Multiplier Effect Output Multiplier Effect

88 Gambar 25 Nilai multiplier effect terhadap output Tipe I sektor-sektor perekonomian. Dibandingkan sektor-sektor perekonomian yang termasuk dalam kelompok sektor pertanian, multiplier effect output sektor perikanan hanya berada di atas sektor tanaman bahan makanan, namun berada di bawah sektor kehutanan, peternakan dan hasil-hasilnya, serta sektor tanaman perkebunan. Meskipun multiplier effect output sektor perikanan rendah, namun memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan output total. Melalui skenario peningkatan final demand, khususnya konsumsi rumah tangga sebesar 10, akan dicapai peningkatan output total sebesar 5,42 atau sebesar Rp 210.623,20 juta. Sektor perikanan merupakan sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi 9,16 diikuti oleh sektor jasa perorangan dan rumah tangga 8,48, serta sektor jasa hiburan dan rekreasi 7,83. Kontribusi sektor perikanan mencapai 21,25 dari output total. Skenario peningkatan final demand melalui belanja pemerintah hanya mendapatkan peningkatan output total sebesar 0,93 untuk tiap kenaikan 10 atau Rp 32.052,00 juta. Sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi adalah sektor pemerintahan umum dan pertahanan 9,73, sektor jasa pendidikan, 1,1433 1,4182 1,5469 1,6086 1,4117 2,7956 1,5530 2,6194 2,6225 2,3919 1,8008 2,7964 1,9724 2,1193 2,8793 2,3643 2,8590 1,9734 3,2873 2,3446 1,0000 1,5422 3,0987 1,7181 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Tanpa Migas Penggalian Industri Non Migas Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Besar dan Eceran Hotel Restoran Angkutan Jalan Raya Angkutan Udara Angkutan Laut, Sungai, Danau Penyeberangan Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank Lembaga Keuangan Usaha Bangunan dan Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum dan Pertahanan Jasa Pendidikan, Kesehatan, Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan Rumah Tangga 89 kesehatan dan sosial kemasyarakatan 3,29, serta sektor komunikasi 1,53, sedangkan sektor perikanan mengalami peningkatan yang paling rendah 0,04. Skenario peningkatan final demand melalui investasi pembentukan modal tetap bruto sebesar 10 mampu meningkatkan output total sebesar Rp 89.357,34 juta 1,46. Peningkatan yang paling tinggi dicapai oleh sektor bangunan 8,74, penggalian 6,64, dan kehutanan 2,45. Sektor perikanan berada pada peringkat ke-23 dengan peningkatan 0,18. Peningkatan final demand sebesar 10 melalui skenario ekspor barang dan jasa mampu meningkatkan output total sebesar Rp 135.922,16 juta 2,89. Sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi adalah tanaman perkebunan 4,80, pertambangan non migas 4,77, dan sektor industri non migas 54,77. Sektor perikanan dengan peningkatan 0,61 menempati urutan ke-22 dari seluruh sektor perekonomian.

5.2.3.2 Multiplier Effect Nilai Tambah Bruto

Nilai tambah bruto NTB adalah input primer yang merupakan bagian dari input secara keseluruhan. Sesuai dengan asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan Tabel I-O, maka hubungan antara NTB dengan output bersifat linier. Artinya peningkatan atau penurunan output akan diikuti secara proporsional oleh kenaikan dan penurunan NTB. Berdasaran hasil analisis diketahui bahwa sektor perikanan memiliki nilai dampak terhadap NTB sebesar 1,2372 yang berarti bahwa apabila permintaan akhir sektor perikanan meningkat 1 milyar rupiah, maka dampak terhadap NTB akan meningkat 1,2372 milyar rupiah. Sektor-sektor yang memiliki dampak NTB paling tinggi adalah sektor jasa hiburan dan rekreasi 72,4944, hotel 10,9953 serta Bank dan lembaga keuangan 8,4760. Tingginya nilai dampak sektor jasa hiburan dan rekreasi dikarenakan kuatnya keterkaitan sektor tersebut dengan sektor-sektor perekonomian lain di Kabupaten Belitung. Dampak NTB sektor- sektor perekonomian berdasarkan urutan dari yang tertinggi hingga terendah ditampilkan pada Tabel 26. 90 Tabel 26 Peringkat dampak sektor-sektor perekonomian terhadap NTB No. Sektor Perekonomian Dampak terhadap NTB 1 Jasa Hiburan dan Rekreasi 72,4944 2 Hotel 10,9953 3 Bank Lembaga Keuangan 8,4760 4 Jasa Penunjang Angkutan 5,6493 5 Angkutan Udara 4,0757 6 Pertambangan Non Migas 3,3347 7 Industri Non Migas 3,1773 8 Listrik, Gas dan Air Bersih 2,7076 9 Bangunan 2,6797 10 Usaha Bangunan dan Jasa Perusahaan 2,3392 11 Angkutan Laut, Sungai, Danau Penyeberangan 2,1626 12 Restoran 2,0832 13 Angkutan Jalan Raya 1,8437 14 Komunikasi 1,8126 15 Perdagangan Besar dan Eceran 1,4886 16 Jasa Perorangan Rumah Tangga 1,4439 17 Kehutanan 1,3664 18 Penggalian 1,3247 19 Jasa Pendidikan, Kesehatan, Sosial Kemasyarakatan 1,3221 20 Peternakan dan Hasil-hasilnya 1,3201 21 Tanaman Perkebunan 1,2742 22 Perikanan 1,2372 23 Tanaman Bahan Makanan 1,0901 24 Pemerintahan Umum dan Pertahanan 1,0000 Sumber: Hasil Analisis 2010

5.2.3.3 Multiplier Effect Pendapatan

Berdasarkan analisis multiplier effect terhadap pendapatan Tipe I sektor- sektor perekonomian, diperoleh lima sektor yang memiliki nilai tertinggi, yaitu; sektor jasa hiburan dan rekreasi, hotel, Bank dan lembaga keuangan, jasa penunjang angkutan, dan angkutan udara. Sektor jasa hiburan dan rekreasi yang memiliki nilai sebesar 36,2385 disebabkan karena Kabupaten Belitung merupakan tujuan wisata yang sedang berkembang, dengan panorama alam pantai sebagai andalannya. Sektor perikanan menempati urutan ke-19 dengan nilai 1,3171,