Arahan Kebijakan HASIL DAN PEMBAHASAN
106 docking, pabrik es, cold storage, bahan bakar, serta air bersih secara langsung
maupun tidak langsung akan berpengaruh positif terhadap peningkatan peranan sektor
perikanan dalam
perekonomian. Menurut
Saefulhakim dalam
Suryawardana 2006 salah satu peranan pemerintah dalam pembangunan adalah menyediakan fasilitas umum berupa sarana dan prasarana pendukung. Kebijakan
pemerintah menyediakan infrastruktur perikanan dan menciptakan iklim investasi yang kondusif harus terus didorong dan dijadikan keputusan politik. Infrastruktur
perikanan yang baik, bukan hanya dapat dinikmati oleh nelayan atau stakeholders perikanan secara lokal wilayah Kabupaten Belitung saja, namun menjadi daya
tarik bagi nelayan dari luar terutama dari Bangka Selatan dan pantai utara Jawa untuk mendaratkan hasil tangkapannya. Dengan demikian dapat mengurangi
kesalahan perhitungan terhadap pemanfaatan sumberdaya perikanan yang sesungguhnya, serta menekan kebocoran nilai tambah value added leakages.
Pengembangan perikanan tangkap diarahkan ke wilayah barat daya serta barat laut hingga ke utara Pulau Belitung. Peta arahan lokasi kegiatan
penangkapan ikan Kabupaten Belitung ditampilkan pada Gambar 35. Lokasi pengembangan perikanan tangkap yang menjadi arahan ini sesuai
dengan hasil penelitian Dayu 2007 yang menyatakan perairan Bangka Belitung bagian selatan termasuk WPP Laut Cina Selatan bagian selatan memiliki
densitas ikan pelagis maupun demersal yang paling tinggi. Wilayah barat daya terutama diarahkan untuk kegiatan penangkapan nelayan dari Kecamatan Selat
Nasik Desa Pulau Gersik, Petaling, dan Suak Gual, Kecamatan Badau, dan Kecamatan Membalong. Wilayah barat laut sampai utara terutama diarahkan
sebagai wilayah penangkapan untuk nelayan dari Kecamatan Sijuk, Tanjungpandan, dan Selat Nasik Desa Selat Nasik. Pangkalan utama kegiatan
penangkapan ke wilayah perairan tersebut adalah Desa Tanjung Binga untuk Kecamatan Sijuk, Pelabuhan Perikanan Nusantara PPN Tanjungpandan untuk
Kecamatan Tanjungpandan, dan Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Selat Nasik untuk Kecamatan Selat Nasik. Wilayah barat dan selatan tidak menjadi prioritas
karena sudah cukup padat dengan adanya nelayan dari Pulau Bangka dan pantai utara Pulau Jawa.
107
Gambar 35 Peta arahan pengembangan perikanan tangkap Kabupaten Belitung. Wilayah arahan pengembangan perikanan budidaya laut yang sesuai dengan
karakteristik perairan, terutama aspek keterlindungan dari angin dan ombak sepanjang tahun serta kedalaman perairan adalah lokasi antara Pulau Belitung
dengan Pulau Mendanau. Wilayah lain adalah wilayah Teluk Balok di selatan Pulau Belitung. Peta arahan kegiatan budidaya laut ditampilkan pada Gambar 36.
108
Gambar 36. Peta arahan pengembangan kegiatan budidaya laut Kabupaten Belitung.
Wilayah antara Pulau Belitung dan Pulau Mendanau khususnya di Kecamatan Badau, secara aktual sudah digunakan sebagai lokasi budidaya untuk
komoditas rumput laut, kerang mutiara dan ikan kerapu. Lokasi tersebut cukup ideal karena terlindung dari angin dan ombak sepanjang tahun serta memiliki
parameter kualitas air yang sesuai. Selain itu, kemungkinan tercemar limbah
109 pertambangan timah juga relatif kecil, karena tidak ada sungai besar yang
bermuara ke perairan tersebut. Jenis budidaya yang sesuai untuk dikembangkan adalah budidaya kerapu dengan KJA dan budidaya rumput laut sistem rakit.
Peranan sektor perikanan dalam pembangunan wilayah harus terus ditingkatkan karena memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif serta
merupakan sumber daya yang dapat pulih Dahuri 2002. Sektor perikanan juga diharapkan menjadi jaring pengaman yang mampu menampung tenaga kerja pasca
penambangan timah untuk tahun-tahun mendatang. Arahan kebijakan peningkatan keterkaitan sektor perikanan dengan sektor-sektor lain harus terus dilakukan, baik
yang memiliki keterkaitan ke depan maupun keterkaitan ke belakang. Sesuai pendapat Rustiadi et al. 2009 keterpaduan sektoral menuntut
adanya keterkaitan fungsional yang sinergis antar sektor perekonomian sehingga setiap
kegiatan pembangunan
sektoral dilaksanakan
dalam kerangka
pembangunan wilayah. Hal ini sesuai dengan pendapat Anwar 2005 yang menyatakan bahwa dalam pembangunan kewilayahan yang berkembang akan
terjadi transfer input dan output barang dan jasa antar sektor secara dinamis. Sektor-sektor yang memiliki keterkaitan ke depan dengan sektor perikanan
adalah; sektor restoran, industri non migas, jasa pendidikan, kesehatan dan sosial kemasyarakatan, angkutan laut, sungai danau dan penyeberangan, jasa perorangan
dan rumah tangga, serta sektor perikanan sendiri. Sektor yang layak didorong peningkatan keterkaitannya dengan perikanan adalah restoran, industri non migas,
serta perikanan sendiri, karena ketiga sektor inilah yang memiliki nilai keterkaitan tertinggi dengan sektor perikanan.
Sektor pariwisata jasa hiburan dan rekreasi yang tumbuh cukup baik di Kabupaten Belitung 4,48tahun dapat didorong peningkatan keterkaitannya
dengan sektor perikanan. Selain mengandalkan alam pantai yang erat dengan potensi sumber daya perikanan, sektor jasa hiburan dan rekreasi juga erat
kaitannya dengan sektor restoran yang memiliki keterkaitan paling tinggi dengan perikanan. Berdasarkan hasil analisis multiplier effect, sektor jasa hiburan dan
rekreasi menempati peringkat pertama untuk parameter multiplier NTB dan pendapatan, serta peringkat kedua untuk multiplier output. Kegiatan wisata yang
langsung dapat dikreasikan dengan sektor perikanan misalnya wisata memancing,
110 diving, dan snorkling. Namun perlu disadari bahwa kegiatan pariwisata yang
terkait dengan perikanan juga berpeluang menyebabkan kerusakan sumber daya perikanan, oleh karena itu harus tetap dilakukan pengelolaan yang memperhatikan
aspek keberlanjutan Cooke and Cowx 2006. Pengelolaan sumber daya perikanan yang bijaksana dengan melibatkan
berbagai stakeholders akan menjadikan sektor perikanan mampu memberikan kontribusi secara berkelanjutan Varjopuro et al. 2008. Pembangunan
berkelanjutan menekankan keseimbangan dimensi ekonomi, sosial, dan ekologi sehingga harus dijadikan paradigma pembangunan saat ini dan masa yang akan
datang WCED dalam Dahuri 2002, Anwar 2005, dan Rustiadi et al. 2009. Berdasarkan analisis AHP, faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembangunan perikanan di Kabupaten Belitung berturut-turut adalah; faktor sumber daya perikanan SDI, sumber daya manusia SDM, Pasar, Sarana dan
prasarana Sarpras, serta Biaya. Oleh karena itu, arahan kebijakan yang diperlukan adalah: 1 melakukan perlindungan serta pengawasan terhadap
berbagai sumber daya perikanan dari gangguan dan tindakan perusakan; 2 peningkatan kapasitas SDM; 3 membuka akses terhadap pasar serta penataan
kelembagaannya; 4 peningkatan kapasitas sarana dan prasarana perikanan; dan 5 membuka akses permodalan pembiayaan bagi nelayan, pembudidaya ikan,
serta pengusaha perikanan. Berdasarkan faktor-faktor penentu kebijakan pembangunan sektor perikanan
di Kabupaten Belitung, prioritas kegiatan perikanan yang akan dikembangkan berturut-turut adalah; kegiatan penangkapan, budidaya, dan pengolahan hasil
perikanan. Prioritas tersebut cenderung mengacu pada kegiatan peningkatan produksi berdasarkan kondisi dan potensi sumber daya perikanan yang ada di
wilayah Kabupaten Belitung. Produksi perikanan yang tinggi akan berimplikasi pada kontribusi terhadap PDRB yang tinggi pula, namun belum tentu akan
berpengaruh positif pada keterkaitan antar sektor perekonomian. Oleh karena itu, ada kontradiksi kegiatan prioritas pembangunan antara peningkatan produksi dan
peningkatan keterkaitan antar sektor. Untuk meningkatkan keterkaitan antar sektor, prioritas utama pembangunan perikanan adalah kegiatan pengolahan hasil
perikanan. Melalui kegiatan pengolahan diharapkan nilai tambah yang terbentuk
111 akan lebih besar, karena nilai transaksi antar sektor perekonomian dalam internal
wilayah makin besar, sehingga potensi kebocoran wilayah dapat dikurangi. Parameter lingkungan perairan Kabupaten Belitung yang masih sangat baik
PPO LIPI 2005 harus dapat dipertahankan, sehingga daya dukung carrying capacity terhadap sumber daya perikanan tetap tinggi. Perusakan terhadap
terumbu karang, padang lamun, dan mangrove secara langsung harus dihindarkan, demikian pula kegiatan lain yang dapat menyebabkan degradasi lingkungan
perairan seperti pertambangan dan pembuangan limbah. Kondisi degradasi lingkungan akibat pertambangan akan sangat berpengaruh terhadap sedimentasi
dan tingkat kekeruhan perairan sehingga berdampak negatif pada sumber daya perikanan secara keseluruhan Stobutzki et al. 2006b. Oleh karena itu,
pemerintah harus lebih selektif dalam memberikan izin usaha yang berdampak negatif terhadap sumber daya perikanan.
Di sisi lain, peranan pemerintah dalam menetapkan aturan dan regulasi pengelolaan sumber daya perikanan juga harus dioptimalkan dengan melibatkan
keseluruhan stakeholders. Sesuai pendapat Fauzi 2005, penanganan masalah perikanan akan sangat tergantung pada bagaimana kita mampu mengambil
pelajaran dari kegagalan-kegagalan yang terjadi di masa lalu maupun di tempat lain.
112
113