Struktur Perekonomian Kabupaten Belitung

72 Adapun lima sektor yang memberikan sumbangan paling rendah terhadap PDRB adalah sektor komunikasi, Bank dan lembaga keuangan, jasa penunjang angkutan, hotel, serta sektor hiburan dan rekreasi. Tabel 20 PDRB rata-rata Kabupaten Belitung atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha tahun 2000-2008 No. Lapangan Usaha Sektor Perekonomian Nilai Rata-rata Juta rupiah 1 Industri Non Migas 196.484,33 21,18 2 Perikanan 167.630,33 18,07 3 Perdagangan Besar dan Eceran 136.906,89 14,76 4 Bangunan 60.838,67 6,56 5 Tanaman Perkebunan 56.565,67 6,10 6 Pemerintahan Umum dan Pertahanan 52.352,11 5,64 7 Pertambangan Non Migas 38.752,67 4,18 8 Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan 36.908,56 3,98 9 Penggalian 35.769,22 3,86 10 Perorangan dan Rumah Tangga 31.040,00 3,35 11 Restoran 15.640,67 1,69 12 Tanaman Bahan Makanan 13.256,00 1,43 13 Jasa Pendidikan, Kesehatan Sosial Kemasyarakatan 12.137,33 1,31 14 Angkutan Laut, Sungai, Danau dan Penyeberangan 11.720,67 1,26 15 Angkutan Jalan Raya 11.687,00 1,26 16 Listrik, Gas dan Air Bersih 11.516,11 1,24 17 Angkutan Udara 8.931,56 0,96 18 Kehutanan 7.578,00 0,82 19 Peternakan dan Hasil-hasilnya 6.924,78 0,75 20 Komunikasi 6.467,56 0,70 21 Bank dan Lembaga Keuangan 5.301,78 0,57 22 Jasa Penunjang Angkutan 1.562,33 0,17 23 Hotel 1.239,89 0,13 24 Hiburan dan Rekreasi 322,78 0,03 Total 927.534,89 100,00 Sumber : PDRB Kabupaten Belitung menurut lapangan usaha tahun 2008 Tren perubahan struktur ekonomi Kabupaten Belitung antara tahun 2000 hingga 2008 ditampilkan pada Tabel 21. Berdasarkan tabel tersebut, sektor perikanan memiliki tingkat pertumbuhan PDRB rata-rata sebesar 6,16tahun peringkat ke-6. Sektor-sektor yang memiliki pertumbuhan PDRB rata-rata di atas 5,00tahun berjumlah 8 sektor dari 24 sektor perekonomian yang ada di Kabupaten Belitung. Lima sektor yang memiliki pertumbuhan PDRB rata-rata per tahun di atas sektor perikanan adalah: 1 pemerintahan umum dan pertahanan 73 9,80; 2 komunikasi 8,62; 3 bangunan 8,05; 4 tanaman perkebunan 7,79; dan 5 angkutan jalan raya 6,83. Tabel 21 Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Belitung atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha No LAPANGAN USAHA 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata- rata 1 Pemerintahan Umum Perthn. 0,50 32,81 13,74 0,50 1,93 9,44 9,49 10,02 9,80 2 Komunikasi 11,59 22,64 6,55 8,81 4,60 4,40 4,66 5,74 8,62 3 Bangunan 6,35 4,51 8,33 6,36 9,51 8,84 10,47 10,05 8,05 4 Tanaman Perkeb. 8,87 10,89 4,42 6,80 7,50 8,16 8,62 7,11 7,79 5 Angkutan Jalan Raya 9,06 1,79 9,87 5,13 6,07 4,25 11,49 6,98 6,83 6 Perikanan 7,77 6,99 5,69 5,89 6,62 5,95 4,07 6,28 6,16 7 Jasa Penunjang Angkutan 4,60 1,94 8,19 3,85 4,10 5,19 7,07 9,10 5,50 8 Hotel 3,09 3,94 5,86 2,21 4,75 6,68 6,79 7,82 5,14 9 Industri Non Migas 3,99 3,07 7,36 4,88 5,23 4,17 4,80 5,53 4,88 10 Hiburan Rekreasi 1,87 3,68 4,96 7,43 9,12 3,46 4,18 4,28 4,87 11 Perorangan Rumah Tangga 9,47 0,82 3,73 8,91 4,23 3,45 3,58 1,46 4,46 12 Pertamb. Non Mgs -1,38 4,76 4,51 9,67 5,97 5,71 4,10 0,91 4,28 13 Tanaman Bahan Makanan 2,60 -6,05 5,54 5,59 6,03 6,09 6,30 6,57 4,08 14 Perdagangan Besar dan Eceran 4,74 5,47 5,15 2,43 3,02 3,75 3,88 4,08 4,07 15 Angkutan Udara -6,79 3,55 8,23 4,30 5,17 4,92 5,54 6,26 3,90 16 Bank Lemb. Keuangan 1,01 3,59 3,22 2,76 3,36 5,31 5,53 5,80 3,82 17 Listrik, Gas Air Bersih 6,07 3,27 4,58 4,20 1,17 2,72 3,75 4,21 3,75 18 Sewa Bangunan Jasa Perusahaan 1,26 4,87 1,47 2,98 1,64 1,89 8,65 6,91 3,71 19 Jasa Pendidikan, Kesehatan Sosmas 3,38 0,72 2,79 5,02 5,15 3,32 3,78 1,34 3,19 20 Angkutan Laut, SDP 5,98 3,76 4,75 1,42 1,88 1,94 2,30 1,56 2,95 21 Restoran 10,17 2,45 3,04 1,59 0,70 0,82 1,65 1,84 2,78 22 Peternakan Hasil-hasilnya 1,26 4,39 2,35 2,83 0,17 0,73 1,37 1,05 1,77 23 Penggalian 6,84 -1,16 2,18 0,49 0,92 1,91 1,33 0,21 1,59 24 Kehutanan 0,77 1,02 4,15 2,28 1,03 1,02 0,57 0,27 1,39 Rata-rata 5,01 5,79 5,96 4,57 4,81 5,03 5,33 5,51 5,25 Sumber : PDRB Kabupaten Belitung menurut lapangan usaha tahun 2008 Sektor industri non migas yang menempati peringkat pertama berdasarkan kontribusinya dalam pembentukan PDRB hanya menempati peringkat ke-9 berdasarkan pertumbuhan PDRB rata-rata tahunan 4,88tahun. Adapun sektor 74 pertambangan non migas dengan pertumbuhan PDRB rata-rata tahunan sebesar 4,28 menempati peringkat ke-11. Tren pertumbuhan PDRB sektor pertambangan non migas sejak tahun 2004 sebesar 9,67 terus menurun hingga hanya sebesar 0,91 pada tahun 2008. Hal ini berlawanan dengan sektor perikanan yang memiliki pertumbuhan PDRB rata-rata tahunan relatif stabil. Selain melalui PDRB, peranan sektor ekonomi dapat dilihat melalui analisis Tabel I-O. Tabel I-O Kabupaten Belitung 2008 terdiri atas 24 sektor yaitu: 1 tanaman bahan makanan; 2 tanaman perkebunan; 3 peternakan dan hasil- hasilnya; 4 kehutanan; 5 perikanan; 6 pertambangan non migas; 7 penggalian; 8 industri non migas; 9 listrik, gas dan air bersih; 10 bangunan; 11 perdagangan besar dan eceran; 12 hotel; 13 restoran; 14 angkutan jalan raya; 15 angkutan udara; 16 angkutan laut, sungai, danau dan penyeberangan; 17 jasa penunjang angkutan; 18 komunikasi; 19 Bank dan lembaga keuangan; 20 usaha bangunan dan jasa perusahaan; 21 pemerintahan umum dan pertahanan; 22 jasa pendidikan, kesehatan, dan sosial kemasyarakatan; 23 jasa hiburan dan rekreasi; dan 24 jasa perorangan dan rumah tangga. Berdasarkan analisis struktur output diketahui bahwa dari output total sebesar Rp 4.704.996,06 juta, sebanyak 51,93 Rp 2.443.154,62 juta merupakan permintaan antara dan sisanya 48,07 Rp 2.261.841,44 juta adalah permintaan akhir Tabel 22. Besarnya permintaan antara dibandingkan permintaan akhir menggambarkan besarnya permintaan yang terjadi antar sektor ekonomi. Semakin besar persentase permintaan antara suatu wilayah, maka semakin besar keterkaitan ekonomi domestik, dengan demikian semakin kecil kemungkinan kebocoran wilayah yang terjadi. Struktur Tabel I-O dengan nilai output total yang ada lebih banyak dialokasikan sebagai permintaan antara daripada permintaan akhir menunjukkan bahwa output yang ada cenderung ditransaksikan antar sektor dalam proses produksi daripada digunakan untuk konsumsi secara langsung baik masyarakat maupun belanja pemerintah. Nilai Tambah Bruto NTB adalah balas jasa pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri atas komponen upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung. NTB sering juga disebut sebagai input primer yang merupakan selisih antara total input dan input antara. Berdasarkan struktur NTB, 75 sebanyak 54,93 dari NTB merupakan surplus usaha Rp 1.242.366,71 juta, 36,91 merupakan upah dan gaji Rp 834.792,18 juta, 5,09 merupakan penyusutan Rp 115.201,54 juta dan 3,06 adalah pajak tak langsung Rp 69.245,5 juta. Komponen surplus usaha yang besar menunjukkan besarnya surplus atau keuntungan yang diperoleh dari investasi di wilayah tersebut. Tabel 22 Struktur perekonomian Kabupaten Belitung berdasarkan Tabel I-O tahun 2008 24 x 24 sektor No. Uraian Jumlah Juta Rupiah Persentase 1 Struktur Input Jumlah Input Antara 2.443.154,62 2 Jumlah Input PrimerNilai Tambah Bruto 2.261.606,00 100,00 - Upah dan Gaji 834.792,18 36,91 - Surplus Usaha 1.242.366,71 54,93 - Penyusutan 115.201,54 5,09 - Pajak Tak Langsung 69.245,56 3,06 Struktur Output 3 Jumlah Permintaan Antara 2.443.154,62 51,93 4 Jumlah Permintaan Akhir 2.261.841,44 48,07 5 Total Output 4.704.996,06 100,00 Sumber : Hasil Analisis, 2010 Kondisi ideal bagi pengembangan wilayah berdasarkan struktur NTB, seharusnya menempatkan proporsi komponen upah dan gaji lebih besar dari komponen-komponen lain, karena dapat dinikmati oleh masyarakat secara langsung. Namun demikian, proporsi komponen surplus usaha yang lebih besar dibandingkan komponen upah gaji masih tetap baik apabila keuntungan tersebut diinvestasikan lagi di daerah dimana keuntungan atau surplus usaha diperoleh. Hal ini dimungkinkan terutama apabila pemilik modal atau investor merupakan pengusaha lokal dibandingkan investor dari luar wilayah. Oleh karena itu investasi yang baik selain dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang ada, juga memberikan pengaruh positif bagi wilayah secara keseluruhan, serta mampu mengurangi kemungkinan terjadinya kebocoran wilayah. Sebagai pembanding struktur perekonomian Kabupaten Belitung tahun 2008 di atas, pada Tabel 23 ditampilkan struktur perekonomian Kabupaten Bandung Barat tahun 2008. Pada struktur output Tabel I-O tersebut ditemukan permintaan akhir sebesar Rp 7.100.955,64 juta 53,20, lebih besar daripada permintaan antara sebesar Rp 6.245.876,23 juta 46,80. Hal ini berarti output yang 76 terbentuk di Kabupaten Bandung Barat lebih banyak digunakan untuk memenuhi permintaan akhir konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor, daripada ditransaksikan antar sektor ekonomi dalam proses produksi Sumunaringtyas 2010. Berdasarkan komposisi struktur output kedua daerah ini, dapat dikatakan Kabupaten Belitung lebih baik daripada Kabupaten Bandung Barat, karena potensi kebocoran wilayahnya relatif lebih kecil. Tabel 23 Struktur perekonomian Kabupaten Bandung Barat berdasarkan Tabel I-O tahun 2008 28 x 28 sektor No. Uraian Jumlah Juta Rupiah Persentase Struktur Input 1 Jumlah Input Antara 6.245.876,23 2 Jumlah Input PrimerNilai Tambah Bruto 7.100.955,64 100,00 - Upah dan Gaji 2.005.665,12 28,25 - Surplus Usaha 4.230.744,20 59,58 - Penyusutan 568.220,29 8,00 - Pajak Tak Langsung 296.326,03 4,17 Struktur Output 3 Jumlah Permintaan Antara 6.245.876,23 46,80 4 Jumlah Permintaan Akhir 7.100.955,64 53,20 5 Total Output 13.346.831,87 100,00 Sumber: Sumunaringtyas 2010 Struktur NTB Kabupaten Bandung Barat mirip dengan Kabupaten Belitung, dimana surplus usaha merupakan komponen yang proporsinya paling besar 59,58, diikuti oleh upah dan gaji 28,25, penyusutan 8,00, dan komponen terkecil berupa pajak tak langsung 4,17. Di Kabupaten Bandung Barat, persentase surplus usaha jauh melebihi upah dan gaji selisih 31,33 dibandingkan di Kabupaten Belitung selisih 18,02. Oleh karena itu, manfaat yang dirasakan langsung oleh masyarakat juga sangat rendah dibandingkan yang dinikmati oleh pengusaha atau pemilik modal. Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel I-O akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: 1 struktur perekonomian regional yang mencakup struktur output dan NTB masing-masing sektor; 2 struktur input antara; 3 struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa produksi dalam daerah maupun impor; dan 4 struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan antara maupun permintaan akhir untuk konsumsi, investasi dan ekspor BPS 2000a. 77 Struktur Tabel I-O Kabupaten Belitung tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan tampilan output total setiap sektor pada Tabel I-O, lima sektor yang memiliki kontribusi terbesar berturut-turut adalah; sektor industri non migas, perikanan, pertambangan non migas, perdagangan besar dan eceran, serta sektor bangunan. Sektor perikanan memberikan kontribusi sebesar Rp 488.635,43 juta atau sebesar 10,39 dari pembentukan output total seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 4.704.996,06 juta. Kontribusi paling tinggi diberikan oleh sektor industri non migas sebesar Rp 1.496.773,82 juta atau 31,81 sedangkan sektor peternakan dan hasil-hasilnya menempati urutan terakhir dengan output total sebesar 0,32 Tabel 24. Tabel 24 Output total berdasarkan Tabel I-O tahun 2008 No. Sektor Perekonomian Output Total Persentase Juta rupiah 1 Industri Non migas 1.496.773,82 31,81 2 Perikanan 488.635,43 10,39 3 Pertambangan Non Migas 446.793,10 9,50 4 Perdagangan Besar dan Eceran 437.282,89 9,29 5 Bangunan 424.839,20 9,03 6 Pemerintahan Umum dan Pertahanan 220.351,00 4,68 7 Jasa Bangunan dan Jasa Perusahaan 159.940,06 3,40 8 Tanaman Perkebunan 131.971,72 2,80 9 Angkutan Udara 94.785,35 2,01 10 Penggalian 89.710,21 1,91 11 Jasa Perorangan Rumah Tangga 89.523,73 1,90 12 Bank Lembaga Keuangan 87.006,24 1,85 13 Listrik, Gas dan Air Bersih 81.272,34 1,73 14 Restoran 79.712,94 1,69 15 Angkutan Jalan Raya 58.629,06 1,25 16 Angkutan Laut, SDP 54.963,96 1,17 17 Tanaman Bahan Makanan 54.612,84 1,16 18 Jasa Hiburan dan Rekreasi 53.283,36 1,13 19 Komunikasi 38.831,31 0,83 20 Jasa Pendidikan, Kesehatan, Sosial Kemasyarakatan 34.771,03 0,74 21 Hotel 30.567,03 0,65 22 Jasa Penunjang Angkutan 18.913,92 0,40 23 Kehutanan 16.680,68 0,35 24 Peternakan dan Hasil-hasilnya 15.144,86 0,32 Jumlah 4.704.996,06 100,00 Sumber : Hasil analisis, 2010 78 Salah satu sektor industri yang cukup berkembang di Kabupaten Belitung adalah sektor industri pengolahan dan pengawetan ikan yang termasuk dalam sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Produk-produk yang dihasilkan terutama ikan beku, fillet ikan, daging rajungan, ikan asin, terasi, serta kerupuk ikan. Kerupuk ikan dengan berbagai variasinya merupakan produk yang dijadikan oleh-oleh khas dari Belitung. Sesuai data Dinas Kelautan dan Perikanan tahun 2009, jumlah ikan olahan termasuk ikan asin yang dikirim ke luar Pulau Belitung adalah 785,61 ton, sedangkan ikan beku berjumlah 1.204,26 ton. Dari seluruh produksi perikanan tersebut, sebanyak 852,00 ton diekspor ke Singapura. Berdasarkan nilai kontribusi terhadap PDRB dan output total yang terbentuk, terlihat bahwa dari 10 sektor penyumbang PDRB tertinggi, 9 diantaranya juga memberikan output total dalam peringkat 10 besar. Hal ini berarti bahwa besarnya sumbangan terhadap PDRB ditentukan oleh besarnya output total. Sektor-sektor dengan peranan yang besar baik dalam PDRB maupun output total dapat dikelompokkan sebagai sektor kunci atau key sectors BPS 2000a. Sektor perikanan menempati peringkat kedua, baik dalam kontribusi terhadap PDRB maupun output total, oleh karena itu sektor perikanan tergolong sebagai sektor utama dalam perekonomian di Kabupaten Belitung. Sektor-sektor yang merupakan sektor kunci selain perikanan antara lain; sektor industri non migas, pertambangan non migas, perdagangan besar dan eceran, serta sektor bangunan.

5.2.2 Keterkaitan Sektoral

Salah satu keunggulan analisis I-O adalah dapat mengetahui keterkaitan sektoral, baik keterkaitan ke belakang backward linkage maupun keterkaitan ke depan forward linkage. Dengan analisis tersebut dapat diketahui tingkat hubungan atau keterkaitan teknis antar sektor perekonomian. Keunggulan suatu sektor dapat dilihat dari tingkat kekuatan antar sektor tersebut dengan sektor lainnya Daryanto dan Hafizrianda 2010; Rustiadi et al. 2009. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang yang kuat ditandai dengan angka keterkaitan yang tinggi. Hal ini berarti peningkatan output sektor tersebut dapat menarik aktivitas sektor-sektor di belakangnya hulu. Sedangkan sektor yang mempunyai 79 keterkaitan ke depan yang kuat berarti mampu mendorong aktivitas sektor-sektor perekonomian yang ada di hilirnya BPS 2000a. Roda perekonomian dapat bersinergi dengan baik dengan adanya keterkaitan. Makin kuat keterkaitan antar sektor, makin kecil ketergantungan sektor tersebut pada impor, sekaligus memperkecil kebocoran wilayah yang mengalir ke wilayah lainnya, sehingga nilai tambah yang dihasilkan dapat dinikmati oleh masyarakat di wilayahnya sendiri. Analisis keterkaitan antar sektor pada dasarnya melihat dampak output dan kenyataan bahwa sektor-sektor dalam perekonomian tersebut saling mempengaruhi Rustiadi et al. 2009. Keterkaitan langsung ke depan dan keterkaitan langsung ke belakang dianalisis dengan menggunakan matriks koefisien, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang dianalisis dengan menggunakan matriks kebalikan Leontief terbuka. Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan akhir. Pada Gambar 17 ditampilkan keterkaitan langsung ke depan atau Direct Forward Linkage DFL sektor-sektor perekonomian. Nilai DFL di atas rata-rata adalah yang memiliki nilai indeks ≥1. Sektor yang memiliki nilai DFL ≥1 adalah sektor industri non migas dan sektor perdagangan besar dan eceran. Sektor perikanan memiliki nilai DFL sebesar 0,2652 menempati urutan ke-14 dari seluruh sektor perekonomian. Keterkaitan langsung ke belakang atau Direct Backward Linkage DBL menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan akhir. Keterkaitan langsung ke belakang sektor-sektor perekonomian ditampilkan pada Gambar 18. Nilai DBL di atas rata-rata adalah yang memiliki nilai indeks ≥1. Berdasarkan gambar tersebut, semua sektor memiliki nilai DBL 1, hal ini menunjukkan bahwa semua sektor memiliki nilai di bawah rata-rata. Sektor perikanan memiliki nilai DBL sebesar 0,1917 menempati urutan ke-22 dari 24 sektor perekonomian, sedangkan sektor yang memiliki nilai yang tertinggi adalah sektor jasa hiburan dan rekreasi.