Analytical Hierarcy Process AHP

36 Pengambilan keputusan atau kebijakan akan lebih mudah bila menggunakan model kebijakan karena merupakan sajian sederhana mengenai aspek terpilih dari situasi problematik didasari atas tujuan-tujuan khusus. Lebih lanjut disebutkan bahwa dari beberapa model yang dikenali dalam merumuskan kebijakan tidak ada satupun model yang dianggap baik, karena masing-masing model memfokuskan perhatian pada aspek yang berbeda. Salah satu model analisis data yang dapat digunakan untuk menelaah kebijakan adalah AHP. Model ini banyak digunakan pada pengambilan keputusan dengan banyak kriteria perencanaan, alokasi sumber daya dan penentuan prioritas strategi yang dimiliki pengambil keputusan dalam situasi konflik. Dalam perkembangannya metode ini tidak saja digunakan untuk penentuan prioritas pilihan dengan banyak kriteria multikriteria tetapi dalam penerapannya telah meluas sebagai metode alternatif untuk menyelesaikan bermacam-macam masalah. Hal ini dimungkinkan karena metode AHP dapat digunakan dengan cukup mengandalkan intuisi atau persepsi sebagai masukan utamanya, namun intuisi atau persepsi tersebut harus datang dari orang yang mengerti permasalahan, pelaku dan pembuat keputusan yang memiliki cukup informasi dan memahami masalah keputusan yang dihadapi. Metode sampling yang dipakai adalah purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 15 orang yang merupakan stakeholder terkait kegiatan perikanan terdiri atas unsur-unsur pemerintah daerah, tokoh masyarakat nelayan, anggota legislatif, pengurus organisasi nelayan, LSM, dan pihak swasta. Pemilihan responden dilakukan sedemikian rupa terhadap pihak-pihak yang memiliki pemahaman baik terkait dengan pembangunan perikanan di Kabupaten Belitung. Pembangunan dan pengembangan sektor perikanan di Kabupaten Belitung memiliki beberapa kegiatan yang potensial antara lain penangkapan, budidaya, dan peningkatan nilai tambah melalui proses pengolahan. Langkah awal proses ini adalah merinci tujuan atau permasalahan kedalam komponen-komponen, kemudian diatur kedalam tingkatan-tingkatan hirarki. Hirarki yang paling atas diturunkan kedalam beberapa set kriteria atau elemen, sehingga diperoleh elemen- elemen spesifik yang mempengaruhi alternatif pengambilan keputusan. 37 Setelah hirarki tersusun, langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas elemen-elemen pada masing-masing tingkatan. Kemudian dibangun set matriks- matriks perbandingan dari semua elemen pada suatu tingkat hirarki dan pengaruhnya terhadap elemen pada tingkatan yang lebih tinggi untuk menentukan prioritas serta mengkonversi penilaian komparatif individu ke dalam pengukuran skala rasio. Penentuan tingkat kepentingan pada tiap hirarki dilakukan dengan teknik perbandingan berpasangan pairwise comparison yang menghasilkan suatu matriks peringkat relatif untuk masing-masing tingkat hirarki. Struktur hirarki dari permasalahan yang ingin diteliti yaitu pemilihan prioritas pembangunan perikanan di Kabupaten Belitung berdasarkan lima faktor, yaitu potensi sumber daya perikanan SDI, sumber daya manusia SDM, sarana dan prasarana Sarpras, faktor pemasaran atau permintaan konsumen Pasar dan ketersediaan Biaya Gambar 3. Level 1 merupakan tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan yang dilakukan pada level 3. Faktor-faktor pada level 2 diukur dengan perbandingan berpasangan berarah ke level 1. Misalnya di dalam pemilihan kegiatan pembangunan, mana yang lebih penting antara sumber daya perikanan dan sumber daya manusia, antara sumber daya perikanan dengan sarana prasarana, pasar, biaya dan seterusnya. Faktor-faktor yang berpengaruh pada level 2 dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Faktor SDI, menunjukkan ketersediaan stok dan potensi sumber daya ikan meliputi beraneka macam jenis ikan, terumbu karang, mangrove dan wilayah laut yang menjadi fishing ground kegiatan penangkapan nelayan yang ada di wilayah Kabupaten Belitung. 2. Faktor SDM, sebagai pelaku utama berbagai aktivitas perikanan meliputi nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah hasil perikanan. 3. Faktor Sarpras, merupakan fasilitas pendukung untuk kelancaran usaha perikanan, antara lain; dermaga tambat labuh kapal, pabrik es, cold storage, dock dan slipway, hatchery serta unit pengolahan ikan. 4. Faktor Biaya, merupakan komponen untuk investasi dan operasional pelaksanaan kegiatan usaha perikanan; dapat disediakan oleh lembaga keuangan Bank maupun non Bank. 38 5. Faktor Pasar, menentukan tingkat permintaan produk hasil perikanan. Pasar dapat berupa pasar lokal, regional maupun internasional. Gambar 3 Struktur AHP untuk penentuan kebijakan Diadopsi dan dimodifikasi dari Saaty 2008. Pendekatan AHP menggunakan skala Saaty mulai dari nilai bobot 1 sampai dengan 9. Nilai bobot 1 menggambarkan sama penting, ini berarti bahwa atribut yang sama skalanya nilai bobotnya 1, sedangkan nilai bobot 9 menggambarkan kasus atribut yang paling absolut dibandingkan yang lainnya. Tabel skala banding secara berpasangan menurut Saaty 2008 disajikan pada Tabel 4. Langkah selanjutnya dilakukan pengolahan untuk menyusun prioritas elemen keputusan dan prioritas pengaruh tiap elemen pada tingkat hirarki tertentu terhadap tujuan utama. Untuk evaluasi dan estimasi keabsahan nilai matriks berpasangan dilakukan dengan menghitung nilai Rasio Konsistensi. Jumlah pertanyaan perbandingan berpasangan adalah nn-12 karena saling berbalikan dan diagonalnya selalu bernilai satu. n merupakan banyaknya elemen atau faktor dalam setiap level. Oleh karena itu pada level 2 terdapat 10 pertanyaan perbandingan berpasangan untuk 5 faktor yang tersedia, sedangkan pada level 3 terdapat masing-masing 3 pertanyaan. Kuesioner yang disebarkan untuk mengetahui persepsi responden dapat dilihat pada Lampiran 1. Alur analisis penelitian baik secara deskriptif terhadap kondisi dan potensi perikanan, analisis I-O untuk mengetahui peranan dan keterkaitan sektor perikanan terhadap sektor lain, serta AHP untuk mengetahui persepsi stakeholders perikanan disajikan pada Gambar 4. 39 Tabel 4 Skala perbandingan berpasangan Saaty 2008 Tingkat Kepentingan Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuannya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang lain Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung satu elemen dibanding elemen yang lain 5 Elemen yang satu lebih penting dari elemen yang lain Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibanding yang lain 7 Elemen yang satu jelas lebih penting dari elemen yang lain Satu elemen dengan kuat didukung dan dominan terlihat dalam praktek 9 Elemen yang satu mutlak lebih penting dari elemen yang lain Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Nilai ini diberikan bila ada kompromi diantara dua pilihan Kebalikan Reciprocals Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, mempunyai nilai kebalikan bila dibandingkan dengan i Sumber: Saaty 2008 40 Gambar 4 Alur analisis penelitian. Kajian Kondisi Pemanfaatan dan Potensi SDI Kajian Pembangunan Sektor Perikanan Kajian Perencanaan Pembangunan Analisis Deskriptif - Perikanan Tangkap - Perikanan Budidaya - Pengolahan Hasil Perikanan Analisis I-O - Peranan Sektoral - Keterkaitan Sektor - Multiplier Effect Kondisi dan Arahan Pembangunan Eksisting Hasil Analisis Pembangunan Berbasis Potensi Belum Sesuai Sudah Sesuai AHP - Persepsi Stakeholders Arahan Kegiatan Pembangunan 41

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN BELITUNG

4.1 Kondisi Fisik Daerah Beberapa bahasan yang berkaitan dengan kondisi fisik daerah pada wilayah studi adalah; geografi, topografi, kondisi tanah, iklim, dan penggunaan lahan. Masing-masing bahasan tersebut diuraikan secara tersendiri pada bagian di bawah ini.

4.1.1 Geografi

Kabupaten Belitung terletak di Pulau Belitung yang merupakan bagian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pulau Belitung merupakan pulau terbesar kedua setelah Pulau Bangka yang dikelilingi oleh laut-laut perairan dalam antara Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Ukuran garis tengah dari timur ke barat ±79 km dan dari utara ke selatan ±77 km. Secara geografis Kabupaten Belitung terletak pada posisi 107 o 08’-107 o 58,5’ Bujur Timur dan 02 o 30’-03 o 15’ Lintang Selatan Gambar 2. Batas-batas wilayahnya adalah; di sebelah utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Belitung Timur daratan, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa, dan di sebelah barat ke arah Pulau Bangka berbatasan dengan Selat Gaspar Gambar 5. Wilayah Kabupaten Belitung secara administratif terdiri atas lima Kecamatan yang terdiri atas 2 kelurahan dan 40 desa. Menurut kriteria Badan Pusat Statistik BPS, 12 desa atau kelurahan dikelompokkan sebagai kawasan perkotaan dan 30 desa sebagai kawasan perdesaan. Kriteria lain pengelompokan desa atau kelurahan adalah sebanyak 28 desa atau kelurahan sebagai pesisir dan 14 desa sebagai desa daratan BPS 2006. Luas wilayah daratan mencapai 2.293,69 km 2 dan luas wilayah lautan kewenangan pengelolaan kabupaten sejauh 13 dari kewenangan pemerintah propinsi mencapai 14.147,29 km 2 berdasarkan proporsi luas daratan Pulau Belitung, dengan garis pantai sepanjang 195 km DKP Belitung 2009a. Pembagian luas wilayah tiap kecamatan di Kabupaten Belitung disajikan pada Gambar 6. 42 Gambar 5 Peta wilayah administrasi Kabupaten Belitung. Laut Cina Selatan Kab. Belitung Timur Selat Gaspar Laut Jawa