Pengembangan Wilayah TINJAUAN PUSTAKA

14 ditunjukkan oleh adanya keterkaitan antar sektor ekonomi wilayah, dalam arti terjadi transfer input dan output barang dan jasa antar sektor yang sangat dinamis Rustiadi et al. 2009. Pendekatan dalam pembangunan sektor perikanan meliputi dua macam pendekatan yaitu pendekatan institusional dan pendekatan kewilayahan. Terkait dengan pembangunan sarana dan prasarana perikanan, maka pendekatan pembangunan yang digunakan adalah pendekatan kewilayahan dengan menetapkan prioritas pembangunan DKP Belitung 2009b. Menurut Rustiadi et al. 2009, skala prioritas diperlukan dalam suatu perencanaan pembangunan karena keterbatasan sumber daya yang tersedia. Dari dimensi pembangunan, suatu skala prioritas didasarkan atas pemahaman bahwa: 1 setiap sektor memiliki sumbangan langsung dan tidak langsung yang berbeda terhadap pencapaian sasaran pembangunan penyerapan tenaga kerja, pendapatan wilayah, dan lain-lain; 2 setiap sektor memiliki keterkaitan dengan sektor- sektor lainnya dengan karakteristik yang berbeda-beda; dan 3 aktivitas sektoral tersebar secara tidak merata dan spesifik, beberapa sektor cenderung memiliki aktivitas yang terpusat dan terkait dengan sebaran sumber daya. Pembangunan adalah kegiatan yang dilakukan secara terencana untuk mencapai hasil yang lebih baik di masa yang akan datang. Sebagai proses yang bersifat terpadu, pembangunan dilaksanakan berdasarkan potensi lokal yang dimiliki, baik potensi sumber daya alam, manusia, buatan, maupun sumber daya sosial. Pembangunan merupakan upaya yang sistematik dan berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik. Tujuan akhir pembangunan adalah tercapainya kesejahteraan bagi masyarakat Rustiadi et al. 2009. Untuk menilai pembangunan dapat digunakan beberapa indikator sebagai berikut: a. Indikator berbasis tujuan pembangunan: 1 produktivitas, efisiensi dan pertumbuhan growth; 2 pemerataan, keadilan dan keberimbangan equity; dan 3 keberlanjutan sustainibility. b. Indikator pembangunan berbasis sumber daya, yaitu cara mengukur tingkat kinerja pembangunan dengan mengembangkan berbagai ukuran operasional 15 berdasarkan pemanfaatan dan kondisi sumber daya yang meliputi sumber daya manusia, alam, buatan, dan sumber daya sosial. c. Indikator pembangunan berbasis proses; merupakan suatu cara mengukur kinerja pembangunan dengan mengedepankan proses pembangunan itu sendiri dengan melihat input, proses atau implementasi, output, outcome, benefit, dan impact. Menurut Rustiadi et al. 2009, pembangunan regional yang berimbang merupakan pembangunan yang merata dari wilayah yang berbeda untuk meningkatkan pengembangan kapabilitas dan kebutuhan mereka, yaitu adanya pertumbuhan yang seoptimal mungkin dari potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah sesuai dengan kapasitasnya. Dengan demikian, diharapkan manfaat dari pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan merupakan hasil interaksi yang saling memperkuat diantara sesama wilayah yang terlibat. Sehingga dapat mengurangi ketimpangan pembangunan antar wilayah disparitas pembangunan regional. Disparitas pembangunan regional didefinisikan sebagai kesenjangan pembangunan antar wilayah sebagai akibat investasi dan sumber daya terserap dan terkonsentrasi di perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan, sementara wilayah- wilayah hinterland mengalami pengurasan sumber daya secara berlebihan Rustiadi et al. 2009. Di sisi lain, untuk mengetahui suatu sektor digolongkan sebagai sektor unggulan dapat didekati dengan Analisis Input-Output I-O. Dengan analisis ini akan dapat dijelaskan karakteristik struktur ekonomi wilayah yang ditunjukkan dengan distribusi sumbangan sektoral, serta keterkaitan sektoral dan regional perekonomian wilayah. Sektor unggulan antara lain mempunyai keterkaitan ke belakang yang besar serta kemampuan dalam menciptakan angka pengganda multiplier yang besar dalam perekonomian BPS 2000a; Rustiadi et al. 2009. Fungsi utama dari aktivitas pemerintah adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Saefulhakim dalam Suryawardana 2006, untuk mencapai fungsi tersebut maka aktivitas-aktivitas dapat dilakukan pemerintah melalui: 1 regulasi, tata aturan, penegakan norma, dan pengawasan; 2 public facility provision, penyediaan fasilitas umum, artinya pemerintah sebagai koordinator pengadaan; dan 3 penentuan lokasi fasilitas umum yang tepat. Namun dalam 16 pelaksanaannya, hambatan-hambatan yang dihadapi oleh pemerintah adalah terbatasnya anggaran pemerintah dan arah dari alokasi pengeluaran pemerintah itu sendiri. Dalam konteks pembangunan ekonomi daerah, maka pemerintah seharusnya mengarahkan pengeluarannya kepada sektor-sektor unggulan karena mempunyai nilai keterkaitan dan multiplier yang besar. Selain pemerintah, peran yang sangat diharapkan adalah dari investasi. Investasi yang mengarah kepada sektor unggulan juga akan meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian daerah. Kinerja pembangunan daerah dapat tercapai apabila penganggaran telah sesuai dengan tujuan daerah itu sendiri, antara lain kesejahteraan masyarakat, mengurangi kesenjangan wilayah, dan meningkatkan daya beli masyarakat Suryawardana 2006.

2.5 Keterkaitan Sektor

Sebagai model kuantitatif, Tabel I-O mampu menunjukkan gambaran tentang sektor ekonomi suatu daerah yang mencakup struktur input, struktur output dan nilai tambah masing-masing sektor. Dengan Tabel I-O juga akan ditunjukkan struktur input antara, sektor penyedia barang dan jasa baik untuk memenuhi permintaan sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi, dan ekspor. Selain itu Tabel I-O juga dapat digunakan untuk melihat saling keterkaitan antar sektor, analisis dampak ekonomi, serta sebagai dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan ekonomi BPS Bangka Belitung 2006. Menurut Daryanto dan Hafizrianda 2010, pemakaian model I-O akan mendatangkan keuntungan bagi perencanaan pembangunan daerah, antara lain: 1 dapat memberikan deskripsi yang detail mengenai perekonomian nasional atau regional dengan menguantifikasikan ketergantungan antar sektor dan asal dari ekspor dan impor; 2 untuk suatu perangkat permintaan akhir dapat ditentukan besaran output dari setiap sektor dan kebutuhannya akan faktor produksi dan sumber daya; 3 dampak perubahan permintaan terhadap perekonomian baik yang disebabkan oleh swasta maupun pemerintah dapat ditelusuri dan diramalkan secara terperinci; dan 4 perubahan-perubahan permintaan terhadap harga relatif dapat diintegrasikan ke dalam model melalui perubahan koefisien teknik. 17 Asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan Tabel I-O adalah BPS 2000b: a. Asumsi keseragaman atau homogenitas, mensyaratkan bahwa setiap sektor memproduksi suatu output tunggal dengan struktur input tunggal dan tidak ada barang serupa atau substitusi yang dihasilkan oleh sektor lain; b. Asumsi kesebandingan atau proporsionalitas, mensyaratkan bahwa dalam proses produksi, hubungan antara input dan output merupakan fungsi lurus linier, yaitu tiap jenis input yang diserap oleh sektor tertentu naik atau turun sebanding dengan kenaikan atau penurunan output sektor tersebut; c. Asumsi penjumlahan atau additivitas, menyatakan bahwa efek total pelaksanaan produksi di berbagai sektor dihasilkan dari masing-masing sektor secara terpisah, dan merupakan penjumlahan dari efek masing-masing kegiatan. Dengan kata lain, di luar sistem input-output semua pengaruh dari luar diabaikan. Adanya asumsi-asumsi tersebut menyebabkan Tabel I-O memiliki keterbatasan antara lain; rasio I-O tetap konstan sepanjang periode analisis sehingga produsen tidak dapat menyesuaikan perubahan-perubahan inputnya atau mengubah proses produksi. Asumsi-asumsi tersebut tidak meliput adanya perubahan teknologi ataupun produktivitas yang dapat terjadi dari waktu ke waktu. Meskipun memiliki keterbatasan, analisis I-O tetap merupakan alat analisis yang lengkap dan komprehensif BPS 2000b. Penyusunan Tabel I-O dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung. Pendekatan langsung atau metode survei digunakan apabila seluruh data yang diperlukan dikumpulkan langsung melalui survei atau penelitian lapangan, sedangkan pendekatan tidak langsung atau metode non survei dan semi survei digunakan apabila seluruh atau sebagian data diperoleh dari suatu Tabel I-O lain yang sudah ada. Metode survei untuk penyusunan Tabel I-O memerlukan biaya yang relatif mahal serta memerlukan waktu yang lama. Oleh karena itu penyusunan Tabel I-O biasanya menggunakan metode non survei berupa pemutakhiran Tabel I-O yang sudah ada menggunakan metode RAS BPS 2000a.