Keterkaitan Sektoral Peranan Sektor Perikanan dalam Perekonomian Kabupaten Belitung

79 keterkaitan ke depan yang kuat berarti mampu mendorong aktivitas sektor-sektor perekonomian yang ada di hilirnya BPS 2000a. Roda perekonomian dapat bersinergi dengan baik dengan adanya keterkaitan. Makin kuat keterkaitan antar sektor, makin kecil ketergantungan sektor tersebut pada impor, sekaligus memperkecil kebocoran wilayah yang mengalir ke wilayah lainnya, sehingga nilai tambah yang dihasilkan dapat dinikmati oleh masyarakat di wilayahnya sendiri. Analisis keterkaitan antar sektor pada dasarnya melihat dampak output dan kenyataan bahwa sektor-sektor dalam perekonomian tersebut saling mempengaruhi Rustiadi et al. 2009. Keterkaitan langsung ke depan dan keterkaitan langsung ke belakang dianalisis dengan menggunakan matriks koefisien, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang dianalisis dengan menggunakan matriks kebalikan Leontief terbuka. Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan akhir. Pada Gambar 17 ditampilkan keterkaitan langsung ke depan atau Direct Forward Linkage DFL sektor-sektor perekonomian. Nilai DFL di atas rata-rata adalah yang memiliki nilai indeks ≥1. Sektor yang memiliki nilai DFL ≥1 adalah sektor industri non migas dan sektor perdagangan besar dan eceran. Sektor perikanan memiliki nilai DFL sebesar 0,2652 menempati urutan ke-14 dari seluruh sektor perekonomian. Keterkaitan langsung ke belakang atau Direct Backward Linkage DBL menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan akhir. Keterkaitan langsung ke belakang sektor-sektor perekonomian ditampilkan pada Gambar 18. Nilai DBL di atas rata-rata adalah yang memiliki nilai indeks ≥1. Berdasarkan gambar tersebut, semua sektor memiliki nilai DBL 1, hal ini menunjukkan bahwa semua sektor memiliki nilai di bawah rata-rata. Sektor perikanan memiliki nilai DBL sebesar 0,1917 menempati urutan ke-22 dari 24 sektor perekonomian, sedangkan sektor yang memiliki nilai yang tertinggi adalah sektor jasa hiburan dan rekreasi. 80 Gambar 17 Keterkaitan Langsung ke Depan sektor-sektor perekonomian. Gambar 18 Keterkaitan Langsung ke Belakang sektor-sektor perekonomian. 0,3142 0,2262 0,0491 0,0368 0,2652 0,2994 0,1683 4,1590 0,5463 0,7122 1,0699 0,2938 0,5128 0,4409 0,4982 0,3969 0,0384 0,3170 0,0954 0,1968 0,1278 0,2452 0,2546 0,3939 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Tanpa Migas Penggalian Industri Non Migas Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Besar dan Eceran Hotel Restoran Angkutan Jalan Raya Angkutan Udara Angkutan Laut, Sungai, Danau Penyeberangan Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank Lembaga Keuangan Usaha Bangunan dan Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum dan Pertahanan Jasa Pendidikan, Kesehatan, Sosial … Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan Rumah Tangga 0,0827 0,2152 0,2425 0,2681 0,1917 0,7001 0,2451 0,6853 0,6307 0,6268 0,3282 0,9091 0,5200 0,4576 0,7546 0,5376 0,8230 0,4483 0,8820 0,5725 0,0000 0,2436 0,9862 0,3074 0,0000 0,2000 0,4000 0,6000 0,8000 1,0000 1,2000 Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Tanpa Migas Penggalian Industri Non Migas Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Besar dan Eceran Hotel Restoran Angkutan Jalan Raya Angkutan Udara Angkutan Laut, Sungai, Danau … Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank Lembaga Keuangan Usaha Bangunan dan Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum dan Pertahanan Jasa Pendidikan, Kesehatan, Sosial … Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan Rumah Tangga 81 Sektor perikanan memiliki nilai DFL 0,2652 yang lebih besar dibandingkan nilai DBL 0,1917. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perikanan lebih banyak menghasilkan output yang dapat digunakan oleh sektor lain sebagai input secara langsung dibandingkan menggunakan output dari sektor lain untuk digunakan sebagai input sektornya sendiri. Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan atau Direct Indirect Forward Linkage DIFL menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output sektor tersebut secara langsung dan tidak langsung per unit kenaikan permintaan akhir. Angka DIFL tertinggi ditempati sektor industri non migas dengan nilai 10,7275. Sektor perikanan dengan nilai DIFL 1,7578 menempati urutan ke-10 dari seluruh sektor perekonomian. Untuk sektor pertanian secara agregat, sektor perikanan memiliki nilai DIFL pada urutan ke-2 setelah sektor tanaman perkebunan yang bernilai 2,0984 Gambar 19. Gambar 19 Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan sektor-sektor perekonomian. Gambar 20 menunjukkan sebaran nilai DIBL seluruh sektor perekonomian memiliki nilai ≥1. Sektor yang memiliki nilai tertinggi adalah sektor Bank dan lembaga keuangan dengan nilai 3,2873. Adapun sektor perikanan menempati peringkat ke-22 dari seluruh sektor perekonomian dengan nilai 1,4117. Nilai 1,5433 2,0984 1,1214 1,0984 1,7578 4,2036 1,4058 10,7275 1,8373 2,0761 3,5582 1,3969 1,7789 1,7589 1,7910 1,5837 1,1333 1,5144 1,3717 1,6607 1,1802 1,3347 1,3489 1,5864 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Tanpa Migas Penggalian Industri Non Migas Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Besar dan Eceran Hotel Restoran Angkutan Jalan Raya Angkutan Udara Angkutan Laut, Sungai, Danau Penyeberangan Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank Lembaga Keuangan Usaha Bangunan dan Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum dan Pertahanan Jasa Pendidikan, Kesehatan, Sosial … Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan Rumah Tangga 82 DIFL sektor perikanan lebih tinggi dari nilai DIBL-nya, hal ini berarti bahwa output sektor perikanan lebih banyak digunakan sebagai input langsung maupun tidak langsung pada sektor lain dibandingkan menggunakan output dari sektor lain. Gambar 20 Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang sektor- sektor perekonomian. Nilai DBL dan DIBL sektor perikanan yang rendah menunjukkan bahwa sektor tersebut menggunakan input dari sektor-sektor lain dengan jumlah yang rendah. Sebaliknya output sektor perikanan justru digunakan sebagai input oleh sektor-sektor lain, terutama oleh sektor industri non migas, khususnya sektor pengolahan dan pengawetan ikan. Sektor-sektor yang memiliki keterkaitan dengan sektor perikanan ditampilkan pada Gambar 21 dan 22. Sektor perikanan memiliki keterkaitan ke depan dengan enam sektor, termasuk dengan sektornya sendiri. Keterkaitan 1,1433 1,4182 1,5469 1,6086 1,4117 2,7956 1,5530 2,6194 2,6225 2,3919 1,8008 2,7964 1,9724 2,1193 2,8793 2,3643 2,8590 1,9734 3,2873 2,3446 1,0000 1,5422 3,0987 1,7181 0,0000 0,5000 1,0000 1,5000 2,0000 2,5000 3,0000 3,5000 Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Tanpa Migas Penggalian Industri Non Migas Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Besar dan Eceran Hotel Restoran Angkutan Jalan Raya Angkutan Udara Angkutan Laut, Sungai, Danau Penyeberangan Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank Lembaga Keuangan Usaha Bangunan dan Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum dan Pertahanan Jasa Pendidikan, Kesehatan, Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan Rumah Tangga 83 tertinggi adalah dengan sektor restoran 0,1881 diikuti sektor perikanan itu sendiri 0,0378, dan berikutnya sektor industri non migas 0,0324. Gambar 21 Keterkaitan ke Depan Sektor Perikanan dengan sektor-sektor lain. Gambar 22 Keterkaitan Ke Belakang Sektor Perikanan dengan sektor-sektor lain. Sektor perikanan memiliki keterkaitan ke belakang dengan sektor-sektor sebagai berikut: 1 sektor tanaman bahan makanan, 2 peternakan dengan hasil- hasilnya, 3 perikanan, 4 industri non migas, 5 listrik, gas dan air bersih, 6 bangunan, 7 perdagangan besar dan eceran, 8 restoran, 9 angkutan jalan raya, 10 angkutan udara, dan 11 angkutan laut, sungai dan penyeberangan. Lima sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang tertinggi dengan sektor perikanan berturut-turut adalah sektor industri non migas, sektor perikanan itu sendiri, sektor perdagangan besar dan eceran, sektor tanaman bahan makanan, dan sektor angkutan jalan raya. Selanjutnya untuk mengetahui sektor mana saja yang mempunyai kemampuan untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor hulu atau hilir baik 0,0378 0,0324 0,1881 0,0015 0,0051 0,0003 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16 0,18 0,2 Perikanan Industri Non Migas Restoran Angkutan Laut, Sungai, Danau … Jasa Pendidikan, Kesehatan, Sosial … Jasa Perorangan Rumah Tangga 0,0100 0,0002 0,0378 0,1027 0,0001 0,0021 0,0323 0,0021 0,0030 0,0006 0,0009 0,00 0,02 0,04 0,06 0,08 0,10 0,12 Tanaman Bahan Makanan Perikanan Listrik, Gas dan Air Bersih Perdagangan Besar dan Eceran Angkutan Jalan Raya Angkutan Laut, Sungai, Danau … 84 melalui mekanisme transaksi pasar output maupun pasar input dapat dianalisis menggunakan daya penyebaran dan derajat kepekaan. Daya penyebaran adalah jumlah dampak akibat perubahan permintaan akhir suatu sektor terhadap output seluruh sektor ekonomi, sedangkan derajat kepekaan merupakan jumlah dampak terhadap suatu sektor sebagai akibat perubahan seluruh sektor perekonomian. Untuk membandingkan dampak yang terjadi pada setiap sektor, maka daya penyebaran ataupun derajat kepekaan harus dinormalkan dengan cara membagi rata-rata dampak suatu sektor dengan rata-rata dampak seluruh sektor. Dari proses tersebut diperoleh Indeks Daya Penyebaran IDP dan Indeks Derajat Kepekaan IDK. Nilai IDP lebih dari satu menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya atau meningkatkan output sektor lainnya yang digunakan sebagai input oleh sektor tersebut. Sedangkan nilai yang kurang dari satu menunjukkan bahwa sektor tersebut kurang mampu dalam menarik sektor hulunya. Berdasarkan nilai IDP yang bernilai kurang dari satu 0,6661, sektor perikanan dikelompokkan sebagai sektor yang kurang mampu menarik sektor-sektor hulunya. Artinya setiap kenaikan 1 unit output sektor perikanan hanya mengakibatkan penggunaan sektor-sektor lain sebagai input sebesar 0,6661 unit Gambar 23. Gambar 23 Nilai Indeks Daya Penyebaran sektor-sektor perekonomian. 0,5394 0,6691 0,7299 0,7590 0,6661 1,3190 0,7327 1,2359 1,2373 1,1285 0,8497 1,3194 0,9306 0,9999 1,3585 1,1155 1,3489 0,9311 1,5510 1,1062 0,4718 0,7276 1,4620 0,8106 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60 1,80 Tanaman Bahan Makanan Peternakan dan Hasil-hasilnya Perikanan Penggalian Listrik, Gas dan Air Bersih Perdagangan Besar dan Eceran Restoran Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan Bank Lembaga Keuangan Pemerintahan Umum dan Pertahanan Jasa Hiburan dan Rekreasi 85 Nilai IDK suatu sektor yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki kemampuan untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor hilir yang memakai input dari sektor tersebut. Pada Gambar 24 terlihat bahwa sektor perikanan memiliki IDK kurang dari satu 0,8294. Hal ini berarti kenaikan 1 unit permintaan akhir sektor perikanan akan menyebabkan naiknya output sektor-sektor lain termasuk sektornya sendiri secara keseluruhan sebesar 0,8294 unit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sektor perikanan kurang memiliki kemampuan untuk mendorong sektor-sektor hilir yang menggunakan outputnya sebagai input produksi. Oleh karena itu, sektor perikanan tidak akan mudah terpengaruh bila terjadi perubahan pada sektor-sektor yang menggunakan output sektor perikanan sebagai input produksinya. Sektor-sektor perekonomian yang memiliki nilai IDK lebih dari satu hanya tiga sektor, yaitu sektor industri non migas, pertambangan non migas, serta sektor perdagangan besar dan eceran. Gambar 24 Nilai Indeks Derajat Kepekaan sektor-sektor perekonomian. 0,7281 0,9901 0,5291 0,5182 0,8294 1,9833 0,6633 5,0614 0,8669 0,9795 1,6788 0,6591 0,8393 0,8299 0,8450 0,7472 0,5347 0,7145 0,6472 0,7836 0,5568 0,6297 0,6364 0,7485 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Tanpa Migas Penggalian Industri Non Migas Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Besar dan Eceran Hotel Restoran Angkutan Jalan Raya Angkutan Udara Angkutan Laut, Sungai, Danau Penyeberangan Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank Lembaga Keuangan Usaha Bangunan dan Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum dan Pertahanan Jasa Pendidikan, Kesehatan, Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan Rumah Tangga 86 Berdasarkan IDP dan IDK, sektor-sektor perekonomian dikelompokkan dalam 4 kelompok sebagai berikut BPS Bangka Belitung 2006: - Kelompok I adalah sektor-sektor yang mempunyai IDP dan IDK di atas rata-rata 1 - Kelompok II adalah sektor-sektor yang mempunyai IDP di atas rata-rata 1 dan IDK di bawah rata-rata 1 - Kelompok III adalah sektor-sektor yang mempunyai IDP di bawah rata- rata 1 dan IDK di atas rata-rata 1 - Kelompok IV adalah sektor-sektor yang mempunyai IDP dan IDK di bawah rata-rata 1 Tabel 25 memperlihatkan pengelompokan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Belitung berdasarkan nilai IDP dan IDK. Sektor perikanan menempati kuadran ke-4 dalam pengelompokan tersebut, karena memiliki nilai IDP dan IDK kurang dari satu. Tabel 25 Pengelompokan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Belitung berdasarkan nilai IDP dan IDK IDP1 IDP1 IDK1 6. Pertambangan Non migas 8. Industri Non migas 11. Perdagangan Besar dan Eceran IDK1 9. Listrik, Gas dan Air Bersih 10. Bangunan 12. Hotel 15. Angkutan Udara 16. Angkutan Laut, Sungai, Danau Penyeberangan 17. Jasa Penunjang Angkutan 19. Bank Lembaga Keuangan 20. Usaha Bangunan Jasa Perusahaan 23. Jasa Hiburan dan Rekreasi 1. Tanaman Bahan Makanan 2. Tanaman Perkebunan 3. Peternakan dan Hasil-hasilnya 4. Kehutanan

5. Perikanan

7. Penggalian 13. Restoran 14. Angkutan Jalan Raya 18. Komunikasi 21. Pemerintahan Umum Pertahanan 22. Jasa Pendidikan, Kesehatan, Sosial Kemasyarakatan 24.Jasa Perorangan Rumah Tangga Sumber : Hasil analisis 2010 87 Sektor yang mempunyai IDP tinggi memberikan indikasi bahwa sektor tersebut mempunyai pengaruh terhadap sektor lain, sebaliknya sektor yang mempunyai IDK yang tinggi berarti sektor tersebut akan cepat terpengaruh bila terjadi perubahan pada sektor lainnya.

5.2.3 Multiplier Effect

Multiplier terbagi menjadi multiplier Tipe I dan multiplier Tipe II. Multiplier Tipe I dihitung berdasarkan inverse matriks Leontief I-A -1 , dimana sektor rumah tangga diperlakukan secara exogenous, sedangkan multiplier Tipe II tidak hanya menghitung dampak langsung dan tidak langsung, tetapi termasuk pula dampak induksi, yaitu dampak dari perubahan pola konsumsi rumah tangga akibat peningkatan terhadap kinerja sistem perekonomian wilayah. Analisis multiplier effect dari sektor-sektor perekonomian wilayah Kabupaten Belitung berdasarkan Tabel I-O tahun 2008 terdiri atas multiplier output, NTB, dan pendapatan income.

5.2.3.1 Multiplier Effect Output

Dalam model I-O, output memiliki hubungan timbal balik dengan permintaan akhir, artinya; jumlah output yang dapat diproduksi tergantung jumlah permintaan akhirnya. Namun demikian, dalam keadaan tertentu, output justru yang menentukan besarnya permintaan akhir BPS 2000a. Berdasarkan analisis, diperoleh hasil bahwa sektor Bank dan lembaga keuangan memiliki nilai multiplier effect output yang paling tinggi, diikuti oleh sektor jasa hiburan dan rekreasi serta sektor angkutan udara pada urutan kedua dan ketiga. Sektor perikanan hanya menempati peringkat multiplier effect output ke-22 dari keseluruhan sektor perekonomian dengan nilai 1,4117. Hal ini berarti apabila permintaan akhir sektor perikanan meningkat 1 milyar rupiah, maka dampak terhadap perekonomian wilayah output meningkat 1,4117 milyar rupiah. Nilai multiplier effect output per sektor ditampilkan pada Gambar 25. 88 Gambar 25 Nilai multiplier effect terhadap output Tipe I sektor-sektor perekonomian. Dibandingkan sektor-sektor perekonomian yang termasuk dalam kelompok sektor pertanian, multiplier effect output sektor perikanan hanya berada di atas sektor tanaman bahan makanan, namun berada di bawah sektor kehutanan, peternakan dan hasil-hasilnya, serta sektor tanaman perkebunan. Meskipun multiplier effect output sektor perikanan rendah, namun memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan output total. Melalui skenario peningkatan final demand, khususnya konsumsi rumah tangga sebesar 10, akan dicapai peningkatan output total sebesar 5,42 atau sebesar Rp 210.623,20 juta. Sektor perikanan merupakan sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi 9,16 diikuti oleh sektor jasa perorangan dan rumah tangga 8,48, serta sektor jasa hiburan dan rekreasi 7,83. Kontribusi sektor perikanan mencapai 21,25 dari output total. Skenario peningkatan final demand melalui belanja pemerintah hanya mendapatkan peningkatan output total sebesar 0,93 untuk tiap kenaikan 10 atau Rp 32.052,00 juta. Sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi adalah sektor pemerintahan umum dan pertahanan 9,73, sektor jasa pendidikan, 1,1433 1,4182 1,5469 1,6086 1,4117 2,7956 1,5530 2,6194 2,6225 2,3919 1,8008 2,7964 1,9724 2,1193 2,8793 2,3643 2,8590 1,9734 3,2873 2,3446 1,0000 1,5422 3,0987 1,7181 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Tanpa Migas Penggalian Industri Non Migas Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Besar dan Eceran Hotel Restoran Angkutan Jalan Raya Angkutan Udara Angkutan Laut, Sungai, Danau Penyeberangan Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank Lembaga Keuangan Usaha Bangunan dan Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum dan Pertahanan Jasa Pendidikan, Kesehatan, Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan Rumah Tangga