Kondisi Perikanan Kabupaten Belitung

8 dari 9 famili; dan 3 ikan indikator, yaitu ikan yang digunakan sebagai petunjuk kesehatan dan keanekaragaman karang batu, umumnya dari kelas Chaetodontidae sebanyak 3 jenis dari 1 famili. Kepadatan total ikan karang adalah 7.700 ekorha dengan perincian; ikan major 6.100 ekorha, ikan target 1.300 ekorha dan ikan indikator 300 ekorha. Komposisi yang normal untuk tiga kelompok ikan tersebut ikan mayor : ikan target : ikan indikator adalah dengan rasio 60 : 30 : 10. f. Parameter kualitas air yang diamati adalah suhu, salinitas, kecepatan arus, nilai pH, dan plankton. Suhu di perairan Kabupaten Belitung pada bulan Oktober 2005 berkisar antara 28,93 –29,70 o C dengan rata-rata 29,12 o C. Nilai ini lebih rendah jika dibandingkan dengan suhu pada bulan Juni 2005 yang mencapai 30,80 o C. Nilai salinitas pada bulan Oktober berkisar antara 32,62 –33,32‰ dengan rata- rata 33,04‰. Kondisi ini mengindikasikan bahwa perairan cenderung bersifat sebagai perairan pantai coastal water daripada bersifat samudera oceanic water , yang mempunyai nilai salinitas 34,5‰. Kecepatan arus berkisar antara 17,80 –42,10 cmdet dengan rata-rata 29,40 cmdet. Secara rata-rata, kecepatan arus permukaan lebih tinggi dibandingkan pada kedalaman 5 dan 10 m. Kecepatan arus seperti ini masih tergolong sedang dengan kisaran 30,00 –50,00 cmdet. Arah arus pada lapisan permukaan bergerak ke arah utara dan sebagian lagi ke arah barat laut dan barat daya, namun pada kedalaman 5 dan 10 m arus bergerak ke arah barat daya sehingga arah arus pada penelitian tersebut dominan bergerak ke arah barat daya. g. Kondisi plankton fito dan zooplankton secara keseluruhan cukup subur sehingga dapat berfungsi sebagai mata rantai makanan hewan laut terutama ikan. Pengamatan pada 8 stasiun berhasil mengumpulkan 21 jenis fitoplankton yang terdiri atas 17 jenis Diatomae dan 4 jenis Dinoflagellata. Kepadatan jumlah fitoplankton berkisar antara 85.400-253.100 selm 3 sedangkan zooplankton antara 231 –407 individum 3 terdiri atas 23 jenis.

2.2 Kebijakan Pembangunan Sektor Perikanan Kabupaten Belitung

Undang Undang UU Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah merupakan wujud perubahan paradigma pemerintahan dari sentralistik menjadi 9 desentralistik. Pasal 18 ayat 4 UU tersebut mengatur batas kewenangan teritorial laut untuk provinsi sejauh 12 mil dan kabupaten adalah 13 dari kewenangan provinsi 4 mil. Satria et al. 2002 menyatakan kewenangan yang dimaksud UU ini merujuk pada pemberian hak dalam pengelolaan dan pemanfaatannya, bukan dalam arti kedaulatan atau penguasaan. Desentralisasi pengelolaan sumber daya perikanan menghendaki partisipasi seluruh stakeholders di daerah dapat terakomodasi, karena stakeholders tersebut lebih mengetahui dan memahami kondisi sumber daya, sosial ekonomi, maupun kelembagaan di wilayahnya masing-masing. Dengan demikian sepatutnya daerah akan lebih mampu memformulasikan model pengelolaan sumber daya perikanan yang sesuai. Pembangunan sektor perikanan yang dikembangkan di Kabupaten Belitung meliputi peningkatan produksi melalui perikanan tangkap, perikanan budidaya dan pengelolaan hasil perikanan, pembinaan sumber daya manusia dan kelembagaan serta peningkatan ketertiban dan pengawasan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan DKP Belitung 2009a. Hal ini sejalan dengan triple track strategy pembangunan nasional yaitu; peningkatan pertumbuhan ekonomi pro growth, penciptaan lapangan kerja pro job dan pengentasan kemiskinan pro poor melalui perikanan DKP RI 2005. Selama ini kondisi pembangunan sektor perikanan lebih ditekankan pada pembangunan sektor fisik berupa sarana dan prasarana pendukung kegiatan peningkatan produksi. Sumbangan sektor perikanan dalam perekonomian Kabupaten Belitung menunjukkan angka yang cukup signifikan. Berdasarkan data statistik tahun 2008, nilai PDRB sektor perikanan berdasarkan harga konstan tahun 2000 menurut lapangan usaha adalah sebesar Rp 207,84 milyar, yang setara dengan 66,23 dari sumbangan sektor pertanian. Sektor pertanian secara keseluruhan memberikan kontribusi sebesar 27,83 terhadap PDRB Kabupaten Belitung BPS Belitung 2009a. Sesuai kondisi Kabupaten Belitung sebagai daerah kepulauan 98 pulau kecil, maka pembangunan fisik juga harus mempertimbangkan aspek pemerataan dan keberlanjutan sesuai dengan sifat sumber daya yang dimiliki DKP Belitung 2009b. Konsep pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan pembangunan berbasis sumber daya kelautan dan perikanan, secara teknis dapat didefinisikan