Multiplier Effect Pendapatan Multiplier Effect

91 artinya apabila permintaan akhir sektor perikanan meningkat 1 milyar rupiah, maka dampak terhadap pendapatan wilayah akan meningkat 1,3171 milyar rupiah. Nilai tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan sektor tanaman perkebunan maupun penggalian, dengan nilai masing-masing 1,3008 dan 1,2842 Gambar 26. Gambar 26 Nilai multiplier effect pendapatan Tipe I sektor-sektor perekonomian. Berdasarkan seluruh indikator keterkaitan dan multiplier effect melalui analisis I-O di atas diketahui bahwa sektor perikanan tidak tergolong sebagai sektor strategis karena menurut Rustiadi et al. 2009 sektor strategis adalah sektor yang memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang yang besar serta mampu menciptakan angka pengganda multiplier yang besar dalam perekonomian. Indikator tersebut kontradiktif dengan besarnya potensi perikanan yang dimiliki serta sumbangan sektor perikanan terhadap PDRB. Wilayah laut yang menjadi kewenangan pemerintah daerah yang luas, potensi produksi yang belum termanfaatkan, serta pangsa pasar yang besar menjadi modal untuk menjadikan sektor perikanan sebagai sektor unggulan. Upaya pengembangan 1,0984 1,3008 1,4696 1,5675 1,3171 5,3049 1,2842 2,8568 2,6371 2,1212 1,4636 7,6288 1,8642 1,8825 3,0249 2,2527 6,7089 2,3315 7,2827 2,7639 1,0000 1,1598 36,2385 1,3533 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Tanpa Migas Penggalian Industri Non Migas Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Besar dan Eceran Hotel Restoran Angkutan Jalan Raya Angkutan Udara Angkutan Laut, Sungai, Danau … Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank Lembaga Keuangan Usaha Bangunan dan Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum dan Pertahanan Jasa Pendidikan, Kesehatan, Sosial … Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan Rumah Tangga 92 yang dapat dilakukan dalam mewujudkan tujuan tersebut adalah dengan meningkatkan keterkaitan sektor perikanan dengan sektor-sektor lain dalam internal wilayah Kabupaten Belitung. Keterkaitan sektor perikanan dengan sektor-sektor lain yang rendah terutama dikarenakan output sektor perikanan lebih banyak digunakan untuk memenuhi permintaan akhir dibandingkan ditransaksikan antar sektor perekonomian dalam proses produksi. Dari output total sektor perikanan sebesar Rp 488.635,43 juta, permintaan antara sektor perikanan hanya sebesar 16,82 Rp 82.169,35 juta, sedangkan permintaan akhir mencapai 83,18 Rp 406.466,08 juta. Dilihat dari komposisi permintaan akhir final demand sektor perikanan, pengeluaran konsumsi rumah tangga menempati persentase paling besar dengan angka 99,05 dan sisanya adalah ekspor barang dan jasa 0,95. Pengeluaran konsumsi pemerintah, investasi pembentukan modal tetap bruto dan perubahan stok tidak memiliki permintaan akhir dari sektor perikanan. Selain nilai transaksi antar sektor yang rendah, jumlah sektor yang terkait dengan sektor perikanan juga sedikit. Ke depan sektor perikanan hanya terkait dengan 6 sektor, yaitu: 1 restoran, 2 perikanan, 3 industri non migas, 4 jasa pendidikan, kesehatan dan sosial kemasyarakatan, 5 angkutan laut, sungai, danau dan penyeberangan, dan 6 jasa perorangan dan rumah tangga. Keterkaitan sektor perikanan dengan sektor restoran jauh melebihi keterkaitan dengan sektor perikanan itu sendiri maupun sektor industri non migas. Ke belakang, sektor perikanan terkait dengan 11 sektor, yaitu: 1 industri non migas, 2 perikanan sendiri, 3 perdagangan besar dan eceran, 4 tanaman bahan makanan, 5 angkutan jalan raya, 6 restoran, 7 bangunan, 8 angkutan laut, sungai, danau dan penyeberangan, 9 angkutan udara, 10 peternakan dan hasil- hasilnya, dan 11 listrik, gas air bersih. Peningkatan keterkaitan sektor perikanan dengan sektor-sektor lain dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik peningkatan keterkaitan ke belakang maupun ke depan. Peningkatan keterkaitan ke belakang sektor perikanan dengan sektor perikanan itu sendiri misalnya penggunaan benih ikan dan pakan produksi lokal untuk kegiatan budidaya. Contoh upaya peningkatan keterkaitan dengan 93 sektor industri non migas adalah dengan menggalakan penggunaan kapal dan alat tangkap yang diproduksi oleh industri setempat. Adapun keterkaitan ke depan sektor perikanan dengan sektor industri non migas dapat ditingkatkan dengan menyuplai produk perikanan sebagai bahan baku pada industri pengolahan dengan jumlah cukup dan mutu yang baik. Efek berantai akan dirasakan pula melalui peningkatan keterkaitan sektor perikanan dengan sektor restoran sebagai menu hidangan, sektor tanaman bahan makanan pelengkap berupa lauk, sektor perdagangan besar dan eceran komoditas dagangan maupun sektor angkutan yang menunjang mobilitas barang. Keterkaitan dengan sektor perikanan sendiri misalnya dengan menjadikan ikan hasil tangkapan sebagai benih untuk dibesarkan dibudidayakan, sebagai umpan dalam proses penangkapan atau dijadikan pakan dalam proses budidaya. Peningkatan keterkaitan sektor perikanan dengan sektor-sektor lain juga akan meningkatkan multiplier effect terhadap output, nilai tambah bruto, serta pendapatan. Dengan demikian melalui upaya tersebut diharapkan sektor perikanan dapat menjadi sektor unggulan sebagaimana halnya jika dilihat melalui sumbangan terhadap PDRB dan output total yang terbentuk selama ini.

5.3 Isu Sentral Pembangunan Sektor Perikanan

Prioritas pembangunan sektor perikanan di Kabupaten Belitung diketahui melalui nilai skor yang didapatkan melalui Analytic Hierarchy Process AHP. Semakin tinggi nilai yang diperoleh menandakan bahwa variabel atau faktor tersebut lebih prioritas dibandingkan faktor lain yang memiliki nilai lebih rendah. Sesuai persepsi masing-masing stakeholders, bobot nilai setiap faktor juga berbeda-beda. Stakeholders yang diminta persepsinya terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD, pihak swasta, badan perencanaan pembangunan daerah Bappeda, dinas kelautan dan perikanan DKP, lembaga swadaya masyarakat LSM, dan masyarakat perikanan nelayan. Stakeholders tersebut dianggap cukup mewakili karena mengerti terhadap permasalahan, sebagai pelaku dan pembuat keputusan yang memiliki informasi dan memahami permasalahan perikanan. 94

5.3.1 Persepsi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Persepsi anggota DPRD merupakan cerminan keterwakilan persepsi masyarakat secara umum di Kabupaten Belitung. Dari lima faktor yang berpengaruh terhadap pembangunan sektor perikanan, yaitu; sumber daya perikanan SDI, sumber daya manusia SDM, sarana dan prasarana Sarpras, pemasaran Pasar dan pembiayaan Biaya, anggota DPRD lebih memprioritaskan faktor SDI sebagai faktor yang paling mempengaruhi pembangunan sektor perikanan di Kabupaten Belitung dengan skor 0,398, kemudian Pasar dengan nilai 0,296, SDM dengan skor 0,193, Sarpras dengan skor 0,072 dan terakhir faktor Biaya dengan skor 0,041. Alternatif kegiatan yang dapat dilakukan dalam pembangunan sektor perikanan dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu; kegiatan perikanan tangkap, perikanan budidaya, dan pengolahan hasil perikanan. Hasil analisis menunjukkan bahwa berdasarkan semua faktor penentu kebijakan pembangunan sektor perikanan, perikanan tangkap menjadi prioritas kegiatan untuk dikembangkan dengan persentase rata-rata 60,02 diikuti oleh perikanan budidaya dengan 28,90 dan terakhir pengolahan hasil perikanan dengan nilai rata-rata 11,08. Untuk faktor SDI, perikanan tangkap lebih dipilih dengan persentase 59,55, diikuti oleh perikanan budidaya 27,64 dan pengolahan hasil perikanan 12,81. Anggota DPRD lebih memilih pembangunan perikanan tangkap sebagai prioritas utama diikuti oleh perikanan budidaya dan terakhir pengolahan hasil perikanan Gambar 27a. Akumulasi skor masing-masing pilihan tersebut secara berturut-turut adalah 0,553; 0,290 dan 0,157 dengan tingkat inkonsistensi jawaban sebesar 0,04. Gambar 27b memperlihatkan hasil analisis AHP dalam penentuan prioritas pembangunan sektor perikanan.