda, yaitu berbebtuk thallus. Budidaya rumput laut di Indonesia banyak dilakukan karena memiliki manfaat antara lain; sebagai pupuk organik, bahan
baku industri makanan dan kosmetik, sampai obat-obatan. Nontji 1993. Ada beberapa jenis rumput laut yang dianggap potensial. Rumput laut
potensial yang dimaksud disini adalah jenis-jenis rumput laut yang sudah diketahui dapat digunakan diberbagai industri sebagai sumber karagin, agar-agar
dan alginat. Karaginofit adalah rumput laut yang mengandung bahan utama polisakarida karagin, agarofit adalah rumput laut yang mengandung bahan utama
polisakarida agar-agar keduanya merupakan rumput laut merah Rhodophyceae. Alginofit adalah rumput laut coklat Phaeophyceae yang mengandung bahan
utama polisakarida alginat. Selain itu ada juga jenis alga hijau Chlorophyceae kebanyakan bermanfaat sebagai makanan manusia, pakan hewan dan obat
Atmadja 1989. Rumput laut di Indonesia sekarang sudah merupakan komoditi ekspor,
terlihat dari semakin meningkatnya nilai ekspor terutama jenis Rhodophyceae dan Chlorophyceae
. Potensi ini ditunjang oleh keadaan wilayah perairan dan sediaan alami yang cukup banyak serta lahan budidaya yang luas. Di Indonesia rumput
laut yang bernilai ekonomis penting adalah Rhodophyceae, namun Chlorophyceae
dan Phaeophyceae juga mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan. Banyak jenis rumput laut di Indonesia, yang masih belum dikenal. Cara yang perlu
dilakukan yaitu; pengenalan jenis dan pengetahuan tentang nama-nama setempat di perairan laut Indonesia, paling tidak untuk mengetahui keberadaan dan sebaran
jenisnya. Rumput laut yang mengandung karaginan adalah dari marga Eucheuma.
Karaginan ada tiga macam, yaitu iota karaginan dikenal dengan tipe spinosum, kappa
karaginan dikenal dengan tipe cottonii dan lambda karaginan. Ketiga macam karaginan ini dibedakan karena sifat jeli yang terbentuk. Iota karaginan
berupa jeli lembut dan fleksibel atau lunak. Kappa karaginan jeli bersifat kaku dan keras. Sedangkan lambda karaginan tidak dapat membentuk jeli, tetapi berbentuk
cair yang viscous. Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum merupakan rumput laut yang secara luas diperdagangkan, baik untuk keperluan bahan baku industri di
dalam negeri maupun untuk ekspor. Sedangkan E. edule hanya sedikit sekali diperdagangkan dan tidak dikembangkan dalam usaha budidaya. Sebaliknya
Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum dibudidayakan oleh masyarakat
pantai. Dari kedua jenis tersebut Eucheuma cottonii yang paling banyak dibudidaya, karena permintaan pasar sangat besar. Gambar 5 merupakan jenis-
jenis rumput laut Eucheuma.
a Eucheuma cottonii b Eucheuma spinosum
c Eucheuma serra d Eucheuma edule
Gambar 5. Rumput Laut Jenis Eucheuma Sumber : www.scribd.comdoc4889138.
Hypnea adalah jenis ganggang talus parasit yang kurang lebih terdiri dari 52
spesies. Hypnea merupakan sejenis talus dengan ciri garis-garis pada sekujur ranting dan jari-jari yang lebih halus. Beberapa spesies pada Hypnea ini contoh:
musciformis memiliki lekukan yang dapat tersisip menjadi lapisan terbawah dalam setiap carangsulur dalam setiap rambatannya. Seluruh lapisan warna
Hypnea berkisar antar coklat muda hingga merah gelap. Memiliki panjang tubuh
antara 10-30cm, dan dapar berkontraksi hingga 50cm. Hypnea sp sedikit sekali diperdagangkan dan tidak dikembangkan dalam usaha budidaya. Hypnea biasanya
dimanfaatkan oleh industri agar. Gambar 6 merupakan jenis ganggang talus parasit jenis Hypnea.
Gambar 6.
Ganggang Talus Parasit Jenis
Hypnea Sumber : indonetwork.web.idalloffers.
Rumput laut untuk bahan membuat agar Gracilaria sp adalah rumput laut yang termasuk pada kelas alga merah Rhodophyta dengan nama daerah yang
bermacam-macam, seperti: sango-sango, rambu kasang, janggut dayung, dongi- dongi, bulung embulung, agar-agar karang, agar-agar jahe, bulung sangu dan lain-
lain. Rumput laut marga Gracilaria banyak jenisnya, masing-masing memiliki sifat-sifat morfologi dan anatomi yang berbeda serta dengan nama ilmiah yang
berbeda pula, seperti: Gracilaria confervoides, Gracilaria gigas, Gracilaria verucosa
, Gracilaria lichenoides, Gracilaria crasa, Gracilaria blodgettii, Gracilaria arcuata
, Gracilaria taenioides, Gracilaria eucheumoides, dan banyak
lagi. Beberapa ahli menduga bahwa rumput laut marga Gracilaria memiliki jenis yang paling banyak dibandingkan dengan marga lainnya.
Rumput laut Gracilaria umumnya mengandung ager atau disebut juga agar- agar sebagai hasil metabolisme primernya. Agar-agar diperoleh dengan
melakukan ekstraksi rumput laut pada suasana asam setelah diberi perlakuan basa.
Agar-agar diproduksi dan dipasarkan dalam berbagai bentuk, yaitu: agar-agar tepung, agar-agar kertas dan agar-agar batangan dan diolah menjadi berbagai
bentuk penganan kue, seperti pudding dan jeli atau dijadikan bahan tambahan dalam industri farmasi. Kandungan serat agar-agar relatif tinggi, karena itu
dikonsumsi pula sebagai makanan diet. Melalui proses tertentu agar-agar diproduksi pula untuk kegunaan di laboratorium sebagai media kultur bakteri atau
kultur jaringan. Gambar 7 menampilkan jenis-jenis rumput laut Glacilaria.
a Glacilaria sp b Gracilaria verucosa
c Gracilaria blodgettii d Gracilaria corticata
e Gracilaria eucheumoides
Gambar 7. Jenis Rumput Laut Glacilaria Sumber : www.scribd.comdoc4889138.
Pemilihan lokasi merupakan hal yang sangat menentukan berhasil tidaknya usaha budidaya bila kegiatan budidaya rumput laut dilakukan. Jika ingin
memperoleh hasil yang memuaskan dari usaha rumput laut, hendaknya dipilih lokasi yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya rumput laut Aslan 1998.
Selain pemilihan lokasi untuk budidaya rumput laut, metode penanaman perlu juga diperhatikan. Menurut Aslan 1998, terdapat tiga metode penanaman
rumput laut berdasarkan posisis tanam terhadap dasar perairan, yaitu: 1 metode dasar bottom method ; ii metode lepas dasar off bottom method dan iii
metode apung floating metod. Syamsudin 2004, menyatakan bahwa pemilihan metode budidaya rumput
laut memiliki korelasi terhadap produktivitas dan pertumbuhan thallus rumput laut yang dibudidayakan. Ini didasarkan dengan hasil penelitian yang dilakukan
dengan membandingkan produktivitas 3 tiga metode budidaya rumput laut, yaitu metode tali rawai long line, metode lepas dasar dan metode dasar. Selanjutnya
dikatakan bahwa metode tali rawai long line merupakan metode budidaya rumput laut yang paling produktif dengan laju pertumbuhan harian thallus rata-rata 7,67
per hari, metode lepas dasar mencapai laju pertumbuhan harian rata-rata 7,54 per hari dan metode dasar mencapai laju pertumbuhan harian rata-rata sebesar
2,12 per hari. Dengan menggunakan metode tali rawailong line dan lepas dasar pada
kedalaman yang sesuai, thallus rumput laut yang dibudidayakan dapat mencapai berat 4 -5 kali lipat dari berat awal thallus. Dapat dikatakan bahwa untuk
mencapai produktivitas yang tinggi, budidaya rumput laut disarankan, dilakukan dengan metode tali rawai long line dan metode lepas dasar pada kedalaman yang
sesuai.
2.4 Syarat-Syarat Pemilihan Lokasi